Pharita berlari menuju parkiran, disana sudah ada Ruka yang sedang menunggunya. Ia meminta Ruka untuk mengantarnya ke Rumah sakit. Tadi setelah kelas selesai Pharita mendapat telepon dari ibunya bahwa ayahnya mengalami kecelakaan.
"Loe jangan panik ya, kita ke rumah sakit sekarang" . Ucap Ruka sambil memasangkan helm pada Pharita.
Anak mana yang masih bisa berpikiran tenang. Saat tahu orang tuanya mendadak masuk rumah sakit . Pharita sangat khawatir ayahnya terlambat mendapatkan penanganan.
"Kalo bisa agak cepetan ya, gue takut ketika gue Dateng ayah udah ga ada. Gue belum siap dengan kemungkinan paling buruk itu". Pinta pharita.
Ruka melajukan motornya dengan lihai, seperti satu-satunya pemilik jalan. Ia meminta Pharita untuk jangan panik padahal ia juga sama paniknya bahkan ketika mendapat kabar dari Pharita.
"Heissh blokade jalan" dengusnya. Ketika melihat jalan sudah dipenuhi mobil-mobil yang tidak sabaran dan menggunakan jalur satu-satunya.
Ruka tiba-tiba menaikkan motornya ke trotoar dan mengebut disana. Untung tidak ada orang yang berlalu lalang.
Mereka tiba di rumah sakit, ia mendapati Chiquita sedang duduk dikursi tunggu sendirian.
"Dek, gimana kondisi ayah sekarang? Udah ada kabar dari dokternya? Bunda mana?"
"Belum. Tadi sama perawatnya masih diminta untuk nunggu, bunda juga ikut menangani ayah ,kak"
Ketika Lisa keluar, ketiga orang tersebut langsung berdiri untuk menemuinya.
"Bunda, gimana keadaan ayah sekarang?" Pharita tampak sangat cemas
"Ayah manggil kamu sama ruka " dengan segera keduanya langsung masuk ruangan tersebut.
Frederic memberi isyarat untuk melepas alat pernapasan yang menempel di hidung. Dengan nafas pendek-pendek, pria tua itu menatap Pharita dan Ruka.
"Kalian mau kan nikah sekarang, ayah takut umur ayah ga akan lama lagi dan ga sempat menjabat tangan calon suaminya pharita, perempuan itu tanggung jawab ayahnya. Ayah titipkan Pharita sama kamu ya Nak. Chiquita gak perlu wali untuk menikah".
"Saya memang mau menikah dengan anak om, tapi ga gini caranya om, om pasti sembuh"
"Kenapa, loe ga bisa ? Ya udah gue bakal cari cowok la--". Gadis itu menangis hebat sampai hidungnya memerah.
Pharita salah paham Ruka hanya berpikir memutuskan menikah tidak segampang itu, karena menurutnya pernikahan bukanlah sebuah mainan ,tapi disisi lain juga pharita menganggap bahwa umur ayahnya juga bukan hal yang bisa dimainkan.
"Oke gue nikahin loe sekarang, loe ga keberatan kan kalo mahar dari gue cuma hafalan Alquran?"
Pharita mengangguk, dia sama sekali tidak mempermasalahkan maharnya sekalipun hanya sebuah cincin besi.
Frederic benar benar pucat pasi. Hanya cairan infus dan heparin yang masuk ke tubuhnya. Masih dengan berbaring, Frederic menjabat tangan Ruka. Dengan terbata-bata, dia menikahkan Pharita pada Ruka.
Ruka pun membacakan surah Ar-rahman sebagai mahar
"Saya terima nikahnya Pharita boonpajdeethaveeyod binti frederic Arnault dengan mahar tersebut tunai"
Frederic menatap para saksi yang tadi Lisa telepon untuk datang ke rumah sakit, Jung Hae in dan Taehyung mengangguk dan mengatakan sah. Dia tersenyum ke arah Pharita dan mengangkat kedua tangan sambil mengucap syukur.
Semua membaca doa pernikahan yang dipimpin Taehyung. Belum usai doanya, frederic terengah-engah. Tak lama setelahnya tangan frederic melemah.
Pharita mematung hebat seolah raganya ikut menghilang, secepat itukah? "A-ayah" panggil pharita pelan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
jodoh wasiat mommy [HIATUS]
Fanfictionmau gimana lagi gue tolak juga gak bisa toh mami nya dia sama mami gue Sabahatan. pas ketemu di acara keluarga atau cuma sekedar makan-makan aja selalu manggil gue dengan sebutan mantu. ~rora apa-apaan sih nyokap, orang ga terlalu kenal dan sama se...