Galaxy 1: Para Galaxis

125 15 3
                                    

Apa kabar Galaxis?

RYAN menghela napas dengan lesu. Tali tas gendong yang ada di kedua bahunya dia pegang dengan lumayan erat. Tatapannya tidak memancarkan semangat. Kedua kakinya malas untuk melangkah. Padahal, dia dan teman-temannya sedang berjalan pulang.

"Apa kau lihat Ryan? BoBoiBoy Taufan menyentuh memelukku! Dia betul-betul memelukku! AAAAAAAAAAAAAAA!" Kory berteriak sambil memeluk dirinya sendiri dan lompat memutar. Orang-orang yang ada di jalanan terotoar ini heran dengan tingkahnya. Beberapa ada yang mengangkat sebelah alis, beberapa ada yang mengangkat sebelah bibir, dan beberapa ada yang berhenti, dan terus menatap tingkah Kory dengan lumayan intens.

Dylan mengangkat sebelah bibirnya, jijik. Ryan menghela napas—lagi-lagi lelah—Nathan dan Timmy kompak menutup kuping, lalu Dolly, dia serta-merta menjitak kepala Kory. "Berisik!"

"Auw!" Kory meringis. Mengusap kepalanya. "Kau ini apa-apaan?"

"Kau yang apa-apaan! Kita saat ini sedang di trotoar! Kecilkan suaramu!" Dolly mengingatkan, sekaligus dongkol. Beberapa pasang mata masih menatap ke arah mereka, meski beberapa menit kemudian orang-orang memutuskan untuk sibuk ke urusan mereka masing-masing.

Kory merengut, "habisnya, aku senang sekali bisa bertemu dengan BoBoiBoy Taufan. Selama ini, kita sering melihatnya di televisi ataupun yutub, 'kan? Dan tak disangka, satu teman baru kita, Erisha, ternyata adalah adik dari boyband kembar tujuh," kata Kory. Dia berbisik di bagian akhir agar tidak ada seorang pun yang tahu. Dia berusaha menunaikan janjinya pada gadis yang baru saja dia sebut namanya.

Erisha Whiteblood, kasarnya, teman baru mereka. Seorang gadis berambut dusty pink panjang dengan mata hijau toska yang menawan. Meski dikatakan sebagai gadis yang pemalu dan kurang bersosialisasi, Erisha memiliki rahasia, yang mana dia meminta para pilot untuk merahasiakannya dari publik; Galaxyas Collab. Boyband kembar tujuh yang saat ini tengah naik daun.

"Dan kau juga pasti senang karena telah bertemu BoBoiBoy Gempa, 'kan?" Kory bertanya, bermaksud menggoda gadis itu.

Dolly jelas tidak ingin munafik. Pipinya bersemu begitu Kory bertanya. Memori tentang pertemuannya dengan Gempa masih terasa hangat sampai saat ini. "Tentu saja! Aku masih tidak percaya kalau aku akan bertemu dengannya. Kami seperti sudah ditakdirkan. Gempa benar-benar tampan seperti Dewa Yunani." Dolly memuji dengan mata berbinar. Kedua tangannya bertaut dengan kepala yang menengadah ke atas. Membayangkan wajah Gempa disertai senyuman dengan pose mengulurkan tangan tepat ke arahnya. Di bayangan Dolly, Gempa sudah seperti pangeran berkuda cokelat yang saat ini sedang menjemputnya.

Sekarang, gantian Dylan menatap gadis itu dengan mengangkat sebelah bibirnya, jijik. Dia kemudian melangkah agak cepat, dan mendekati Nathan. Dia juga membisikan sesuatu pada anak bertopi merah itu. "Bukankah Dewa Yunani itu 'agak-agak'?" Dylan bertanya. Lebih tepatnya, membuka topik obrolan tentang BoBoiBoy Gempa yang disamakan dengan Dewa Yunani.

"Entahlah, sebenarnya aku kurang suka cerita tentang Dewa-dewi, tapi kudengar, rata-rata Dewa Yunani itu rada 'nganu'."

"Kalian ngomong apa, sih? Jangan bilang kalian sedang menjelekkan idolaku!" Dolly langsung sewot begitu dia mendengar bisikan Nathan. Dari ekspresi gadis itu, jelas dia tidak terima Gempa disamakan dengan Dewa yang 'nganu'. Dewa yang sekiranya jelek.

Keduanya langsung berjengit begitu gadis ini berteriak. Nathan menatap Dolly ngeri, dan Dylan menatapnya tidak mengerti. Entah hanya perasaannya saja, atau Dylan merasa kalau kelakuan Dolly mulai agak tidak sehat. Apalagi jika ada orang yang menjelekkan BoBoiBoy Gempa.

Lagi-lagi, Ryan menghela napas. Kory dan Dolly telah bertemu dengan idola mereka masing-masing, dan pertemuan mereka berjalan dengan sangat baik. Tidak seperti dirinya, Ryan tidak diperhatikan oleh idolanya sendiri.

Galaxyas CollabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang