Delapan belas siswa berkumpul di area parkiran belakang sekolah. Mereka duduk di bawah pohon besar yang hijau dan rindang. Di hadapan mereka, ada seorang laki-laki yang nampak acuh tak acuh membolak-balik kertas di tangannya. Hawa yang dingin dan membekukan, membuat semua orang merasa sesak dan tidak nyaman.
Di antara orang-orang malang itu, ada seorang siswa dengan penampilan mencolok dan beraroma uang, yang mencolek lengan siswa lain yang berwajah pucat. Siswa itu mendekatkan wajahnya dan berbisik dengan suara paling pelan, yang ia bisa. Dia bertanya,
"Kok, lo malah ngambil nama dia, sih? Lo nggak tau, ya kalo orang itu tuh orang paling berbahaya di sekolah?
"Dia anggota Geng Rimba, Geng yang isinya anak-anak motor yang suka tawuran, balapan liar, sama neror masyarakat. Dia juga kabarnya bukan anggota biasa, dia tangan kanan dari Ketua Geng Rimba, yang sebentar lagi mau pensiun karena mau lanjut kuliah di luar negeri. Dia calon Ketua Geng Rimba! Lo bisa bayangin nggak, gimana nasib kita nanti di bumi perkemahan? Apa nggak akan babak belur atau mati muda kita nantinya?"
Zayyan, orang yang dicolek oleh seseorang yang ternyata adalah Leo, memasang tatapan paling bersalah dan paling menyedihkan miliknya. Kemudian, dia menjelaskan,
"Aku nggak ngambil nama dia secara sengaja, oke? Aku juga nggak mau dia jadi pembina kita, aku juga takut sama dia."
Leo mendengus kesal dan membuang wajahnya tanpa mengatakan apa-apa. Perilaku ini jelas membuat Zayyan merasa tidak berdaya. Zayyan merasa bahwa Leo benar-benar sangat kekanakan, meskipun mereka berbagi usia yang sama.
Perilaku ngambek Leo ini disalahartikan oleh beberapa orang. Mereka mengira bahwa Zayyan telah melakukan hal buruk pada si anak orang kaya. Karena Zayyan tidak nyaman ditatap oleh berpasang-pasang mata, akhirnya ia dengan berat hati, mencolek tangan Leo dan mencoba untuk membujuknya.
Namun, sebelum Zayyan berhasil menghilangkan cemberut di bibir Leo, Sing yang sudah selesai membaca lembaran kertas, mengerutkan keningnya dan menegurnya.
"Hei, yang di belakang! Gak usah ganjen sama temen. Madep depan, gue mau ngomong!"
Zayyan seketika terdiam. Dia melepaskan tangannya dari lengan Leo dan dengan patuh menghadap depan. Melihat pemuda polos itu tidak lagi melekat pada orang di sampingnya seperti permen karet, Sing kembali mendatarkan wajahnya dan dengan agak riang bersandar ke pohon di belakangnya.
Sing berkata,
"Gue Sing, gue pembina kalian. Tugas gue sebagai pembina adalah memberikan pengarahan dan juga membantu kalian selama di perkemahan. Gue harap, kalian semua bisa menghargai gue dan nggak bandel selama kita berkegiatan di sana."
Para siswa diam-diam mendumel di dalam hati. Tentu saja mereka akan menghargai dan sebisa mungkin tidak berbuat onar di depan Sing. Bagaimanapun, mereka masih ingin hidup di dunia dengan baik.
Sing menatap siswi yang duduk paling dekat dengannya dan bertanya,
"Kelompok kalian udah ada ketuanya belom?"
Siswi itu dengan takut-takut menggelengkan kepalanya.
Sing mengangguk dan berkata,
"Kalau gitu, kita harus nentuin dulu ketua kelompok sebelum membahas masalah perkemahan dan bagi-bagi tugas.
"Nah, siapa yang mau jadi ketua dan bantuin gue ngurus Kelompok 5?"
Semua orang diam. Semua orang tidak bersuara. Perilaku ini tentu saja membuat Sing merasa sangat tidak puas. Dia mengerutkan dahinya dan berkata,
"Nggak ada yang mau jadi ketua? Nggak ada yang mau bantuin gue ngurus urusan kelompok kalian?"
Leo yang melihat Sing melotot, dengan cepat menarik tangan Zayyan dan mengangkatnya ke udara. Dia memaksa anak itu untuk tidak menurunkan tangannya. Kemudian, dia berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Cutie Thing Called PIYIK!
Fiksi PenggemarZayyan itu lucu, polos, baik, tapi sayang kelakuannya bikin geleng-geleng kepala. Meskipun begitu, banyak orang yang mau jadi temannya, contohnya Gyumin, Hyunsik, dan Lex. Dan banyak juga yang naksir padanya, contohnya Sing, Leo, Wain, Davin, dan Be...