Raid Adelard, pengusaha yang memiliki perusahaan dan rumah sakit yang tersebar hampir diseluruh Indonesia bahkan luar negri.
Para bodyguard dan maid menyambut kedatangan tuan mereka,tapi ada yang aneh. Tuan yang ia kenal kejam dan dingin kini tengah berjalan sambil menggendong pria muda dengan perban dan luka-luka kecil ditubuh. Membuat bulu kuduk mereka merinding seketika.
"Tuan,biar saya saja yang membawanya"
"Tak usah"
Aulian tengah tertidur dalam gendongan Raid "eeuggh"
"Tidurlah"
Raid membawa Aulian ke dalam kamar untuk menidukannya, ia meletakkan dengan perlahan dan hati-hati takut jika pria muda itu terbangun.
"Apakah mungkin itu kau baby?"
____________
Aulian mengerjapkan mata, ia terbangun karena sinar matahari mengganggunya. "Sstt..bangsat" ucap Aulian saat merasakan ngilu di kakinya.
Hah tunggu!
"Lah gue dimana?" Ucapnya sedikit panik
Aulian mengedarkan pandangan, kamar berwarna putih itu terisi barang-barang mewah yang membuat Aulian semakin panik.
"Gue dijual beneran ini?" Aulian turun dari kasur, ia loncat-loncat kecil dengan satu kaki untuk menggapai pintu.
Tapi pintu itu tiba-tiba terbuka membuat kepalanya terbentur dan limbung ke belakang.
"Mau kemana?"
Aulian berada di dekapan Raid yang mencegah ia jatuh kebelakang.
"Loh om! Katanya kemarin nggak mau nyulik gue! terus sekarang g-"
"Bahasa mu yang sopan"
Aulian meneguk ludahnya dengan kasar,tatapan orang ini sangat menakutkan "i-iya om maaf"
Raid menggendong Aulian dari depan membuat Aulian menjerit kaget "Aaaaa...om ngapain, gu-saya gak mau digendong,turunin"
"Kakimu"
Raid tetap menggendong Aulian menuju lantai bawah tanpa mendengarkan ocehan Aulian. Raid membawanya ke meja makan.
"Dad,apa yang kau lakukan" ucap pria berkacamata dengan majalah ditanggannya. Anak kedua Raid,Waldan Adelard.
Sedangkan Aulian sudah bersembunyi di ceruk leher Raid saat tiba di lantai satu karena malu dilihat oleh para pelayan.
"Menurutmu?"
"Siapa yang Dady gendong?" Dia adalah anak ke-3 Raid, Darel Adelard.
Darel mencoba melihat wajah pria yang tengah Dady-nya gendong, membuat Aulian semakin mengencangkan tangannya yang ada di leher Raid.
Raid membawa Aulian ke meja makan. Saat ia mau mendudukan Aulian,anak itu tak mau melepaskan tangan yang melingkar di lehernya.
"Malu" bisik Aulian pelan. Baru kali ini Aulian dipermalukan seperti anak kecil membuat batin Aulian menjerit sedari tadi.
"Tidak apa-apa, kau harus makan" ucap Raid lembut, membuat kedua anaknya menatap tak percaya padanya.
Ia kira pria kecil tadi adalah mainan sang ayah.
Aulian melepaskan tangannya dan duduk dengan kepala menunduk "malu anjing, jiwa lelaki gue tersentil bangsat gara-gara om-om pedo"
Mereka tengah menyantap sarapan pagi dalam diam sambil menatap Aulian yang tak kunjung menyentuh makanannya.
"Setan 3 itu ngapain liatin gue,sumpah mau kabur njing!"
Hingga keluarga Adelard menyelesaikan makannya Aulian menunduk tanpa menyentuh makanan sedikitpun.
Raid yang sangat jengkel,ia mengangkat Aulian untuk duduk di pangkuannya membuat kedua anak dan maid yang melihat itu menganga tak percaya.
"O-om ng-ngapain, turunin gu-saya om" Aulian mencoba menyingkirkan tangan Raid yang melingkar di pinggangnya.
"Akan kulepaskan jika kau sudah makan"
"Ya gak bisa gitu dong,di kira saya anak kecil! Saya itu udah gede!" Aulian menatap Raid kesal.
Prang!!..
Hal itu membuat Daren menjatuhkan gelas yang ada ditangannya,Aulian pun mengalihkan pandangannya ke Darel. Sontak ia dia buat kaget.
"Hah! Apa-apaan muka lo, lo oplas ya! Bangsat lo stalker sampe muka gue lo jiplak,nggak nggak gue gak terima!"
Aulian kaget saat melihat wajah yang sama dengan wajah yang ia miliki,apa jangan-jangan ia akan di bunuh dan pria itu akan berubah menjadi dirinya.
Sontak tubuh Aulian mulai bergetar takut.
"Babyboy perhatikan bahasamu!" Raid mencubit pipi Aulian yang membuat empunya meringis kesakitan.
"Ish-om swakhit,"
"Daddy apa maksudnya ini?" tanya Waldan yang sama terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aulian
Teen Fiction"gak mau! Lo siapa bangsat jauh jauh sana!" "hukuman menantimu babyboy"