Setelah melalui beberapa hari penuh untuk berlari dan bersembunyi tanpa henti, Felix kini telah mencapai batasnya. Dia hampir membungkuk, kakinya yang telanjang gemetar kelelahan. Dingin merayap, membekukannya.
Menatap bolak-balik antara orang-orang berjubah hitam yang mengepung dari sisi berlawanan dan lubang besar yang menganga di belakangnya, Felix terkesiap.
Jantungnya berdebar tak keruan. Dia mencengkeram kedua sisi kain yang menjadi satu-satunya kehangatan di depan dadanya dengan begitu kencang, menekan rasa sakit yang merobeknya dari dalam. Bernapas susah payah tanpa menurunkan kewaspadaan dari para pemberontak di hadapannya.
Pemimpin kelompok itu melirik ke arah jurang, kemudian kembali melihat Felix yang berdiri di tepi dengan gigih.
Semakin lama melihatnya, semakin ia merasa konyol karena pemuda itu lebih memilih menjauh darinya yang, jelas, akan memberikan kenyamanan berupa kemewahan di 'rumah mereka' jika dia benar-benar patuh dan menurut tanpa perlawanan.
"Berhenti main-main, Merveille. Kemarilah dan ayo kembali bersamaku, sekarang," katanya dengan nada keras. Bergerak maju beberapa langkah, tangannya siap untuk mencengkeram sosok berharga yang keras kepala itu jika perlu.
Kepalanya berkelebat, mencari jalan keluar. Namun tidak satu pun terlihat. Felix tidak bisa maju, dan membuat langkah mundur berarti kematian.
Wajahnya berubah pucat seperti kain putih yang membalutnya dan salju di sekitar. Selama tiga hari terakhir ia bergantian berlari dan bersembunyi, Felix sudah lelah, mati rasa, dan hampir tidak bisa bergerak. Jika dia tidak segera kembali ke tempat yang hangat, keadaan itu hanya akan menyebabkan kondisinya bertambah buruk.
Angin meniup helai-helai putihnya yang lembut, seolah mengusap pipi yang sudah kaku dan pucat itu. Inti sihir di tubuhnya hampir rusak total dan jika Felix masih keras kepala, maka hari ini akan benar-benar menjadi hari terakhirnya melihat dunia.
Bahkan jika aku mati di sini, siapa yang peduli? pikirnya geli. Membuat ekspresi merendahkan tanpa bergerak dari tempatnya.
Pemimpin kelompok itu makin tidak sabar. Ia menggeram, melihat Felix yang masih belum menunjukkan tanda ingin menyerah. Jika pangeran itu tidak membuat keputusan sekarang, satu-satunya jalan untuk membuatnya menurut adalah dengan kekerasan.
Tentu saja, dia -pemimpin pemberontakan- sudah mengantisipasi hal-hal seperti ini. Tetapi rencana terukur itu gagal total ketika sebuah peluru sihir melesat dengan kecepatan kilat dan menembus jantung pangeran Hellisseu.
Felix tersentak. Rasanya dia dapat mendengar bola kaca rapuh di jantungnya hancur berkeping-keping, kemudian perasaan aneh menyebar ke seluruh tubuhnya. Kakinya lemah dan kejadian yang terlalu cepat membuat Felix tidak menyadari bahwa tubuhnya sudah limbung ke belakang dan merosok ke bawah.
Ketika Felix akhirnya terjatuh ke dalam jurang, dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun satu hal yang pasti dalam benak sebelum ia pergi untuk selamanya adalah bahwa ia benar-benar tidak akan merindukan dunia itu lagi, bahkan untuk sesaat.
Tidak.
"Tolong jangan berharap pada apapun lagi," gumamnya sedih. Tersenyum getir pada kenyataan menyakitkan yang terjadi padanya di kehidupan ini.
Asap merah tipis keluar dari bilah bibir dan dadanya. Menyelimuti tubuh yang perlahan dingin dengan kehangatan terakhir.
"Mengerikan, bagaimana bisa nyonya Hellisseu melahirkan putra sepemarah dia?"
Telinganya berdengung, suara-suara di masa lampau menghantuinya lagi.
"Putri dan pangeran kembar jauh lebih berbakat, serta berkepribadian baik. Pun pangeran termuda yang sering muncul pada acara pertemuan. Ketiganya benar-benar seperti nyonya Hellisseu!"
Ia melirik pemimpin pemberontakan yang mengulurkan tangan untuk menggapainya dari atas jurang. Berteriak dengan wajah panik yang menurutnya lucu.
"... tidak heran ... banyak orang yang ... tidak ... berteman dengannya. "
Satu-satunya sahabat yang pernah dia punya, pada akhirnya menjadi satu-satunya orang yang menyakitinya lebih dari apapun.
🥀
A/n ; 26 Juli 2024.
Tes ombak. Kalau gelombangnya kecil, update-nya lama. Kalau gelombangnya besar, update-nya cepat. Nanti diusahakan up hari minggu ini untuk chapter pertama.
Terima kasih semuanya🗣️🗣️👍🏻🔥🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terrible Lonely Prince
FantasyFelix Hellisseu, pangeran kedua yang berpenampilan mengerikan itu terlahir kembali setelah mati di tangan pemberontak yang dipimpin oleh mantan sahabatnya. Terkapar mengenaskan, sendirian, dan di tempat asing yang tak satupun orang akan menolongnya...