10. LUKA

9 0 0
                                    

"Bulannya indah, bukan?"

Ungkapan tersebut tak hanya sekedar kata. Di kalangan anak muda, kalimat itu mengandung makna untuk mengungkapkan perasaan pada sang cinta.

Bak luasnya hamparan lautan, amat besar rasa yang Atsumu pendam untuk merelakan kehilangan. Melihat sang Hawa yang hanya dapat melakukan aktivitasnya di atas kasur rawat inap, Atsumu merasa telah kehilangan sebagian dirinya.

Selama ini, [Name] terlihat baik-baik saja, hanya seperti gadis penyuka seni pada umumnya. Namun, meratap bagaimana kini gadis itu hanya dapat mengandalkan orang lain, membuat Atsumu tak kuasa untuk meninggalkannya.

"Kau tidak pulang? Besok masih sekolah, kan?" tanya bingung [Name], saat sang kasih hanya berdiri sambil memandangnya dari ambang pintu, padahal tangan Atsumu sudah menggenggam gagangnya.

"Apa Yuuki-chan akan baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa."

Pemuda itu mengurungkan langkahnya, dan justru berbalik kembali menghadap kasur si gadis.

"Aku tidak rela meninggalkan Yuuki-chan sendiri."

Mata [Name] sedikit membulat terkejut, "Kau sudah kemari setiap hari. Jangan abaikan latihammu."

"Aku tidak mengabaikannya!"

"Bohong."

Giliran Atsumu yang dibuat kaget, hingga kakinya mundur beberapa langkah.

"Aku dikirimi pesan dari Osamu-kun, katanya sudah lima hari ini kau bolos latihan. Atsumu, ada apa? Apa karena aku?"

Pemuda itu nampaknya semakin tak menyangka bahwa kembarannya akan membocorkan perihal absensi nya begitu saja. Apakah ini bentuk balas dendam? Karena setelah pembicaraan terakhir mereka, Osamu tak lagi bertegur sapa dengannya di rumah maupun di sekolah.

"Aku... aku hanya ingin menemani Yuuki-chan. Aku sudah bosan latihan, terutama itu tidak akan mengubah apapun bahwa kita kalah."

"Apa yang kau katakan?" Atsumu tersentak saat nada [Name] meninggi beberapa oktaf, "Itu memang tidak akan mengubah masa lalu. Namun, masa depan mustahil tidak berubah."

"Siapa yang tahu? Lagipula latihan bisa kapan saja."

"Atsumu..." [Name] tidak menyangka kalau kondisinya akan memengaruhi mental pemuda ini.

"Kalau begitu, apakah dengan menemani ku akan ada kemungkinan masa depan akan berubah?"

Atsumu sontak terdiam oleh pertanyaannya. [Name] melempar tatapan serius yang sanggup membuatnya tak berkutik. Pertama kalinya Atsumu dapat melihat kemarahan dalam sorotnya. Padahal sebelumnya gadis itu hanya menyimpan segalanya sendiri.

"Aku tetap akan mati, kan? Apa bedanya?"

"Yuuki-chan, hentikan."

"Takdirku sudah ditetapkan. Tindakanmu tidak akan mengubah apapun kalau aku akan tiada, Atsumu."

"Hentikan!"

Sang pihak Adam sudah dibuat kewalahan dengan kenyataan yang baru saja menimpanya, jangan lagi ia dipaksa menelan hal yang sudah berusaha dibuang jauh-jauh.

"Yuuki-chan, jangan katakan itu lagi." suaranya mengecil beserta napasnya memburu, tanpa peduli akan reaksi si gadis air mata perlahan turun mengaliri pipinya, "Aku tidak kuat lagi."

Tubuhnya mendadak lemas hingga hanya dapat terduduk seraya mengatup kedua tangannya. Suara berderit ranjang pun tak mampu mengubah kondisinya, sampai sebuah pelukan dengan hangat menyelimuti tubuh si pemuda.

WARNA [Miya Atsumu x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang