EPISODE 6

312 45 21
                                    

Angin berhembus menerpa wajah Zayyan yang pucat. Rasa takutnya membuat kedua pipi gembilnya kehilangan ronanya. Sementara itu, orang yang menjadi penyebab rasa takutnya, cuek saja dan dengan ugal-ugalan memacu motornya melewati kendaraan dan halangan lain yang ada di jalan raya.

Zayyan yang sebelumnya asyik menatap ke arah depan, spontan mengalihkan pandangannya ke arah gang rumahnya yang terlewat. Dia dengan panik bolak-balik menatap Sing dan gang yang sudah semakin kecil karena jarak. Saat ia akan menegur Sing –dengan hati-hati, tentu saja, karena ia takut padanya, Sing menghentikannya. Dia berkata,

"Gue tau gangnya kelewat. Gue mau makan dulu, lapar. Abis makan, gue anterin lu pulang."

Zayyan yang tidak tahu harus berkomentar apa, hanya mengangguk dan menatap jalanan dengan tidak berdaya.

Sing memerhatikan orang di belakangnya dari kaca spion di sebelah kanan motornya. Tanpa ia sadari, tatapannya melembut saat siluet wajah Zayyan masuk ke matanya. Dia juga memelankan motornya sedikit, setelah melihat bocah malang itu menggigil karena kedinginan.

Dia berkata dengan pelan,

"Wajah lo udah berubah. Sedikit lebih baik dan dewasa dari waktu itu..,"

Zayyan yang merasakan getaran dari punggung Sing, memiliki firasat bahwa orang itu mengatakan sesuatu. Karena itu, dia duduk agak maju. Kemudian, bertanya dengan suara agak kencang dan lucu,

"Ka-Kak Sing ngomong sama Saya barusan? Maaf, Sa-Saya nggak denger..,"

Sing berkata dengan datar.

"Nggak."

Zayyan yang mendengar jawaban itu, langsung menggaruk helm yang menutupi kepalanya. Dia sangat yakin bahwa Sing mengatakan sesuatu barusan. Apakah itu hanya imajinasinya?

Sing terus memacu motornya, sampai akhirnya ia berhenti di sebuah cafè yang kelihatan ramai dan berkonsep kekinian. Cafè itu memiliki menu baru, kue-kue bertema hewan dan minuman aneka rasa buah yang kelihatan cantik dan menggugah selera. Daftar dari menu baru itu terpampang dengan apik di jendela, menarik perhatian Zayyan yang memang suka makanan manis dan hal-hal yang lucu dan menggemaskan.

Sing menyuruh Zayyan membawa barang-barang miliknya dan mencari tempat duduk yang tidak ramai di lantai dua. Zayyan yang patuh, segera berlari dan mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Sementara itu, Sing memesan dua makanan berat, satu gelas teh pahit yang panas, dua gelas minuman buah yang merupakan menu baru, dan dua iris kue bertema hewan. Kasir yang melayani Sing merasa agak gugup saat mata pria itu memandangnya dengan tidak ramah dan tajam. Dia memiliki firasat bahwa, jika dia menunda untuk mengirimkan pesanan ke mejanya atau memberikan menu yang tidak sesuai dengan keinginannya, dia akan memukul wajahnya yang biasa-biasa saja dengan sangat keras. Karena itu, dia meminta dapur untuk menyiapkan pesanan Sing dengan cepat, dan mengantarkannya dengan segera.

Setelah memesan, Sing naik ke lantai dua. Dia mencari-cari keberadaan Zayyan. Untungnya, karena lantai dua merupakan lantai yang hanya bisa diakses oleh orang-orang berdompet tebal, tempat itu tidak ramai dan Zayyan mudah untuk ditemukan. Anak malang itu hampil terjungkal saat melihat Sing berjalan ke arahnya. Jujur saja, dia masih merasa takut kepada Sing, meskipun sampai saat ini, orang itu tidak kunjung menghajar wajahnya. Entahlah, aura gelap dan label anak berandalan miliknya, terlalu kuat dan berpengaruh bagi Zayyan.

Drrrrrkkkk..!!

Sing menarik kursinya dan duduk tepat di seberang Zayyan. Tanpa ragu atau malu, dia menatap wajah mungil milik orang itu dengan dalam. Membuat Zayyan bertanya-tanya, apakah ada sesuatu di wajahnya atau apakah dia telah membuat kesalahan.

Dia menelan ludah dengan gugup dan bertanya,

"Ke.. kenapa, Kak?"

Sing berkata,

Crazy Cutie Thing Called PIYIK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang