eps 8

263 36 5
                                    

Kali ini Pharita merutuki luasnya dunia, kenapa jarak gerbang utama dengan fakultas farmasi itu sangat jauh, masalahnya dia dan Ruka berpisah di fakultas matematika tempat Ruka kuliah. Terpaksa ia harus berjalan , bukan, lebih tepatnya berlari karena dua puluh menit lagi pukul sembilan. Ia baru sampai fakultas keperawatan ,masih ada fakultas biologi , fakultas farmasi, dan terkahir fakultas kedokteran, kurang lebih jaraknya sekitar satu kilometer lagi.

"Pagi pak" sapa nya ketika melihat Pak Siwon.

"Ah, kebetulan ada kamu, Prit. Anterin surat-surat ini ke Fakultas kedokteran ya. Tukang posnya salah nganterin nih". Siwon menyerahkan beberapa surat itu tanpa memberikan waktu pada pharita untuk bicara.

Pharita masuk ke bangunan serbaputih itu. Jika fakultas farmasi hanya lima lantai, fakultas kedokteran dua kali lipatnya. Rasanya jantung pharita seperti habis berlari. Memang dia habis berlari tapi debarannya menjadi dua kali lipat.

Ada sengketa antarmahasiswa fakultas Farmasi dan fakultas kedokteran. Katanya, anak-anak kedokteran itu memandang rendah anak farmasi. Mereka menganggap anak farmasi itu hanya anak-anak buangan yang tidak lolos seleksi kedokteran. Padahal ikut seleksi kedokteran saja tidak. Seharusnya sesama tenaga medis saling mendukung.

Brak!!

Seseorang yang berlari sambil memegang labu erlenmeyer menabraknya. Cairan putih itu menyumpahi jasnya. Entah bagaimana warna cairan kimia tadi berubah menjadi cokelat ketika mengenai kain. Surat-surat yang ia bawa pun ikut berhamburan.

Orang itu malah pergi tanpa meminta maaf sama sekali. Pharita berjongkok memungut surat-surat itu.

Syukurlah Asa datang membantunya.

"Pharita? Loe ngapain kesini?" Tanya Asa

"Nih nganterin surat-surat yang salah alamat. Ngomong-ngomong ruang dosennya dimana ya?"

"Disebelah lab patologi klinik"

"Lab patologi itu dimana?"

"Dilantai sembilan, sorry ya gue ga bisa bantuin loe, gue lagi buru-buru".

"Iya gapapa, thanks udah ngasih tau"

Setelah kepergian Asa, pharita langsung menuju lift yang ada di fakultas itu, pharita berpikir pantas saja biaya kuliahnya mahal., Paling tidak ia tidak harus naik tangga.

Ia menatap arlojinya, lima menit lagi jam kuliah dimulai ia menyerahkan surat surat itu kepada dosen yang paling cepat ia temui.

Ketika pharita keluar seorang wanita yang ia yakini seorang dosen memanggilnya dan menyerahkan setumpuk bisnis file sambil berkata "tolong bawain ini ke perpustakaan ya?"

"Tapi, Bu saya buk-" dosen itu meninggalkannya begitu saja.

Sabar!

Pharita berakhir dengan berlari untuk kali kedua. Ia terlambat lima belas menit gara-gara kebingungan mencari perpustakaan di fakultas kedokteran. Apalagi jam kuliah hari ini dilakukan di aula yang berada dilantai lima. Karena fakultas farmasi tidak seperti fakultas kedokteran yang difasilitasi dengan lift,
Jadinya lima lantai harus dilalui dengan menaiki seratus anak tangga.

Kakinya bergetar, lututnya terasa akan patah. Pharita mengambil nafas panjang beberapa kali setelah sampai didepan pintu aula. Seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Danielle- temannya sejak kelas sebelas itu sudah duduk dimeja kedua paling belakang. Syukurlah dosennya juga belum datang.

"Nemu sawah dimana Prit? " Dia tertawa melihat keadaan Pharita.

"Kesiramn AgNO3, jadinya cokelat kayak gini" jawabpharit yang duduk disampingnya.
.
.
.
Panas kota Jakarta hari ini sungguh membuat haus. Rora dan teman-temannya langsung berisut menuju kantin begitu bel istirahat berbunyi.

"Jus jeruk lima ya pak. Meja biasa" pesan Rora sambil menyodorkan selembar uang seratus ribu. Tak lama, lima gelas jus jeruk sudah siap berpindah ke meja mereka.

Hyein dan Rora sedang menikmati makanan kesukaannya yaitu mie Bakso sedangkan haerin, Ella dan Ahyeon mereka memakan mie goreng.

Ya, ahyeon bergabung dengan anak kelas sebelas karena dikelasnya ia belum memiliki teman, ia hanya kenal dengan Rami.

"Oh iya Ra, loe masih punya banyak hutang cerita sama kita. Sama siapa Loe dijodohin? Kenapa loe bisa berangkat sama kak Rami, jangan-jangan loe dijodohin sama kak rami ya? Dan kenapa kalian bertiga kayak udah saling kenal gitu, setau gue loe gapernah cerita punya temen selebgram" Tanya hyein bertubi-tubi.

"Satu-satu kali nanyanya. Oke gue jelasin. Jadi setelah kemaren gue jalan-jalan sama orang yang dijodohin sama gue itu, gue pulang kemalaman akhirnya gue nginep deh dirumahnya, yang ternyata dia adalah kakaknya Kak Rami. Anaknya sahabat mamih gue dan sahabat nyokapnya mereka berdua juga" jawab Rora sambil menunjuk kepada Ella dan Ahyeon dengan dagunya.

"Iya bener dan sialnya bukan cuma Rora yang dijodohin tapi semua anak-anak dari ketiga sahabat nyokap gue juga". Tambah ahyeon

"Bentar, otak gue gak nyampe. Maksudnya loe berdua juga dijodohin?" Tanya haerin Yang diangguki oleh kedua teman barunya.

"Yang lucunya itu ya guys, keempatnya kan punya anak sama sama dua, cewek empat cowok empat. Gue, kak Ahyeon, Ella, kak Pharita,.."

"Pharita kakaknya Chiquita? Berarti Chiquita juga dijodohin?". Haerin sering melihat Instagram ayahnya Chiquita untuk melihat postingan jam tangan keluaran terbaru. Disana ia juga melihat frederic sering menandai Chiquita dan Pharita.

"Jadi kalian bertemu pas acara perjodohan itu? Terus yang dijodohin sama kak Rami siapa?" Tanya Hyein penasaran.

" Gue" jawab Ella pelan, Hyein terbatuk-batuk mendengar jawaban Ella.

"Makanya kalo lagi makan jangan banyak nanya, keselek kan" tegur Rora sambil memberikan minuman milik hyein.

"Berarti kak Ahyeon, loe dijodohin sama Chiquita? Dan bang ruka dijodohin sama kakaknya Chiquita? Gilaaaa sih orang tua kalian kek niat gitu" haerin menggelengkan kepalanya ketika berhasil menebaknya dengan benar.

To be continued
Pendek aja dulu ya😁

Kamis, 25 Juli 2024

jodoh wasiat mommy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang