Between Us 30

633 105 15
                                    


Aku diam. Sementara Aksara menerima panggilan dari ponselnya.

"Kamu ada di sini?" Dia bangkit seperti tengah mencari seseorang.

"Oke, seru kayaknya kalau kita gabung!" Dia lalu menutup telepon dan menatapku.

"Ada Damar di sini, dia mengajak kita gabung, kamu nggak keberatan?"

"Damar?"

"Iya, dia juga sedang makan siang dan baru saja selesai meeting."

Damar? Damar di sini? Ya, Tuhan! Kenapa duniaku selalu kembali berputar padanya? Padahal sudah dua pekan lebih aku berusaha menghindar. 

"Kania? Nggak apa-apa kalau kamu keberatan, nanti aku ...."

"Nggak! Aku nggak keberatan!" 

Aksara tersenyum. "Syukurlah! Ayo!"

Aku mengangguk. Tentu saja jika boleh jujur aku keberatan, tetapi hal itu tak mungkin kujelaskan, bukan? Terlebih sudah barang tentu Aksara akan bertanya-tanya alasannya jika aku menolak.

Kubasahi tenggorokan saat menyadari mata Damar menelisikku dari jauh. Lagi-lagi aku merasa jantungku berdebar hebat. Sama seperti sebelumnya ketika aku belum menjaga jarak. 

Kulihat di samping Damar ada Agni dan entah siapa lagi, yang jelas ada dua orang perempuan dan satu pria. Ya Tuhan! Kenapa Aksara tidak mengatakan jika Damar bersama perempuan? Mendadak aku hilang mood. Aku benar-benar tak ingin berada di tempat ini. Tempat yang tadinya terasa nyaman seketika berubah.

"Dari tadi kalian di sini?" Damar menatap Aksara. Setelah kami semua saling berjabat tangan.

"Lumayanlah, iya ,'kan, Kania?" 

"Iya. Lumayan." 

"Kania, lama juga nggak ketemu ya, apa kabar?" Agni menyapa ramah.

"Baik, aku baik." 

Hufft! Kenapa aku seperti kehilangan kata-kata sekarang? Dan kenapa Damar tak mengalihkan pandangannya dariku? 

"Eum, Aksara." Aku sedikit mendekatkan wajah ke telinganya. "Aku ke toilet sebentar."

"Nggak apa-apa sendiri?" Dia menatapku.

"Nggak apa-apa, dong."

"Ya, udah. Segera kembali kalau sudah selesai."

Aku mengangguk lalu beranjak pergi. Lega! Seperti itu rasanya sat berada di toilet. Sebenarnya hanya alasan saja aku ke tempat ini. Tentu karena yak ingin semakin salah tingkah karena tatapan mata Damar.

Kuputar kran dan mencuci wajahku. Sumpah demi apa pun aku merasa tidak nyaman dan kehilangan kepercayaan diri berada di tempat itu tadi. 

Agni begitu sempurna bersebelahan dengan Damar, belum lagi satu perempuan yang lain yang juga berada di sebelah pria yang entah ada hubungan apa di antara mereka. Namun, yang jelas diriku benar-benar merasa diselidiki oleh pandangan Damar.

Aku masih menatap pantulan wajah di cermin. Berbagai ide mendadak muncul untuk bisa segera meninggalkan kafe ini. Mungkin ada baiknya aku menelepon Aksara dan segera mengajaknya pulang, meski sudah barang tentu akan membuatnya heran. Akan tetapi, tak ada pilihan lain . Aku harus pergi.

Kucoba setenang mungkin dengan sedikit memoles pipi dan bibir agar tetap terlihat segar. Demikian pula dengan rambutku. 

"Oke, Kania, be yourself!" Aku bermonolog.

Perlahan kuembuskan napas lalu memutar kenop pintu. Mataku menyipit saat tanga kekar Damar meraih lenganku. Dia bahkan tidak memberi kesempatan untukku bertanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us -- Lebih Cepat Ada Di KBM App/ Sudah Terbit E-booknya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang