Galaxy 4: Semuanya Gaduh

82 10 15
                                    

Lah? Apakah itu Tobot? Tobot X?

KORY merasa bersalah. Dia kelepasan bicara. Meski begitu, alasan kenapa dia menganggap Halilintar sebagai idol yang dingin, karena dia kesal.

Jujur saja, Kory sendiri tidak masalah kalau Halilintar mengabaikannya, asal dia jangan mengabaikan Ryan!

Kory tahu bagaimana kembarannya yang satu itu mendukung Halilintar. Kalau ada waktu luang, Ryan pasti akan nge-stalk akun Halilintar, menonton ulang beberapa video klip Galaxyas Collab, juga melihat live Halilintar di salah satu akun sosial medianya. Pemandangan yang tidak biasa bagi Kory, tetapi Kory membiarkannya. Alasannya? Ya, karena Kory paham sekarang Ryan memiliki hal yang dia sukai, meski menurut beberapa orang hal ini tidak penting-penting amat.

Jika disimpulkan secara kasar, mental Ryan saat ini tengah dibunuh oleh ekspektasinya sendiri. Dia bahkan tidak ingin menganggap Halilintar sebagai idolanya lagi.

Ryan merasa, waktu yang dia gunakan untuk mendukung Halilintar terbuang sia-sia. Ryan benar-benar kecewa.

Ryan kembali melangkah dengan lesu, melewati teman-temannya yang masih terdiam. Namun tiba-tiba, Ryan rasakan bahu sebelahnya ditepuk sesuatu. Dia kira, Kory yang menepuk bahunya, tetapi rupanya Dylan.

"Kita makan topokki saja, yuk," ajaknya, lalu menepuk bahu Ryan lagi sebanyak dua kali.

Ryan mengangguk, kemudian tersenyum tipis. Ryan, Kory, dan Dylan memiliki ritual baru. Siapapun yang sedang sedih di antara mereka, harus makan topokki-tetapi kalau tidak ingin makan pun, sebenarnya tidak apa-apa. Topokki bisa dimakan kapan saja.

Kory yang mendengar itu langsung semringah. "Baiklah! Kalau begitu, kita langsung ke tempat Asher!"

"Wah, boleh aku ikut?" Timmy bertanya. Dia meloncat-loncat kegirangan. Rasa senangnya bertemu Solar dan digendong Blaze masih terasa sampai sekarang. Dia malah semakin bersemangat.

Kory terkekeh. "Boleh, selain topokki, kau boleh memesan apa saja, Dylan yang teraktir!"

"Eh? Apa?" Dylan berkedip mendengarnya. Dia tidak pernah sekalipun memiliki niat menelaktir orang. Uang jajannya bahkan hanya cukup untuk dirinya sendiri.

Timmy mengangguk, terlanjur percaya.

"Eh, Dolly, Nathan, kalian ikut juga, ya," pinta Kory. Baginya, akan lebih baik kalau mereka ikut ke restoran keluarga Asher juga. Lebih ramai, lebih seru.

Dolly mengangguk dan Nathan mengiyakan sambil mengusap kepala Timmy. Yah, peran Nathan hanya untuk menjaga Timmy karena sang adik ingin makan di luar. Positifnya, berarti Nathan tidak perlu membuat makan siang.

Setelah keputusan itu dibuat, para pilot pun kembali melangkah. Persoalan tadi mereka hapus sejenak untuk merasakan suka-cita. Jalanan masih ramai, dan matahari masih dengan semangat menyinari manusia dan objek yang ada di sekitarnya.

Dengan hati yang lumayan terhibur, juga senyumnya yang tipis, Ryan dan pilot lainnya pun, pergi ke restoran keluarga Asher.

"Eh, apa itu?"

"Lah? Apakah itu Tobot? Tobot X?"

Saat nama X disebut, Ryan sontak menoleh ke sana-kemari, mencari dalang atau siapapun yang menyebut nama Tobotnya. Namun, kalau dilihat-lihat lagi, orang-orang yang ada di jalan ini tampak kompak dan acak menyebut nama X. Ryan jadi tidak bisa mencari siapa orang pertama yang menyebut nama Tobotnya. Terlalu ramai di sini.

"Ryan, di atas!" Kory memberi instruksi. Dia menunjuk ke langit, sadar dengan apa yang kakak kembarnya cari.

Ryan mengikuti instruksi Kory. Bukan hanya dirinya, tetapi teman-temannya juga begitu. Semuanya, sontak melihat ke atas, ke langit.

Galaxyas CollabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang