"Mas?" suara itu terdengar sangat lembut di telingan Moreno. Bibir pria itu tersenyum manis dengan tatapan mata yang kosong.
"Mas?!" lagi panggilan suara itu terdengar, namun kali ini agak keras, sehingga Moreno mau tak mau harus tersadar dari lamunannya.
Kedua mata Moreno yang sejak tadi menatap kosong pada Malena, tiba-tiba jadi gusar. Dan Moreno baru menyadari kalau sejak tadi ia ternyata sedang menghayal.
"E-eh! kenapa Len?" Moreno segera membuang pandangannya ke arah luar agar Malena tidak menyadari tentang fantasi gila yang baru saja lewat di dalam pikiran kotor Moreno kala mereka sedang mengobrol.
Masih untung lamunan cabul itu tidak membuat Moreno hilang fokus, karena saat ini dia sedang menyetir.
"Ekhem! oh, nggak apa-apa... nggak ada apa-apa kok."Malena mengerutkan dahinya melihat sikap Moreno yang tiba-tiba jadi aneh. Dahi pria itu berkeringat, padahal di dalam mobilnya AC menyala seperti biasa, dan tatapan mata pria itu juga kelihatan menghindari Malena.
Namun Malena tidak ingin ambil pusing. Yang penting sekarang dia sudah positif akan mendapatkan konsumen baru yang akan membuatnya naik grade.
"Mas, makasih ya udah mau beli unit apartemen lewat aku. Yah walaupun belum 100% deal sih," katanya sembari tersenyum ramah.
"O-oh... i-iya Len. Karena unit yang kamu tawarin itu masuk kriteria yang aku cari, jadi kenapa enggak. iya kan?"
Malena hanya mengangguk. Diam-diam wanita itu memperhatikan Moreno dari sudut matanya. Ia bisa melihat wajah tampan, tubuh yang tinggi dan kekar, serta karisma Moreno yang benar-benar membuatnya harus mengakui bahwa Marisa sangat beruntung mendapatkan pria seperti Moreno.
Sebenarnya Malena bukan perempuan yang terlalu memikirkan soal tampang pria yang ditemuinya, karena Mahen juga bukan pria jelek. Namun ada satu hal yang membuatnya kagum pada Moreno, pria itu memperlakukan wanita dengan sangat baik, bahkan jika dari ceritanya, Marisa tidak pernah diizinkan bekerja di luar lantaran Moreno tidak ingin istrinya kelelahan.
Sementara Mahen, pria itu memang baik padanya dan setia. Namun ada satu kekurangannya, Mahen tipe pria yang idealis dan keras kepala, sehingga sifatnya itu membuat Malena harus bekerja banting tulang seperti sekarang ini. Jika saja Mahen mau menerima tawaran pekerjaan sebagai staf HRD di perusahaan milik teman Malena, mungkin saat ini Malena tidak perlu berkerja.
Namun idealismenya Mahen, dia hanya ingin bekerja sesuai dengan bidangnya, dan itu membuat Malena jadi stres dan menyerah untuk mencarikan pekerjaan untuk Mahen.
"Hm... Len!" panggil Moreno.
"Ya?"
"Kamu sama Mahen udah menikah berapa tahun? kok belum punya anak?"
"4 tahun. Kami sempet mau punya anak, tapi..."
"Tapi?"
"Tapi gagal mas, karena aku keguguran."
Mendengar cerita itu, Moreno sontak melihat ke arah Malena sekilas, memperlihatkan rasa tak enak hatinya setelah bertanya mengenai hal sensitif seperti hal tersebut.
"Oh, maaf Len...""Iya nggak apa-apa kok. Lagian itu udah lama terjadi."
"Oh ya? kalo boleh tau kapan?"
"Setahun usia pernikahan kami." Jawaban Malena itu menjeda percakapan di antara mereka. Malena dan Moreno sama-sama tenggelam dalam lamunan mereka, apalagi suasana jalanan mulai macet.
Malena kembali mengingat kenangan pahit itu, dimana dia harus kehilangan bayi dalam kandungannya yang sudah berusia 4 bulan. Tepatnya saat Mahen mendapat masalah di kantornya hingga akhirnya harus masuk penjara.
Saat itu Malena sangat terguncang, hingga harus kehilangan calon anaknya. Dan semenjak saat itu, Malena enggan untuk hamil lagi. Wanita itu seperti memiliki trauma psikologis, apalagi sekarang dia juga harus bekerja, sementara Mahen masih menganggur. Rasanya keinginan untuk punya anak hanyalah sebuah beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALENA(GS)🔞/Nomin/Markmin/2jae/JaeSung
FanfictionBook ini adalah kumpulan cerita dewasa 18-21+ •Pastikan sudah berusia 18+ saat membaca buku ini •Jika terdapat adegan radikal/mature, saya harap pembaca bisa lebih bijak dengan tidak melaporkan buku ini. •Semua tokoh dari cerita ini hanya meminjam...