Jeffrey menghela napas kala Malena menyatakan perasaan gadis itu padanya dan tentu menuntut sebuah jawaban yang sama dari Jeffrey.
Di sini lah awal masalah di antara mereka akan dimulai, yakni ketika Jeffrey merasa menyesal sekaligus bingung harus bagaimana. Jeffrey menyesal telah sulit mengendalikan nafsunya dan akhirnya menyentuh Malena, dan kini gadis itu seakan menuntut pertanggung jawaban darinya, sementara baik secara status hubungan keluarga dan usia, Malena bukanlah gadis yang seharusnya Jeffrey jadikan kekasih."Len!" seraya Jeffrey menggenggam tangan Malena dan menatap bola mata gadis itu lekat-lekat.
"Jujur aja, om nggak tau harus jawab apa, tapi kamu inget kan kalo kita ini hubungannya saudara? kamu adalah anak dari kakaknya om, dan usia kita, om bukannya nggak menghargai perasaan kamu, tapi, om terlalu tua buat kamu," tolak Jeffrey lembut.
"Jadi maksud om Jeff, om menolak Malena gitu?" Mata Malena mulai berkaca-kaca, membuat Jeffrey lantas memeluknya.
"Om nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain itu Len, maaf ya kalo selama beberapa hari ini om bikin kamu bingung. Lagian om yakin, perasaan kamu ke om itu bakalan hilang secepetnya kok. Anak remaja seusia kamu emang sering ngalamin cinta monyet, makanya kamu jangan terlalu khawatir ya, om yakin kamu akan balik normal kaya biasa lagi nanti."
Malena yang polos, tidak menjawab apapun lagi perkataan Jeffrey selain dengan tangisan. Gadis itu sangat sedih karena cinta pertamanya pada sang paman harus berakhir dengan penolakan yang menyakitkan seperti ini. Dan mulai saat itu, Malena benar-benar menjaga jarak dari Jeffrey.
Meski Jeffrey masih tinggal di rumahnya untuk menjaganya, namun Malena sudah memiliki tekad untuk melupakan sang paman dengan menyibukan dirinya di sekolah. Setelah pulang sekolah pun Malena pergi ke perpustakaan kota untuk menghabiskan waktunya dengan belajar. Gadis itu benar-benar membatasi dirinya dari berhubungan langsung dengan Jeffrey.Malena baru saja selesai mengerjakan PRnya di dalam perpustakaan kota. Kemudian pandangannya tertuju keluar jendela yang ada di sebelahnya, Malena lihat hujan turun sangat deras dan sialnya ia lupa tidak membawa payung. Terpaksa gadis itu harus menunggu hujan reda dulu baru bisa pulang ke rumah.
Selagi menunggu, Malena membuka ponselnya dan bermain game, namun baru beberapa menit ia bermain, seorang pemuda duduk di sebelahnya dan menyodorkan sekotak cemilan pocky di atas meja.
Malena terperangah melihat ada sekotak pocky rasa cokelat kesukaannya tiba-tiba muncul di hadapannya, dan ketika Malena menoleh ke arah samping, tampak Mark kini tengah duduk di sampingnya sambil memamerkan senyuman jenakanya.
"Mark?" tanya Malena lantas mengedipkan mata lucunya.
"Hai Len! lagi nungguin hujan ya?"
Malena mengangguk sambil tersenyum canggung. Kemudian Mark mengeluarkan payungnya dan memberikannya pada Malena.
"Nih, aku bawa payung, kamu pake aja."Malena lekas menatap wajah Mark.
"Trus, kamu gimana?"
Mark tak menjawabnya, pemuda itu hanya tersenyum penuh maksud.Dan maksud tersebut adalah mereka yang kini jalan berdua di bawah payung yang melindungi mereka dari hujan. Karena hujan sudah tak terlalu deras, sehingga mereka bisa lebih leluasa berjalan bersama dengan santai.
Namun karena ini baru terjadi dalam hidupnya, Malena hanya terdiam meski Mark mengajaknya mengobrol tentang beberapa macam hal, termasuk soal ujian sekolah yang akan segera mereka laksanakan bulan depan.
"Kamu sekarang lebih sering ke perpustakaan, pengen dapet ranking 1 ya?" tanya Mark, membuat Malena menoleh untuk melihat ke arah wajah pemuda itu. Pasalnya orang yang langganan ranking satu di kelas mereka adalah Mark sendiri, makanya Malena merasa agak canggung dengan pembicaraan ini, terlebih niatnya memang bukan untuk hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALENA(GS)🔞/Nomin/Markmin/2jae/JaeSung
أدب الهواةBook ini adalah kumpulan cerita dewasa 18-21+ •Pastikan sudah berusia 18+ saat membaca buku ini •Jika terdapat adegan radikal/mature, saya harap pembaca bisa lebih bijak dengan tidak melaporkan buku ini. •Semua tokoh dari cerita ini hanya meminjam...