21: Cinta dan Tantangan

710 79 5
                                    














21


#### Kehangatan di Apartemen

Pagi menjelang dengan perlahan di apartemen Shani. Sinar matahari yang lembut merayap masuk melalui celah-celah tirai, menyapa setiap sudut ruangan dengan hangatnya. Aroma kopi yang baru diseduh menyatu dengan udara pagi, menciptakan suasana tenang dan damai.

Namun, di balik keheningan pagi itu, ada satu ritual yang selalu penuh tantangan: membangunkan Gito. Shani berdiri di samping tempat tidur, memandangi wajah Gito yang masih terlelap. Wajahnya tampak begitu tenang, seolah terlepas dari semua kesibukan dunia.

"Git, bangun. Ini sudah pagi," bisik Shani dengan lembut, mencoba membangunkannya tanpa mengganggu kedamaian pagi.

Namun, Gito hanya menggumam tidak jelas dan menarik selimut lebih tinggi, menutupi wajahnya. Shani menghela napas panjang, menyadari bahwa pendekatan lembutnya tidak akan berhasil.

"Git, kalau kamu nggak bangun sekarang, aku beneran tampar ya!" ancam Shani dengan nada lebih tegas.

Gito tetap diam, seolah tidak mendengar ancaman itu. Dengan tekad yang bulat, Shani menampar Gito dengan sentakan cepat. Gito menggeliat, matanya akhirnya terbuka sedikit, mengerjap-ngerjap menyesuaikan diri dengan cahaya pagi.

"Shan, kenapa sih nggak bisa sabar sedikit?" keluh Gito dengan suara serak, setengah sadar.

"Kamu tuh yang selalu molor!" jawab Shani sambil berkacak pinggang, memandangnya dengan mata yang sedikit menyipit.

Gito menghela napas, lalu bangun perlahan. "Oke, oke. Aku bangun."

Namun, saat Shani berbalik untuk pergi, Gito kembali merebahkan dirinya di kasur, menarik selimut menutupi tubuhnya lagi. Shani yang melihatnya hanya menggelengkan kepala, merasa kesal namun tidak menyerah. Dengan langkah tegas, Shani mendekati Gito lagi, lalu menampar pipinya dengan pelan.

"Bangun, Git! Kalau nggak, aku tampar lagi, nih!"

Gito akhirnya terbangun sepenuhnya, matanya melebar. "Oke, oke, aku bangun! Jangan tampar lagi!"

Shani tersenyum puas. "Nah, gitu dong. Ayo, sarapan!"

Setelah pagi yang sibuk, mereka berdua menikmati sarapan bersama. Obrolan ringan mengalir dengan sendirinya, mulai dari rencana hari itu hingga topik-topik acak yang selalu membuat mereka tertawa.

"Ada apa, Shan?" tanya Gito sambil mengunyah roti.

Shani menghela napas. "Banyak meeting lagi, kayak biasa. Proyek baru, makin bikin stres."

Gito mengangguk. "Yaudah, selamat menikmati, Shan."

Shani tersenyum kecewanya. "Makasih, Git. Aku beruntung punya kamu."

#### Proyek dengan Marchel

Hari itu, kantor Shani dipenuhi dengan energi produktif yang intens. Semua orang terlihat sibuk dengan tugas masing-masing. Di tengah kesibukan itu, Shani berkutat dengan tumpukan berkas proyek yang harus segera diselesaikan. Proyek besar dengan perusahaan Marchel yang sangat aneh menurutnya.

Pintu ruang kerja Shani tiba-tiba diketuk, dan Marchel masuk dengan senyum ramahnya. "Selamat pagi, Shani. Apa kabar hari ini?" sapa Marchel dengan nada ceria.

Shani menoleh dan tersenyum kecil. "Selamat pagi, Marchel."

Marchel mendekati meja Shani sambil membawa beberapa berkas. "Aku juga baik. Aku sudah siapkan beberapa dokumen yang perlu kita bahas untuk proyek ini. Bagaimana kalau kita bicarakan di tempat yang lebih santai? Ada kafe baru yang nyaman di dekat sini."

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang