Setahun usai kematiannya, Osamu kini bertemu dengan perempuan yang merupakan Adik dari mendiang Shayu. Kehadirannya yang sama sekali tak terlihat sebelumnya membuat Osamu terpukau beberapa saat mata mereka saling memandang.
Terasa kekosongan dan keindahan di saat yang bersamaan. Osamu tidak tahu bagaimana harus bersikap. Apakah ia harus berpura-pura tidak tahu? Ataukah turut menenangkan gadis yang baru kehilangan sosok Kakak sekaligus idolanya tersebut?
"Kau... kembaran Miya-san, ya?"
Badannya yang bergerak pergi langsung membatu, cukup shock dengan nama yang bahkan tak ia sangka akan gadis itu kenali.
"Miya yang mana?"
"Miya Atsumu-san, siswa kelas 1-C itu. Kalian kembar, kan?"
Dari sekian banyaknya pertanyaan, apakah yang satu ini penting? Dia bahkan tak menanyakan apa wasiat terakhir kakaknya, atau bagaimana perjalanannya berjuang di kamar inap dan ruang operasi, seperti ada percikan api amarah yang hendak menggelapkan hatinya.
"Apakah itu penting?"
"Eh?"
"Kau tidak penasaran dengan keinginan terakhir Kakak mu yang ia ucapkan padaku? Atau apalah itu yang menyangkut dirinya?" Osamu bertanya geram, walau begitu dia berusaha menahan emosi.
"Osamu-san, aku sudah melakukannya." ucapan gadis itu, [Name] sedikit mencerahkan kegelapan hatinya.
Tak berkata apa-apa lagi, [Name] pun menyerahkan selembar kertas yang masih bagus tiap sisinya. Di sana tergambar postur mengoper bola khas seorang setter dari pemain yang sangat Osamu kenali.
Bagaimana tidak? Pemain dalam gambar adalah Miya Atsumu, saudara kembarnya sendiri.
"Bagaimana bisa? Aku bahkan belum memberitahumu." alisnya naik, betapa mudahnya ia dibuat penasaran dengan perempuan satu ini.
"Saudaramu sudah membuatkan memori tak terlupakan di festival kembang api 9 tahun yang lalu."
Ah, ini sebuah plot twist dalam cerita yang sudah direncanakan sejak awal. Padahal sejak awal, ia sudah yakin untuk membuat gadis ini merasa bersalah atas kematian sang Kakak, malah kondisi berbalik di mana Osamu lah yang turut berempati akan kondisi [Name].
Haruskah ada flashback di dalam flashback? Mungkin kapan-kapan saja.
Apakah itu sebuah perasaan kasih sayang? Rasanya terdengar bodoh bila anak berumur 6 tahun merasakan cinta dalam artian serius pada lawan jenis. Namun, [Name] tidak akan main-main bila ia bersikeras dengan tiap karya nya.
Ternyata gadis itu rutin datang ke tiap pertandingan yang Inarizaki adakan, seperti latih tanding maupun interhigh tingkat prefektur. Karena telah mengenali sosoknya, tak sulit bagi Osamu untuk menemukannya di antara kumpulan penonton di tribun.
Hanya saja, karena sedikit tertutup [Name] memilih melihat pertandingan sendirian dan sembunyi-sembunyi. Kalau stalker, mereka akan mengeluarkan kamera atau ponsel untuk memotret tiap momen dari seseorang yang mereka kagumi. Sama tapi berbeda, [Name] justru mengeluarkan sebuah buku sketsa dan mulai menggambar tiap momen yang bisa ia gambar dari seorang Miya Atsumu.
Benar, hanya Miya Atsumu, bukan yang lain.
Bagaimana Osamu bisa tahu?
"Bagaimana kau bisa menggambar tiap-tiap gerakan yang berlalu cepat?" ia muncul tiba-tiba di bangku tribun, membuat empu yang ditatapnya menoleh acuh tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARNA [Miya Atsumu x Reader]
FanficAtsumu terjebak dalam hubungan dengan seorang gadis. Siswi yang dikatakan hidup hanya untuk mengabdi pada seni. Awalnya, ia memang terlihat membosankan. Sampai hanya Atsumu melihat sisi lain yang tak tersentuh darinya. "Aku jatuh ke dalam pesonamu...