Hari ini menjadi salah satu momen terburuk dalam hidupnya, bahkan langit turut menangis guna mendukung suasana hatinya.
Gambar yang [Name] ikutkan dalam kompetisi kalah saing dengan peserta lain. Gambar tersebut berisikan goresan-goresan pensil dengan wajah Atsumu sebagai objeknya.
Tidak, bukan karena wajah Atsumu yang jelek, bukan pula karena kemampuan menggambar [Name] yang payah.
"Mungkin, ini sudah yang seharusnya, Yuuki-chan."
Gadis itu terbelak mendengar perkataan guru pembimbing club. Seakan bermaksud mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menang.
Bahkan kata-kata penyemangat akibat kekalahannya saja tidak terucap, dan justru sekalinya keluar malah makin meruntuhkan pertahanan hatinya.
"Coba di lain waktu, kau pasti bisa menang."
"Aku tidak ingin berlomba lagi, Osamu-kun."
Pemuda yang menopang dagu di depannya itu hanya menatap bingung. [Name] ini suka menggambar, kenapa tiba-tiba mau berhenti?
"Kau tidak mencintai seni lagi?"
"Aku masih mencintainya. Hanya saja, tidak untuk di perlombakan."
Osamu sendiri mengerti. Seluruh prestasi yang [Name] torehkan hanya atas paksaan pembimbing club nya. Kalau menang, yah, bagus. Jika kalah ya sudah.
"Ha? Kalah?!"
"Kau tidak dengar beritanya?"
Atsumu menggeleng. Ia kaget baru tahu kabar kalau [Name] kalah saing di lomba, padahal gadis itu selalu dikenal berprestasi dengan gambarnya.
"Temui dia, Tsumu. Beri kata-kata penyemangat."
"Kok aku?!"
"Kau, kan, ikut andil."
"Kalau kalah jadi urusannya, dong!"
Nyatanya semua hal yang keluar hanya alasan kosong belaka. Atsumu hanya tidak ingin bertemu [Name] usai insiden yang menimpanya tiga hari yang lalu di ruang seni.
Bukan karena Atsumu dimarahi lalu [Name] ngambek. Melainkan Atsumu merasa bahwa gadis itu pengecut.
Namun, Osamu tidak menerima apa pun alasannya. Sehingga mau tidak mau Atsumu mencari [Name] yang tumben nya tidak ada di ruang eskul.
Sampai di rooftop, barulah Atsumu menghentikan langkahnya. Bukan lantaran menemukan [Name], melainkan matanya yang tertuju pada sekumpulan alat lukis di kursi yang ada.
"Pasti ini milik Yuuki-chan. Bisa-bisanya dia menelantarkannya begitu saja." Atsumu yang akan membereskan nya terlonjak kaget karena tepukan di bahunya.
Tanpa sengaja salah satu kuas berwarna jatuh dari tangannya dan memercik warna-warna yang masih tersisa. Saat itu pula, [Name] yang menjadi pelaku ke kagetan Atsumu dibuat terdiam.
Matanya menatap langit, kemudian melihat sekitar seperti orang kebingungan. Tetapi, begitu hendak menegurnya Atsumu bisa melihat pancaran cahaya dari mata gadis itu, yang mana merupakan ekspresi pertama yang [Name] tunjukkan padanya.
"Indah."
"Eh? Indah?"
Dengan sedikit senyum mata keduanya saling melempar pandang, "Atsumu, aku bisa melihat warna."
Ah, benar juga.
Baru tiga hari yang lalu, kala insiden cat tumpah Atsumu mengetahui bahwa gadis ini buta warna. Dunia sekitarnya hanya berwarna putih abu-abu, menjadikan alasan mengapa [Name] begitu suka menggambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARNA [Miya Atsumu x Reader]
FanfictionAtsumu terjebak dalam hubungan dengan seorang gadis. Siswi yang dikatakan hidup hanya untuk mengabdi pada seni. Awalnya, ia memang terlihat membosankan. Sampai hanya Atsumu melihat sisi lain yang tak tersentuh darinya. "Aku jatuh ke dalam pesonamu...