Bapakmu Idamanku

1.3K 68 26
                                    

Iza yang berada dipunggung nandho sedikit merasa mual karena badannya seperti digoyang - goyang, berbeda dengan digoyang dikasur yang membuat ketagihan. Pikir iza. Nandho terus berlari sampai melihat kerumunan warga desa dijalanan tepi sungai, warga desa yang tadinya banyak beraktivitas disungai sudah berkumpul ditepi jalan mengelilingi sesuatu. Iza bisa mendengar suara panik dan juga ada yang menangis.

"Ndho cepat!!" Gilang yang keluar dari kerumunan warga, yang siap menyusul nandho yang belum juga datang. Gilang berteriak keras membuat nandho semakin lari laju mengeluarkan semua tenaganya. Iza yang berada digendongan nandho mengeratkan pelukannya dileher nandho. Nandho yang sampai dikerumunan langsung dibukakan jalan oleh warga desa, nandho dan iza yang maju masuk kekerumunan dapat melihat kain batik yang digelar dijalan dengan seorang anak yang berumur lima tahun terbaring sambil dipangku oleh seorang ibuk - ibuk.

"Lepas bang." Iza langsung turun dari gendongan nandho, lalu mendekati anak yang terbaring tersebut. Iza bisa melihat luka didahinya penuh dengan darah yang masih mengalir jatuh kepipi, lukanya sepertinya dalam. Pikir iza.
"Koper aku bang letakkan disini." Iza melihat bang nandho mendekat meletakkan kopernya disisi kiri iza. Iza yang sudah langsung duduk dihadapan anak yang terluka langsung mengeluarkan alkohol dan pembersih untuk membersihkan tangannya terlebih dahulu.
"Nak, tolong ya nak. Tolong rahmad nak."
Kata ibuk yang masih memangku kepala anak yang terluka. "Iya nak tolong ya." Kata warga desa disamping iza. Dan iza bisa mendengar beberapa suara warga yang juga mulai meminta tolong agar iza bisa menyelamatkan anak itu.
Iza sebenarnya sedikit terganggu karena dikerumuni oleh warga seperti ini.

Iza mengambil sarung tangan dan memesangnya dikedua tangannya, setelah itu iza mengambil kapas dengan disirami alkohol. Iza mulai membersihkan darah - darah yang mulai mengering dan sedikit menggumpal diluka anak tersebut. Kata bang nandho anak ini tadi bermain bersama anak-anak yang lain disungai, dan anak yang bernama rahmad ini terpeleset dan jatuh mengenai batu didahinya.
Iza yang membersihkan luka, sedikit membuka luka perlahan melihat kedalaman luka. Perlu dijahit ini, pikir iza.

Iza yang mempunyai alat jahit untuk menjahit luka seperti ini, tapi dengan orang sebanyak ini yang melihat iza dan mengelilingi anak tersebut. Membuat iza ragu, takut lukanya tidak bersih dan ada bakteri. Aku bersihin saja dulu sambil menghentikan darahnya yang sedikit lagi berhenti mengalir. Iza mulai membersihkan luka sekali lagi, sambil memberikan beberapa salep dab obat. Iza langsung menutupi luka anak tersebut dengan perban agar lukanya tidak kemasukan bakteri.

"Bang bantu gendong kerumah bapak ya, lukanya perlu dijahit ini. Disini tidak bisa aku ngejahit lukanya." Kata iza langsung memandang kearah bang gilang yang tidak jauh dari nya.
"Iya za, ayo biar cepat dijahit lukanya."
Kata bang gilang yang mendekat.
"Biar aku saja za." Kata bang nandho yang memang dari tadi disamping iza.
"Abang keringatan gini habis lari-lari, nanti keringatnya jatuh ke adek ini gimana. Abang capek juga, biar bang gilang saja." Kata iza sambil mulai membersihkan koper medisnya.

Iza melihat kearah ibuk yang memangku anak tersebut, sepertinya ini ibu anak itu. Melihat bagaimana khawatirnya ibu ini, pikir iza.
"Adeknya tidak apa - apa bu, lukanya sedikit dalan tapi juga tidak terlalu dalam. Dijahit dulu lukanya dirumah saya." Iza tersenyum sambil mulai berdiri dari duduknya, iza sedikit merasa pusing dan miring kekanan dan langsung dipegang oleh gilang.
"Kamu tidak apa-apa za?" Tanya gilang mengerutkan wajahnya melihat iza sedikit pucat.
"Tidak apa-apa bang, mungkin karena digendong tadi jadi sedikit pusing." Kata iza tersenyum.
"Sudah bang gendong saja adeknya, bawa kerumah." Kata iza yang memegang koper medisnya langsung melewati kerumunan warga yang memberi iza akses jalan. Iza bisa mendengar suara ibuk - ibuk dan anak - anak yang berterimakasih dan tetap meminta tolong untuk menyembuhkan anak itu.

"Bang, rahmad tidak kenapa - napa kan? Rahmad tidak jadi lupa namakan."
Kata salah satu anak yang mengikuti iza.
Kepala anak tersebut dipukul oleh temannya disebelahnya. "Apasi kamu, ada - ada saja."
Kata anak itu ketemannya bertanya kepada iza tadi. Anak itu memegang kepalanya yang dipukul dengan kedua tangannya sambil cemberut.
"Nanti kalau yang seperti film waktu itu gimana?a-aku siapa, a-aku dimana?. Gimana dong."
Kata anak itu lagi ketemannya yang memukul kepalanya. "Mana mungkin." Sahut anak satu lagi yang dibelakang mereka.
"Iya, aneh kamu." Kata anak satu lagi.
Anak yang memukul kepala temannya mendekati iza dan memegang baju iza dan menariknya. Iza melihat kearah anak yang menarik bajunya.
"Rahmad tidak hilang ingatan kan bang?" Tanya anak ini dengan mata yang berkaca, sebenarnya iza bisa melihat keempat anak itu matanya semua sudah berkaca kaca ingin menangis.
"Tidak kok, Rahmadnya luka gores saja." Kata iza tersenyum melihat kelucuan anak - anak yang mengkhawatirkan temannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perawat DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang