Nandho tersenyum menatap iza yang duduk dibawahnya. Nandho menatap iza lucu karena iza malah melamun, apa jangan-jangan benar iza ini.. tapi tidak mungkin, tapi ketika dipondok. Nandho yakin ada yang mengenggam burungnya. Pikir nandho
Iza yang tidak tau harus bagaimana hanya diam menatap bang nandho diatasnya, kepala iza sedikit menghadap keatas. Pemandangan yang dilihat iza sangat sangat membuat iza merasa gila untuk ingin menerkam bang nandho. Dengan kepala menghadap keatas, iza melihat muka nandho yang tampan, tetapi bukan hanya muka bang nandho. Tonjolan burung bang nandho didalam celana dalamnya juga sedikit menghalangi iza yang melihat muka bang nandho. Tidak bisa, aku tidak bisa tahan lagi. Anjinglah emang bang nandho yang sengaja goda aku. Pikir iza yang mulai gelap mata.
Iza langsung menaikkan kepalanya dan bersentuhan dengan celana dalam bang nandho, iza menghirup dan menghirup aroma yang berada didalam celana bang nandho. Aroma maskulin dengan sedikit asam tetapi wangi, membuat iza mabuk dan terus menghirupnya. Hidung iza bergesekan dan kadang menekan kecelana dalam bang nandho, ada sensasi lembut saat iza menekan hidungnya. Burung bang nandho yang tebal belum menegang sangat lembut, iza semakin menekan mukanya diburung bang nandho. Muka iza kadang bergesekan kekanan dan kiri. Hidung,pipi kanan dan pipi kiri iza bergantian bergesekan dengan burung bang nandho merasakan lembutnya burung bang nandho yang tebal.
Iza sedikit menurunkan mukanya sampai hidungnya bergesekan dengan dua bulatan yang tercetak dari celana dalam bang nandho. Iza mengarahkan mukanya, sampai-sampai hidungnya tepat ditengah-tenngah biji bang nandho, "ehmm haaah". Iza menghirup aroma sangat dalam seakan iza kekurangan nafas yang mana udara hanya bisa didapatkan ditengah-tengah biji bang nandho.
Puas dengan hidung iza yang berada ditengah-tengah biji bang nandho, iza mulai menggesekkan hidungnya kesela selangkangan bang nandho. Hidung iza naik - turun diselangkangan bang nandho, iza yang menyentuh kulit selangkangan bang nandho membuat iza merasakan perasaan tersengat didadanya. Nikmat, nikmat sekali.. seperti ini rasanya aroma kulit bang nandho. Iza memepetkan mukanya masuk diselangkangan bang nandho membuat pipi kirinya berdempetan dengan tonjolan keras, dan pipi kanannya dengan paha keras bang nandho.
Didalam kamar nandho yang temaram oleh lampu kuning yang redup dengan udara dini hari yang sangat dingin, tetapi dingin seperti tidak bisa menembus kulit iza dan nandho. Iza yang masih melekatkan mukanya diselangkangan nandho sampai - sampai suara tarikan dan hembusan nafas iza terdengar diseluruh kamar yang cukup kecil ukurannya, dan nandho yang diam mematung merasakan gesekan dari muka iza dan sensasi udara dari nafas iza yang hangat menerpa kulitnya. Iza yang masih melekatkan mukanya diselangkangan bang nandho sebenarnya sedikit bingung apakah harus melanjutkannya, iza merasa gagal untuk dapat memgontrol emosinya yang ini. Membuat iza merasa bersalah karena sudah termasuk melecehkan bang nandho, orang yang pertama lebih akrab dengannya dikampung ini. Rasa bersalah yang mulai mengalahkan rasa nafsu iza membuat iza kembali ke akal sehatnya.
Iza memundurkan wajahnya dari selangkangan bang nandho dan kembali berhadapan dengan celana dalam bang nandho yang bentuknya sudah berbeda, karena ada garis dengan ukuran yang besar sudah menjadi penopang celana dalam bang nandho menjadi payung. Membuat tonjolan yang memaksa maju kedepan itu hampir bersentuhan dengan mulut iza.
Iza menghadap keatas untuk melihat bang nandho, nandho yang sekarang sedang memejamkan mukanya menghadap keatas. Membuat iza hanya dapat melihat dada bang nadho yang naik-turun kuat beserta jakun dan dagu bang nandho, iza tidak bisa melihat wajah bang nandho. Iza semakin takut dan bersalah dengan apa yang dilakukannya kepada bang nandho. Bagaimana nanti bang nandho menjauhinya, bagaimana nanti bang nandho mulai memakinya dan lebih parahnya bagaimana nanti jika bang nandho memberitahukan seluruh desa. Tangan iza sedikit bergetar karena takut membayangkan hal itu terjadi, keringat dingin mulai turun ke pipi iza. Kedua tangan iza yang menggenggam kasur mulai menguat dan sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perawat Desa
General FictionIza yang jauh-jauh memulai merantaunya sebagai perawat dipuskesmas desa yang sangat indah dengan pemandangan alam serta pemandangan pria-pria desa yang menggoda. Peringatan : cerita gay bagi homophobia dilarang untuk membaca.