Sudah beberapa bulan berlalu, dan kamar rawat inap itu masih sama, di isi oleh suara goresan kanvas pada kertas kosong. Bahkan selimut yang awalnya putih bersih beberapa kali diganti karena terkena noda cat, dan walau telah dilarang sang pasien masih melakukannya.
Karena itu dokter pun membiarkannya. Lagipula...
Hidupku tidak lama lagi.
Sepanjang hari dirinya masih mengharap pujaan hatinya akan datang, setidaknya untuk mencari keberadaannya yang izin sementara dari sekolah. Nyatanya harapan itu justru makin menyakiti hatinya. Karena ia pun lelah untuk menunggu.
"Apa dia sudah menerima lukisan itu, ya?"
Lukisan yang ia namai 'Untukmu, 9 tahun yang lalu'.
Dan 9 tahun itu berlalu sangat cepat, hingga si gadis sendiri kewalahan mengikuti alur dunia. Sehingga akhirnya ia pun memilih untuk menyerah.
Semuanya tidak akan bisa sama. Mau itu diriku 9 tahun kemudian, atau dirimu.
Pintu ruangan dibuka oleh seseorang. Gadis itu menduga bahwa yang datang merupakan perawat tak sedikit pun mengalihkan pandangannya, tetap terfokus pada langit biru yang tampak hitam abu-abu di matanya.
"Apa sudah waktunya terapi lagi? Maaf, aku masih belum mampu untuk berjalan normal." [Name] merasa bersalah pada perawat yang tiap terapi harus menemaninya.
"Setidaknya tatap lawan bicaramu saat bicara, Yuuki-chan."
DEG
Suara itu cepat-cepat membuatnya menoleh. Dirinya tak menyangka akan mendengar suara itu lagi setelah berbulan-bulan menunggu.
"Atsumu?"
Wajahnya, ekspresi sendu darinya, bahkan jaket khas Inarizaki yang identik dengannya tak pernah berubah. Hanya saja [Name] merasakan sesuatu... mereka sama-sama terluka.
Dalam satu tarikan pemuda itu sudah memeluknya erat, bahkan [Name] dapat mendengar detak jantung Atsumu yang tak karuan. Sama seperti kondisi debaran jantungnya saat ini, melihat Atsumu muncul setelah sekian lama.
"Maaf karena aku tak mengingatmu. Gadis yang pernah kutemui 9 tahun lalu."
Ah, jadi dia benar-benar melupakannya? Apakah semudah itu melupakan seseorang yang mengukir momen indah bersamanya?
"Atsumu, apa yang terjadi?"
Tangan gadis itu membelai sebelah sisi wajahnya, menunjukkan kebingungan bercampur kesedihan yang ketara.
"Minggu kemarin, kami baru saja melaksanakan pertandingan nasional di Tokyo. Namun, kami kalah di pertandingan melawan Karasuno. Aku tidak menyangka." Atsumu menangkup tangan [Name] di wajahnya.
Pastinya berat, dikalahkan oleh tim yang menjadi pendatang baru. Mungkin, memang inilah yang terbaik. Meski begitu bukankah mereka telah berjuang? Atsumu dan Osamu masih memiliki satu tahun di kelas 3, dan dapat membalas kekalahan mereka.
Tetapi, rasa sakit akan kekalahan tidak bisa hilang semudah itu. Apalagi tanpa sepengetahuan [Name], Atsumu sempat stress karena berbagai kenyataan yang menimpanya akhir-akhir ini. Membuatnya tak memiliki keberanian menghadap sang kasih.
"Yuuki-chan, aku ingin minta maaf."
"Untuk apa?"
"Karena aku sudah melukaimu banyak kali..."
***
"Osamu, tunggu! Katakan dulu di mana Yuuki-chan berada!"
Langkahnya terhenti di tangga menuju bench. Di antara hiruk piruk orang-orang di dalam sendai, entah kenapa suara Atsumu masih nyaring untuk tidak menggetarkan telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARNA [Miya Atsumu x Reader]
FanfictionAtsumu terjebak dalam hubungan dengan seorang gadis. Siswi yang dikatakan hidup hanya untuk mengabdi pada seni. Awalnya, ia memang terlihat membosankan. Sampai hanya Atsumu melihat sisi lain yang tak tersentuh darinya. "Aku jatuh ke dalam pesonamu...