Years Later...
Pemandangan di depan begitu indah. Sayup-sayup matahari ingin berpamit dengan memancarkan cahaya yang redup. Garis air terlihat menggaris membelah antara langit dan laut.
Dress yang dikenakan Hanni bergerak pelan dimainkan angin pantai. Minji mengenakan celana pendek selutut dan kaos putih bersih. Kaos kaki yang mereka kenakan senada dengan sepatu putih yang melingkupinya.
Cekrak cekrek Hanni memotret sepatu mereka dengan background pantai senja. Saat ini keduanya duduk di pasir dengan kaki yang diselonjorkan.
Suasana makin romantis. Hanni menyimpan handphonenya di tas kecil yang terselempang miring di bahunya. Daritadi Minji tidak mengeluarkan sama sekali handphonenya karena pemandangan di depan dan di sampingnya lebih mempesona.
"Ji, sini pinjam tangan kanan kamu" ucap Hanni. Minji memberikan tangan kanannya yang diminta Hanni.
"Ayo gini" Hanni memberi contoh merentangkan jari-jari tangan kanannya. Minji mengikuti, cekrek cekrek! Gara-gara ingat sesuatu Hanni mengeluarkan lagi handphone yang baru beberapa detik ia simpan untuk mengabadikan momen.
Hanni tersenyum. Kini di jari kanan manisnya maupun jari manis Minji terdapat benda kecil melingkar. Sebuah benda yang tidak ada ujung dan tidak ada awal. Sebuah cincin sebagai pertanda bahwa keduanya telah dimiliki oleh seseorang.
Minji memiliki Hanni, Hanni memiliki Minji.
Ya. Keduanya telah menikah beberapa pekan lalu dan kini menikmati liburan mereka di Pulau Bali. Sebuah pulau di mana kisah mereka dimulai.
Telah terhitung 2 hari sejak kaki mereka menginjak di Pulau Dewata. Sisa liburan masih 5 hari masih ada banyak waktu untuk berlibur, bersantai dan memadu kasih.
Selesai berfoto Hanni meletakkan kepalanya di bahu kokoh Minji. Minji tidak keberatan akan hal ini karena dia sudah terbiasa.
Malam mulai menyentuh bumi, suasana di sekitar pantai juga semakin meriah. "Sayang, balik ke hotel yuk udah rame" ajak Minji.
"Tumben? Bukannya dulu suka rame rame like a dugem kan kamu?"
"Astagfirullah itu mah dulu sekarang udah tobat, udah males sama keramaian akunya"
"Yaudah deh. Tapi bosen gak sih di kamar doang?" pikir Hanni.
"Gak bakal bosen"
Sampai di hotel Hanni membuka gorden jendelanya agar tetap bisa memantau keadaan di luar. Lampu-lampu menyala di titik titik tertentu.
Minji menyandarkan kepalanya di sandaran kasur. Nampak lelah setelah seharian melakukan aktivitas olahraga air, "Kamu kelihatan agak item deh" tutur Hanni.
"Masa?"
"Tuh wajah kamu agak item kelihatan banget"
"Padahal udah pakai suncreen sunblok banyak tadi" Minji melihat warna kulitnya di bagian tangan dan kakinya. "Kamu mah udah di sini gak mau main"
"Takut item, hehe"
"Sayang" panggil Minji.
"Hm?" Hanni melihat foto-foto yang lalu ia jepret. "Pengen peluk" pinta Minji.
Hanni meletakkan handphone di nakas dan beralih menuju Minji. Mendudukan diri di celah kedua kaki Minji dan menyimpan nyaman kepala di ceruk leher Minji.
Minji merespon dengan menepuk pelan punggung Hanni dan menghirup aroma wangi sampo yang dipakai Hanni. "Kamu tau gak sih waktu kita ldr tuh pas kangen kamu rasanya pengen mati aku" Minji membuka obrolan.
"Makanya kamu sering dugem, buat ngelupain aku gitu maksudnya?"
"Hehe iya, kesiksa banget akunya dan rasanya pengen banget ngemas barang terus pulang ke kota kita. Kamu dulu juga gitu gak?"
Wajah mereka yang tidak saling berhadapan membuat Minji tidak mengerti bahwa kini Hanni tersenyum mengingat masa-masa kuliah dan masa menjalani hubungan jarak jauh mereka. Minji memutuskan untuk mengambil universitas di kota sebelah yang berjarak 5 jam dari kota asal mereka. Dan Hanni tetap berada di kota.
Hanni memang belum pernah cerita bahwa disetiap malamnya Hanni selalu menitikkan air mata karena rasa rindunya ke Minji. Semester paling berat adalah di semester 1 - 6 karena pada semester ini Minji maupun Hanni tidak leluasa untuk menjenguk satu sama lain karena padatnya kelas dan tugas.
Untungnya di semester 7 dan 8 Minji lebih sering berada di rumah dan hanya ke kampus untuk melakukan bimbingan skripsi. Semester akhir memang berat tetapi kehadiran seseorang yang support sistem membuat kadar semangat tetap terjaga. Minji akan mengunjungi kampus sebulan dua kali selebihnya dia akan berada di rumah.
"Kita udah gak ldr lagi sayang" lirih Hanni.
"Hmm... kalau semisal aku ada tugas di luar kota kamu pokoknya harus ikut gak boleh gak" peringat Minji.
"Aku kayaknya juga udah gak bisa jauh-jauh dari kamu deh. Cukup durasi terlama kita gak ketemu waktu kamu kerja aja"
"Aku juga sayang. Pokoknya gak ada yang boleh misahin Minji sama Hanni"
Hanni menjauhkan wajahnya dari Minji, keduanya kini bertatapan. Minji memiringkan wajahnya untuk mengecup lembut bibir Hanni.
Hanni menutup mata merasakan bibir Minji yang bermain dengan kepunyaannya. Tidak berlangsung lama Minji menyudahi kegiatan itu, merebahkan badan menarik selimut untuk menghadang suhu dingin dari AC.
Tangan kanan Minji dijadikan bantal oleh Hanni, tangannya memeluk perut Minji dan sesekali merasakan otot perut Minji yang tercetak sempurna. Minji mengecup kening Hanni,
"good night, i love you my sweetheart" ucap Minji,
"I love you too my sweet cake" lirih Hanni.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minji, Hanni, dan Jaket
Teen FictionCerita tentang Minji dan Hanni yang liburan di Bali.