Pagi hari datang lagi. Malam yang begitu intim berhasil kami lewati. Gorden kamar yang sedikit terbuka, memberi akses untuk sinar matahari pagi masuk. Aku memiringkan tubuhku, menatap wajah Arion yang mengkilap karena minyak khas kondisi wajah pagi hari.
Hidungnya yang mengkilap membuat tanganku bergerak untuk mengusapnya dengan jari telunjuk layaknya sebuah perosotan.
Dia tidak menunjukkan banyak reaksi, hanya sedikit terusik dan menautkan kedua alisnya.
Katanya ia libur hari ini, jadi aku tak ingin membangunkannya terlalu cepat. Tapi dering ponsel mengejutkannya, matanya yang masih merah mengedip beberapa kali lalu menghirup napas dalam setelah menyadari sesuatu.
Aku mengambil ponselnya dan menilik nama kontak si penelpon.
"Bunda. Mau angkat sendiri atau Aku yang terima?" Tanyaku pada Arion yang masih mencoba untuk sadar.
"Kamu aja yang terima" Suaranya masih berat dan serak.
Aku mengubah posisiku menjadi duduk, dan menyadari bahwa aku hanya memakai atasan piyama saja.
Aku melihat Arion sejenak yang kembali memejamkan matanya, bahu polosnya yang tak dibalut dengan apapun, nampak kembang kempis karena napasnya yang masih teratur."Halo, Bunda"
Aku menyapa bunda sembari mengelus surai Arion yang kembali terlelap.
"Baik... Bunda apa kabar?"
.....
"Iya, ini masih tidur"
.....
"Eh? Iya, iya Bun"
Setelahnya sambungan ditutup. Aku menaruh ponselnya di nakas dekat ranjang. Sepertinya sedari tadi Arion tudak benar-benar tidur. Ia melihat ke arahku lalu bertanya dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Apa katanya?"
"Katanya Bunda ada di daerah sini, habis berkunjung ke rumah temennya sama Ayah. Nah niatnya sebelum pulang mereka mau mampir ke sini. Kira-kira setengah jam lagi sampai"
"Eh... Kamu nggak pa-pa?"
"Nggak.. Emangnya kenapa?"
"Tau sendiri kan dari kapan bulan Bunda minta cucu terus"
"Kurasa nggak masalah sih. Ya udah kalo gitu Aku mandi duluan ya? Mau sapu ruang tamu sama masak juga"
"Ah, biar Aku yang sapu nanti, Kamu masak aja"
"Oke deh.."
Aku beranjak dari tempat tidur, meraih handuk dan mulai mandi. Aku sedikit kepikiran sebenarnya tentang keingingan bunda. Sebenarnya, mama ku juga menginginkan hal yang sama.
Tapi sebelum menikah, aku dan Arion telah mencapai kesepakatan bersama. Kami ingin menunda beberapa waktu sampai kami benar-benar siap memilikinya. Awalnya itu ideku, lalu aku mencoba mendiskusikannya dengan Arion. Dan dia menerima usulku. Menerima pertanyaan 'kapan punya anak?' 'Memangnya nggak mau punya anak?' Sudah jadi resiko sehari-hari karena keputusan yang kami buat.
Tapi aku tidak begitu mempermasalahkannya, justru Arion yang khawatir itu akan membuatku tertekan.
Hanya butuh kurang dari sepuluh menit untuk selesai. Aku langsung memakai bajuku dan buru-buru turun ke dapur untuk membuat sarapan. Sementara aku memasak, Arion mulai mandi.
Menunya cukup sederhana, hanya oseng kangkung dan beberapa gorengan tempe dan tahu. Kembali lagi karena aku tak sempat belanja banyak. Kalau tahu mereka akan berkunjung, mungkin aku akan menyiapkan lebih banyak bahan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby! [Mikazuki Arion X Reader]
RomanceKehidupan satu rumah yang masing-masing pondasi berusaha untuk selalu membuat rumah ini mampu berdiri dengan sempurna. Tolong jadilah pembaca yang bijak 😉 Beberapa chapter mungkin akan mengandung adegan dewasa❗ Kritik dan saran cukup dibutuhkan 🤝�...