Gallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer.
Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila.
Perempuan itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Setelah keluar dari kelas dengan wajah penuh kemarahan, Gallio menggerutu kesal, suaranya dipenuhi umpatan kecil yang meluncur tanpa henti. Dia pikir hanya Jenny yang bakal di usir karena ketahuan berisik, tau-taunya dia juga. Kalau tau begitu, percuma aja. Dosen gila, tidak jelas, pikirnya.
"Sial, tuh dosen ngapain sih?" keluhnya, mengumpat sambil melangkah cepat menjauhi pintu kelas. "Baguslah diusir, gue juga malas lama-lama di situ. Kuliah hanyak bikin ngantuk. Membosankan." Meskipun sebal, Gallio merasa sedikit lega karena terbebas dari kebosanan tanpa repot-repot berulah.
Gallio melangkah jauh sambil menggaruk kepalanya, bosan. Ditolehnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya, membuatnya memiliki ide untuk berpikir meninggalkan kampus, dan bergabung dengan Richer, barangkali mereka ada di ruko.
Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok—yang beberapa waktu dia tuduh di kelas—sedang duduk seorang diri di bangku panjang di sepanjang koridor kampus.
Seketika, niatnya untuk cabut terurung. Dengan rasa penasaran, dia mendekat saat Jenny baru hendak memasang earphone di telinganya. Perempuan itu hanya bergeming sekilas ketika menyadari Gallio duduk di sebelahnya, tapi setelah itu, dia hanya menikmati lantunan lagu yang mulai terputar di telinganya.
"Woi," panggil Gallio sambil menyenggol bahu Jenny dengan bahunya.
Jenny menoleh dengan tatapan datar, membuka salah satu earphone-nya yang tersemat di telinga sambil mengangkat alis, seolah menunjukkan ketidaktertarikan.
Lama mereka saling bertatap intens tanpa sepatah kata pun, mengubah atmosfer di sekitar mereka menjadi berbeda bagi Gallio. Tatapan Jenny yang datar dan tak bergerak membuatnya semakin bingung, seolah berusaha mencari makna di balik ekspresi wajah Jenny yang tenang. Ada ya orang begini?
"Gue mau balikin pulpen elo," kata Gallio akhirnya yang lama-kelamaan merasa aneh sendiri pada dirinya. Atau mungkin aneh pada Jenny. Dengan gerakan canggung, dia merogoh jaket jeans hitamnya, mengambil pulpen yang sebelumnya dipinjamnya, dan menjulurkannya kepada Jenny.
"Nih. Besok-besok jangan bawa sial lagi ke gue," tambahnya, berusaha terdengar santai, jelas sekali tersirat ingin mencari topik obrolan, marasa penasaran dengan sikap tenang perempuan itu.
Tapi, tampaknya Gallio salah ucapan. Karena Jenny semakin diam setelah menerima pulpen itu, menatapnya sejenak tanpa sepatah kata pun sebelum akhirnya bangkit berdiri untuk pergi.
"Tunggu, tunggu." Gallio menarik tangan Jenny, membuat perempuan itu lagi dan lagi menoleh. "Lo marah ya sama gue?" tanyanya, mencoba menebak. Soalnya ekspresi Jenny lebih dingin dari sebelum-sebelumnya. Kali aja dia beneran marah karena Gallio isengin di dalam kelas tadi.