Tidak banyak yang bisa menyangkal fakta kalau mi instan adalah makanan yang enak. Kamu sendiri sempat kecanduan dulu, mi instan bagaikan narkoba halal pada saat itu. Tapi, perlahan kamu mulai mengurangi konsumsi mi instan.
Dan sejak dua hari yang lalu, nafsumu terhadap mi instan kembali lagi. Kamu sudah memakannya kemarin tentu tak lepas dari sesi konsultasi pada seseorang yang lebih tahu, tentang boleh atau tidaknya kamu mengonsumsi mi instan.
Sekarang, kamu sedang memandangi beberapa bungkus mi di dapur. Membayangkan mangkuk berisi mi dengan kuah gurih pedasnya. Satu lagi saja mungkin tidak masalah, pikirmu.
Kamu memantapkan tekad, mengambil satu mi instan dan membawanya ke hadapan Arion. Harus meminta izin terlebih dahulu.
Kedua tanganmu menyodorkan mi instan itu di atas buku yang sedang ia baca di kursi teras belakang. Perhatiannya otomatis beralih padamu, alisnya tampak mengkerut.
"Mau mi" Katamu.
"Nggak boleh"
Dia melarang dengan cepat tanpa ragu. Kini giliranmu yang mengerutkan kening. Rasanya sedikit jengkel karena sekarang kamu benar-benar ingin memakannya.
"Kenapa?" Tanyamu lagi.
Arion menutup buku tentang megalodon yang kamu beli waktu itu dan meletakkannya di meja. Faktanya, ia takut terhadap hewan berukuran besar, tapi rasa penasaran tidak terlalu menghiraukan hal itu."Kamu kan udah makan itu kemarin. Jadi, nggak ada mi instan lagi hari ini"
"Tapi Aku mau... Sekali lagi aja"
"Nggak boleh, Sayang... Denger sendiri kan waktu itu dokternya bilang apa? Ibu hamil nggak dianjurkan makan mi instan terlalu sering. Ng—"
"Aku cuma mau makan sekali lagi..."
"Siniin mi instannya"
Arion mengulurkan tangannya tapi kamu enggan memberikan. Kamu menyembunyikannya di belakangmu, menatapnya kesal. Dia balas menatapmu sejenak sebelum akhirnya menghela napas lalu berdiri dari duduknya. Bergerak hati-hati mencoba meraih mi instan yang kamu sembunyikan, tapi kamu berhasil mengindarinya.
Namun, tidak untuk kedua kalinya. Arion berhasil merebutnya dari tanganmu. Emosi yang benar-benar tidak stabil perlahan mengambil alih, matamu mulai berkaca-kaca, kesal sekaligus terkejut saat Arion merebutnya.
"Mau nangis pun nggak Aku kasih" Katanya menegaskan. Wajahnya yang nampak lelah menambah kesan dingin dan menakutkan di matamu.
Saat air mata mulai membuat kabur pandanganmu, kamu menunduk lalu mulai berbicara lagi dengan suara yang sedikit bergetar.
"Tapi sekarang Aku nggak bisa makan yang lain selain mi!"Arion memijat pelipisnya lalu mengatur napas agar lebih tenang menghadapimu. Situasi dimana dirimu menjadi kekanakan kali ini membuatnya sedikit lelah. Meski ia tahu ini bukan sesuatu yang biasa kamu lakukan, tapi ia punya firasat bahwa dirinya mungkin tak mampu menahan emosi sesaatnya. Ia meraih lenganmu memintamu untuk duduk tapi kamu langsung menepisnya.
"Bukan cuma buat bayinya, tapi buat Kamu juga. Mi instan itu bukan makanan yang sehat buat Ibu hamil, Sayang. Kamu udah makan kemarin, jeda waktunya terlalu—"
"Pelit"
"Loh bukan pelit, ini harus. Hindarin makan mi instan berlebih. Nggak harus ngalamin dulu baru ngerti kan?"
Kamu tahu Arion agak marah sekarang, nada bicaranya jadi terasa menusuk bagimu. Tapi dirimu yang saat ini, tak ingin mengurungkan keinginanmu.
"Hiissshhh, Mika nyebelin!" Seolah tak ada kata lain selain itu, kamu berjalan melewatinya, berharap dia akan mengikuti dan membujukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby! [Mikazuki Arion X Reader]
RomanceKehidupan satu rumah yang masing-masing pondasi berusaha untuk selalu membuat rumah ini mampu berdiri dengan sempurna. Tolong jadilah pembaca yang bijak 😉 Beberapa chapter mungkin akan mengandung adegan dewasa❗ Kritik dan saran cukup dibutuhkan 🤝�...