"ayo bicara,"
Sasuke menatap lurus ke depan dimana dari sini nampak seluruh area desa Konoha yang tengah ramai masyarakat lalu lalang, sedangkan Naruto- ia duduk diatas ayunan dengan posisi Sasuke yang berdiri disampingnya. Bak mengenang masa kecil Naruto masih bisa merasakan rasa kesepiannya dulu menjadi teman satu-satunya yang ia miliki, "lalu hal apa yang ingin kau tanyakan Sasuke?"
Rambut raven itu berantakan mengikuti arah angin membawanya melayang, Sasuke menghela nafas panjang sebelum ia melontarkan kalimatnya Sasuke harus berusaha untuk tidak menjadikan kata kata itu terdengar ambigu ataupun aneh.
"Aku teringat saat sepuluh tahun yang lalu, saat dulu kita bertarung dilembah akhir,"
Sasuke menjeda, mengalihkan tatapannya untuk melirik si kuning yang sibuk mengayunkan ayunan sehingga tubuh itu menikmati dorongan serta angin yang berhembus kencang. "Apa kau ingat apa yang kau ucapkan sebelum kau pingsan, Naruto?" Tanyanya.
Berhenti.
Dorongan kaki ke tanah oleh Naruto ia hentikan, pun gestur wajah sendu mengisi ketampanan yang ia punya. Naruto bisa merasakan relung hatinya berdesir antara perasaan nyeri, malu, dan takut. Andaikan Naruto jawab iya, apakah Sasuke akan marah dan semakin membencinya? Padahal baru semalam Naruto bahagia karena kejujuran Sasuke, haruskah Naruto menjawabnya jujur?
"Yang mana?"
Sasuke bersidekap dada, "sewaktu kau dengan sengaja menusuk dirimu sendiri menggunakan chidori yang ku aktifkan,"
Jantung Naruto berdegup kencang, ia ingat betul apa yang dikatakannya waktu itu. Naruto sengaja mengakui bahwa ia menyukai Sasuke, Naruto pikir dia akan dijemput kematian dan ungkapan tentang perasaan akan menjadi hal terakhir yang ia sebut didunia.
Didalam batin Kurama menggeram, 'kalau kau mau mati lain kali dengan cara yang lebih elit!'
'bodoh, payah, idiot!'
'kau ini datang datang hanya bisa memaki orang!'
'aku lebih baik mati saat terhisap wadah Jubi atau ditangan Kaguya, dibanding harus mati konyol karena cinta buta mu itu oon!'
'ahk sudahlah pergi sana jauh jauh Kurama!'
'pengganggu!'
Naruto berkerut, 'sini biar tubuhmu aku yang gantikan!'
'e-eh N-naniii???'
'tunggu- kur-'
"Sasuke,"
Yang dipanggil menoleh, suara itu bukan suara Naruto. Suara khas penghuni tubuh dengan segel diperut, seekor rubah berekor sembilan- Kyubi!
"Dimana Naruto? Kenapa kau malah disini?" Sasuke heran ada apa ini? Kurama datang, terlihat dari bola mata sapphire kini tergantikan dengan warna bola mata merah pekat iris yang tajam lurus vertikal.
"Lupakan soal bocah ingusan itu. Sasuke, kau bisa bertanya apapun padaku," ujar Kurama, bangkit dari ayunan dan berdiri berhadapan bersama tubuh Naruto yang dikendalikan Kurama.
"Aku tidak bisa,"
Sasuke memalingkan wajah, dia maunya bersama Naruto karena ini menyangkut permasalahan hati dan semua terkaan yang diluar duga. Sasuke mau tahu apakah yang dirasakan hatinya selama ini terhubung dengan batin Naruto atau memang hanya kebetulan Naruto perhatian dan ia sendiri yang terjebak pada imajinasi rumit dikepala.
"Baiklah, apa kau benar benar tidak ingin mengetahui sesuatu dariku? Aku bisa langsung menjawabnya, tidak seperti kuning payah itu,"
"Cih tidak bisa berterus terang," ah, Kurama bahkan memukul kepala Naruto, melampiaskan kekesalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Takdir
FanfictionPairing : NaruSasu Sasuke baru tahu jika Naruto menyimpan perasaan padanya ketika sang rival sudah bertunangan dengan Hinata. Lantas apakah takdir akan membiarkan mereka berpisah? Atau ada diantara mereka yang ingin mengaitkannya bersama?