Benar-benar membosankan, hari-hari menghabiskan waktu hanya di rumah. Ada kalanya menyenangkan karena aku memang tipe yang bisa menyenangkan diri saat sendiri.
Tapi hari ini, rasanya aku butuh menghirup udara luar. Setelah memastikan pekerjaan di rumah telah kuselesaikan, aku mengirimi Arion pesan bahwa aku akan pergi ke luar untuk bersepeda.
Itu sudah menjadi kewajibanku untuk setidaknya membiarkan Arion tahu kemana aku pergi.Aku membawa buku sketsa, beberapa pensil, dan buku catatan di tasku.
Di dekat sini ada taman yang cukup sering aku kunjungi saat membutuhkan penyegar imajinasi. Karena ini hari kerja dan hari sekolah juga tentunya, yang kulihat hanya beberapa orang lanjut usia dengan anjing yang dibawanya. Mereka sangat menggemaskan, tapi aku tak bisa menyentuhnya.
Lalu aku sampai di bawah pohon ek yang cukup besar. Awalnya aku hanya membiarkan pandangan dan pikiranku berjalan ke mana saja, aku cuma butuh berdiam diri sebentar. Tapi meski hanya diam begini, rasanya tidak terlalu buruk.
Melihat setiap detil sesuatu yang bergerak di sekitarku, cukup mengingatkanku untuk bersyukur. Entahlah, ini hanya pola pikir yang kubuat sendiri. Semuanya sedang bekerja keras, berusaha untuk menghadapi arus hidup masing-masing yang kadang di luar nalar. Dan itu membuatku sadar, bahwa aku tidak sedang berjuang sendiri.
Dan lagi, kata-kata Arion yang seringkali kuputar kembali di pikiranku,
"Tuhan tau limit kita, dan Tuhan nggak tidur. Jalanin aja, do your best. Cukup tau aja kalau yang kamu lakuin hari ini, adalah yang terbaik. Meski ada kalanya kita melakukan kesalahan, itu semua cuma batu loncatan untuk sesuatu yang lebih baik lagi kedepannya""Hahh... Kalau Mika libur, coba ajak ke sini lagi aja kali ya? Kayaknya seru kalo kita deep talk di sini"
Dan entah kenapa, hari ini rasanya lelah sekali. Aku merasa sedikit tidak biasa dengan kondisi tubuhku hari ini. Tadinya kupikir itu hanya rasa lelah biasa yang nantinya bisa hilang dengan sedikit pembangkit semangat.
Tapi, semakin lama aku merasa itu tidak kunjung membaik. Di tambah lagi, aku merasa mual.
Beberapa hari ini cuacanya memang lebih dingin. Jadi, mungkin saja aku masuk angin. Meski sebenarnya pikiranku jadi berkecamuk, khawatir akan sesuatu yang mungkin terjadi di luar keinginanku.
"Pulang aja deh"
Aku memutuskan untuk menuntun sepedaku, karena merasa tidak yakin jika aku menaikinya dengan kondisi yang sekarang. Rasanya aku jadi lebih sensitif dengan sesuatu, rasa mualnya hampir tidak bisa kutahan. Beruntungnya, ini tidak jauh dari rumah.
Begitu sampai di rumah, tujuan utamaku adalah toilet. Melepaskan rasa mual yang menyerangku sejak tadi. Rasanya lemas...
Aku mendudukan tubuhku di tepi ranjang, memikirkan banyak hal dengan sisa-sisa mual yang kurasakan.
"Nggak mungkin kan?"
Di kepalaku hanya ada 'apa? Kenapa? Kapan? Gimana?' Karena aku memang sebingung itu. Rasanya, sekeliling mulai menjadi buram karena pikiran-pikiranku sendiri. Tidak siap, bingung, kecewa, dan pasrah menjadi satu meski hasilnya belum pasti.
Tapi mengingat telatnya datang bulan, semuanya terasa menjadi masuk akal.
Setelah merasa sedikit lebih baik. Aku berjalan keluar dengan gontai. Menuju minimarket terdekat untuk membeli test pack. Di dalam hati, aku berharap hasilnya negatif.
Alih-alih pulang ke rumah, kakiku berbelok ke toilet umum, memutuskan untuk mengetesnya di sana.
"Positif?"
Tidak... Mungkin saja salah kan?
Tubuhku gemetar berpikir mungkin saja itu tidak salah. Aku tidak berani menghubungi Arion, aku tidak ingin melihat wajahnya. Menangis tidak menyelesaikan apapun, tapi saat ini aku benar-benar tidak bisa menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby! [Mikazuki Arion X Reader]
RomanceKehidupan satu rumah yang masing-masing pondasi berusaha untuk selalu membuat rumah ini mampu berdiri dengan sempurna. Tolong jadilah pembaca yang bijak 😉 Beberapa chapter mungkin akan mengandung adegan dewasa❗ Kritik dan saran cukup dibutuhkan 🤝�...