Kini ke-empat orang itu tengah duduk di ruang keluarga setelah Raid bersusah payah untuk membujuk Aulian makan.
Darel duduk disebelah Aulian, mereka saling meraba muka masing-masing untung menyakinkan bahwa itu asli bukan oplas.
Raid dan Waldan menyaksikan tingkah kedua anak itu.
"Tebak apa yang gue pikirin?" Tanya Aulian
"Gundul?"
Aulian termundur kaget saat tebakan Darel benar "sekarang apa yang gue pikirin?"
"Emm cenayang?" tebak Darel.
"Bangsat bener lagi!"
"Aulian" suara Raid membuat Aulian menutup mulutnya dengan tangan.
Darel merapatkan dirinya dengan Aulian dan memeluk pria itu.
"Geli bangs-abang,jauh-jauh ih" usir Aulian risih,
"Gak mau"
"Om anaknya nih,ganggu" keluh Aulian
Wildan menghampiri mereka lalu menarik Aulian ke pelukannya membuat Aulian semakin meronta ingin di lepaskan.
"Gak mau bangsat! Jauh-jauh sana!!" maki Aulian yang mendapatkan tatapan tajam dari ketiga pria disana, membuat Aulian diam.
"Goodboy" ucap Waldan karena Aulian sudah tenang di pelukannya.
"Pulang kudu langsung order kembang tujuh rupa ke mbok rumi,harus" abtin Aulian.
"Daddy kemarin tes DNA dengan Lian di rumah sakit!"
"Hah!saya kok gak tau!" Pekik Aulian tak terima, lancang sekali om pedo ini.
"Hasilnya?" Tanya Wildan.
"98% sama" hal itu membuat Wildan semakin mengeratkan pelukannya terhadap Aulian.
"ss-sakit sakit" Aulian memukul lengan Wildan yang menekan lukanya, hal itu membuat Wildan melepaskan pelukannya.
Raid langsung mengambil alih Aulian dan meletakkan pria itu di pangkuannya "mana yang sakit?" Tanya Raid dengan mengelus kepala Aulian lembut.
Darel langsung meneliti penampilan Aulian "kenapa dia terluka Daddy?" Darel menggeram kesal melihat banyak luka pada tubuh kembarannya.
"Tuh ulah bapak lo,enak-enak naik montor malah ditabrak dari belakang" Aulian menyilangkan tangannya kesal.
"Kau dilarang naik montor mulai sekarang" kata Wildan tak mau dibantah.
"Selain donatur dilarang ngatur,siapa lo?" Ejek Aulian.
"Aku kakak mu" tatapan tajam ia layangkan pada Aulian.
"S-siapa a-adek lo,gue anak tunggal" Aulian mengangkat dagunya sombong, walaupun firasat mengatakan sebaliknya, Aulian tidak mau percaya.
"Baby anak Daddy, mereka berdua kakak kandung kamu" ucap Raid yang masih mengelus pelan kepala Aulian namun ditepis oleh Aulian.
"Jangan halu deh om, mana buktinya"
Raid mengambil map yang ada di depannya lalu ia tunjukkan pada Aulian, Aulian membaca tulisan itu berulang kali untuk memastikan dokumen itu benar tanpa adanya kepalsuan.
Aulian mambanting dokumen itu hingga lusuh, Darel mendekati Aulian dan merebutnya dari pangkuan Raid.
Darel memangku Aulian dengan menghadap dirinya sambil memberikan pelukan supaya kembaran yang baru ia temukan tenang "maaf, maaf Abang yang salah, maaf" Darel mengusap punggung Aulian lembut.
"Hiks..hiks..a-abang jahat huaa...benci sama Abang.. hiks kesel"
Wildan dan Raid mengerti secara garis besar apa yang dimaksud dengan Aulian, mereka mendekat dan mengusap kepala Aulian supaya berhenti menangis.
"Hiks..kalian jahat hiks m-masa gue di bu-buang!"
"No babyboy, Daddy tidak pernah membuang mu,tidak akan pernah" Raid mencoba untuk menyakinkan Aulian.
"Bohong..h-hiks gue dibuang huaa"
"Berhenti menangis, nanti adek susah bernafas" Wildan khawatir pada Aulian yang tak mau berhenti menangis. Sungguh,mendengar suara tangisannya membuat hati Wildan sakit.
_____
Tap tap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aulian
Teen Fiction"gak mau! Lo siapa bangsat jauh jauh sana!" "hukuman menantimu babyboy"