"Nih minum, mau berobat saja harus disediakan minuman." Gelas berisi teh dengan es didalamnya diserahkan langsung kedepan muka aldo yang sedang melihat kekiri-kekanan seluruh halaman rumah kepala desa, dia jarang bertamu disini. Karena dia orang yang sering dimarahi oleh bapak, padahal semua yang dia lakukan tidak sepenuhnya salah bagi aldo. Tapi aldo tidak tersinggung, karena aldo juga tau kalau bapak itu memberitahukan yang baik. Preman gini aku tetap dewasa, lelaki jantan. Pikir aldo.
"Yakan haus, tidak iklas sekali kamu." Aldo menerima minuman dan langsung meneguknya sampai habis. Iza bisa melihat jakun aldo naik turun mengikuti menelan minuman.
"Haus banget ya?, langsung habis gitu." Aldo meminum minumanya sekali tarikan nafas tanpa jeda. Membuat iza heran. Gelas yang diberikanya cukup besar padahal.
"Sini tangan kamu, dikasih obat." Iza menarik tangan aldo langsung keatas pahanya. "Cih." Aldo sedikit berdesis kesal tapi aldo tetap menurut. Iza menuangkan obat langsung ketangan aldo dan mengoleskanya secara perlahan. Karena lukanya tidak perlu dijahit, jadi cukup dibersihkan dan diberi betadine dan ditutup tipis agar kuman tidak masuk. Iza memotong perban memanjang dan mulai menutupi luka aldo."Sudah, jangan kena air dulu lukanya." Iza merapikan peralatan kedalam kotaknya kembali. Iza melihat jam yang memang sudah menunjukkan jam 12 siang. Aldo yang telah diobati melihat hasil pengobatan iza, rapi juga. Pikir aldo. Iza dan aldo duduk dalam diam sangat lama, iza sebenarnya menunggu aldo untuk mengatakan pamit. Karena memang tidak ada lagi yang harus dilakukan, iza juga tidak terlalu bersemangat karena bang gilang kesukaanya ternyata tunangan, membuat iza hanya ingin istirahat dirumah. Ni orang kapan perginya, pikir iza.
Aldo duduk sambil melihat perkarangan dengan tenang sambil mengupil, aldo tidak tau kalau orang disampingnya sedang menatapnya tidak suka. Aldo juga hari ini tidak ada kerjaan, sebenarnya tadi ada. Cuma karena insiden tangan terluka ini, jadinya aldo kabur saja dari kerjaan itu. Iza memainkan handphonenya dengan kesal menunggu aldo pulang, jaringan dihandphone juga sedang tidak ada. Jadi tidak ada yang bisa iza lakukan dengan handphonenya.
Aldo melihat kearah iza yang sedang memainkan handphonenya, aldho mulai mendekat kearah iza. Bergeser dan sedikit bergeser, aldo yang sudah disamping iza mendekatkan kepalanya kekepala iza sambil melihat kehandphone juga.
Iza yang sebenarnya merasakan aldo mendekat, tidak menghiraukanya. "Ngapain coba ni orang", pikir iza.Dibawah teras rumah, iza dan aldo duduk dengan tenang berdekatan sambil melihat kearah handphone yang dipegang iza. Iza yang memang sudah mendownload banyak video terutama video warintil, yang merupakan video yang sering menemani iza makan. Aldo yang baru pertama kali melihat film seperti itu merasa penasaran dan terhibur. "Hahahahahaha".
Suara iza dan aldo tertawa terdengar besar diseluruh halaman rumah, karena melihat kelucuan divideo tersebut. Suasana iza dan aldo sangat baik disiang hari dengan adanya tertawa dan tertawa. Video yang ditayangkan tidak lama selesai, dan iza mematikan handphonenya."Yah, kok udahan." Kata aldo kesal dan memandang langsung kearah iza, iza pun memandang kearah aldo. Yang membuat muka mereka sangat berdekatan. Mata ketemu mata membuat mereka jeda memperhatikan muka masing-masing. Ni orang mukanya mulus amat, sama tu mulut banci pink. Pakai lipstick nih. Pikir aldo. Sedangkan iza berpikir, hidungnya mancung juga. Ganteng juga nih preman kampung, pikir iza.
"Loh ada nak aldo." Suara etek membuyarkan iza dan aldo yang saling melihat dan menilai. Walaupun aldo kebanyakan mengatakan banci didalam pikirannya. "Iya buk, tadi iza membantu saya ini mengobati luka." Jawab aldo sambil melihatkan tangannya yang diperban.
"Kenapa itu, bisa sampai luka seperti itu?" Tanya etek yang sudah diteras rumah. Etek membawa keranjang yang berisi sayur dan ikan, memang etek kalau siang itu pulang kerumah untuk memasak biasanya.Aldo menghela nafas dan memandang kearah samping menjauh dari tatapan etek dan tatapan iza yang penasaran. "Kamu main judi lagi dikampung sebelah? Mau dimarahin bapak lagi?" Etek curiga karena aldo tidak mau menjawab pertanyaan etek. Aldo menggaruk kepalanya,
"I-iya buk, mereka marah karena kalah terus. Jadinya rusuh." Aldo berdiri dan lari dari rumah sambil memegang sandalnya tanpa memakainya.
Random sekali perilaku preman kampung itu, pikir iza. "Haduh.. tuhan, susah dibilangin." Etek mengangkat keranjangnya dan berjalan masuk kedalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perawat Desa
General FictionIza yang jauh-jauh memulai merantaunya sebagai perawat dipuskesmas desa yang sangat indah dengan pemandangan alam serta pemandangan pria-pria desa yang menggoda. Peringatan : cerita gay bagi homophobia dilarang untuk membaca.