20
Gito dan Shani merasakan canda tawa disetiap interaksi mereka, suasana sekitar terasa hening meski ada beberapa pengunjung lain yang asyik dengan aktivitas mereka. Matahari sudah mulai condong ke barat, memancarkan sinar lembut yang masuk melalui jendela, menambah kehangatan dalam ruangan. Namun, suasana di meja Gito dan Shani berbeda. Ada ketegangan yang menggantung di udara, sesuatu yang tidak bisa diabaikan.
Gito menggenggam cangkir coklatnya, mencoba mencari kekuatan dari hangatnya minuman itu. Ia tahu percakapan ini harus terjadi, tapi itu tidak membuatnya lebih mudah. Akhirnya, ia menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk memulai.
Saat niat hati Shani hanya untuk bercanda, tapi candaan itu sebenarnya cara Gito memancing kejujuran Shani.
.....
....."Kalo dipikir-pikir iya juga ya, kok bisa ya aku jatuh cinta sama orang yang malas mandi, tidur kayak orang mati, dan paling aneh aku lebih tua dari kamu . " guyon sarkas Shani
"Shan," kata Gito dengan suara yang hampir berbisik, "Aku mau bicara."
Shani, yang sedang menatap keluar jendela, berbalik menatap Gito. Ia tersenyum, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Ada apa, Gito? Kamu kelihatan serius."
Gito menelan ludah, merasa berat untuk mengucapkan kata-kata yang telah berputar-putar di pikirannya selama beberapa hari terakhir. "Huuuhzzz.... Ayo kita akhiri cerita kita!"
Shani merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Maksud kamu apa, Git?"
Gito menggenggam tangannya sendiri dengan sangat erat di atas meja, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Kisah kita salah Shani! Mungkin lebih baik kita akhiri!"
Shani terkejut, tidak menyangka Gito akan mengatakan hal seperti itu. "Kenapa kamu bilang begitu? Kamu tahu aku mencintaimu, kan?"
Gito menundukkan kepala. "Aku tahu, Shan. Sama seperti yang kamu katakan, aku hanyalah kepingan kaca dihidupmu, tak ada bagusnya dan bisa melukaimu kapanpun..."
Tak ada suara dari Shani, ia masih bingung apakah pria dihadapannya ini hanya menjailinya atau benar-benar sedang serius.
Gito melanjutkan bicaranya, " ada keraguan bahwa suatu hari nanti, kamu akan menyadari bahwa aku tidak bisa memberikan kehidupan yang kamu impikan. Aku tidak ingin melihatmu menderita."
Shani merasa hatinya hancur mendengar kata-kata Gito. "Gito, kenapa kamu selalu meragukan diri sendiri? Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
Gito merenggangkan tangannya dan menatap ke luar jendela, mencoba menenangkan perasaannya. "Karena aku melihat kenyataan, Shan. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik. Dan aku... aku tidak yakin aku bisa menjadi yang terbaik untukmu."
Shani merasa matanya mulai basah. "Gito, kamu adalah yang terbaik untukku. Yang aku pedulikan adalah kamu. Cinta kita. Apakah itu tidak cukup?"
Gito merasa semakin terpuruk. Ia tahu bahwa Shani tulus, tetapi pikiran rasionalnya masih mengalahkan perasaan hatinya. "Shan, masih belum terlalu jauh untuk berhenti. Coba kamu fikirkan, kedudukan keluarga kamu juga."
Shani terdiam, merasakan kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan bercampur menjadi satu. Ia tidak bisa memahami mengapa Gito berpikir seperti itu. "Jadi, kamu ingin kita berpisah? Hanya karena kamu merasa tidak cukup baik?"
Gito tidak bisa menjawab, hanya bisa menundukkan kepala. Shani merasa marah dan frustasi. "Gito, kamu mengkhawatirkan keluarga ku? Tapi kau tidak mengkhawatirkanku ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) End
Romance-----------------------Cerita Gita & Shani--------------- Shani Indira, seorang wanita muda yang baru saja menyelesaikan S2 dengan predikat cum laude, terguncang oleh pertanyaan papanya tentang pernikahan. Shani yang perfeksionis dan ambisius, meras...