👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku."
🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi."
...
Hinata sedang berdoa di tempat peribadatan istana. Menyalakan dupa kemudian duduk bersimpuh, tangannya memohon, matanya terpejam, hatinya bersungguh-sungguh.
"Tuhan, izinkan aku kembali ke tempatku"
Hinata terus mengatakan itu dalam hatinya, dia benar-benar ingin pulang, benar-benar ingin kaluar dari tempat asing ini, benar-benar ingin kembali di tempatnya sendiri, masanya sendiri.
Hampir dua jam perempuan itu bersimpuh di depan arca dewa, memantapkan hati dengan air mata mengalir, memohon dengan sangat agar permintaanya segera dikabulkan.
"Tuhan, izinkan aku kembali ke tempatku"
Hinata masih mengatakan itu dalam hatinya. Dia sudah sangat siap. Siap meninggalkan tempat ini, siap meninggalkan masa ini, siap meninggalkan cintanya di sini. Ya, Hinata sudah sangat siap kehilangan semua yang ada di sini.
"Tuhan, izinkan aku kembali ke tempatku"
...
Gaara menghadap Naruto, mendudukkan badannya di depan sang Raja yang masih berdiri dengan tatapan tajam kepadanya. Gaara sudah pasrah jika harus dihukum, bahkan pria itu sudah sangat siap jika harus mati. Semuanya demi pujaan hati beserta bayi mereka.
Pria itu menancapkan katana disamping tubuhnya, mempersilahkan Naruto menggunakan katana itu untuk menebas lehernya. Pria itu sudah meletakkan kedua tangannya di tanah, posisi merangkak, siap ditebas.
Saara melihatnya, melihat sang kekasih merendahkan harga diri demi melindunginya, melihat sang kekasih berkali-kali mendapat tendangan di tubuhnya, melihat sang kekasih terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya.
Wanita itu menagis histeris. Gaara baru saja menjalankan misi berbahaya, dengan tubuh yang begitu lelah, namun saat tiba di istana langsung mendapatkan serangan bertubi-tubi dari sang raja.
Saara segera berlari menghampiri Gaara, memegang lengan kekasihnya.
...
Hinata selesai berdoa, berencana menuju kamarnya namun langkahnya terhenti. Dia melihat begitu banyak orang yang berkumpul di halaman utama, mereka melingkar, menutupi sesuatu dibalik kerumunan itu.
Disana begitu ramai, banyak orang yang berteriak. Hinata menghampiri kerumunan itu. Semua orang menyingkir, mempersilahkan sang ratu untuk memasuki arena.
Hinata melihat kejadian di depannya. Gaara yang sudah tidak berdaya, bersujud di hadapan Naruto. dia juga melihat Saara duduk di samping Gaara, menangis histeris, minta di ampuni.
Hinata berjalan ke arah Naruto, memegang lengan Rajanya itu namun Naruto menepisnya dengan kasar. Dilihatnya Rajanya itu sangat marah sekarang ini, matanya tajam melihat dua orang yang masih bersimpuh di depannya.
Hinata mengelus lengan Naruto lagi. "Baginda raja"
Naruto menoleh pada Hinata, menyentak tangan permaisurinya itu, menatap tajam ke arahnya. "Kau menghalangi Raja menegakkan keadilan"
Hinata tersentak dengan ucapan Naruto. Dia sudah berkaca-kaca sekarang, segera menundukkan wajah, membungkuk. "Maafkan saya"
Hinata segera pergi dari tempat itu, air matanya mengalir deras. Kenapa Naruto begitu kasar padanya? Padahal kemarin mereka masih tertawa bersama.
...
Naruto menarik nafas panjang, menetralkan detak jantungnya, menetralkan emosinya. Pria itu baru saja melihat Hinata mengeluarkan air mata karena ulahnya.
Pria itu kembali melihat dua manusia di bawahnya itu, duduk bersimpuh memohon ampunan padanya.
"Bawa mereka berdua ke penjara bawah tanah" Naruto berucap tajam.
Bagaimana bayinya nanti jika dia hidup di dalam penjara?
Para prajurit membawa dua orang itu. Saara yang terus memberontak dan Gaara yang sudah tidak memiliki tenaga.
...
Naruto melangkah cepat menuju kamar Hinata, membuka pintu itu dengan sedikit kasar, namun Hinata tidak ada di sana.
Pria itu segera keluar mencari Hinata di tempat yang biasa di kunjungi Ratunya itu. di kolam ikan, di ruang pembuatan sabun dan alat rias, di gazebo, di ruang jahit. Namun nihil. Hinata tidak ada di manapun.
Naruto sangat panik sekarang, pria itu mengumpat beberapa kali. Naruto berteriak, meluapkan segala emosi dalam dirinya, beberapa kali tangannya meninju tanah dengan begitu keras.
Seorang kasim menghampirinya dengan sedikit ragu. "Yang Mulia Ratu sedang berdoa, Raja"
Naruto segera berlari, menuju tempat peribadatan dengan wajah begitu frustasi.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.