Chapter 2

914 147 13
                                    

Sebuah kata yang terdengar mustahil itu sukses membuat Renjun terkejut, ia dengan segera melepas pelukan itu guna menatap Jeno dengan tatapan tak percaya.

"Coba ulangi kalimat yang kau ucapkan tadi?"

Berpura-pura tidak tau akan maunya pemuda dihadapan, Jeno lantas memandangi lingkungan disekitar, berusaha menghindari tatapan Renjun yang penuh tuntut.

"Yang mana? Aku tidak tau!"

Renjun berdecak kemudian berkacak pinggang, "Jangan berpura-pura bodoh, aku tadi masih mendengar dengan baik bahwa kau memanggilku dengan sebutan hyung!"

Jeno mendengus seolah tidak mengerti, "Telingamu saja mungkin yang salah, mana mungkin aku sudi memanggilmu hyung, kau bahkan lebih pendek dariku."

Sebelah tangan yang tadi berkacak kini melayang guna menghampiri telinga Jeno, "Dasar bocah nakal, kemari kau bocah!"

Tau akan adegan apa yang terjadi kedepannya, Jeno lantas berlari dari amukan Renjun yang terlihat ingin menjewernya.

Saat melewati meja makan, netra Jeno tak sengaja menangkap sebuah box besar yang ada di meja tersebut, ia yang akan lari dari amukan Renjun lantas berhenti meminta jawaban.

"Ini apa?"

Ketika telunjuk Jeno menunjuk ke arah kotak tersebut, Renjun lantas mengambilnya lalu mengeluarkan isi yang terdapat didalamnya.

"Cake? Untuk apa?"

Jeno tidak menyadari tulisan kecil yang terdapat diatas kue tersebut hingga ketika Renjun membawa kue itu ditangannya, netra Jeno membola tak percaya.

"Selamat ulang tahun Jeno, jangan bilang kalau kau lupa dengan ulang tahunmu sendiri?"

Mata Renjun memicing tajam melihat Jeno yang tidak berkutik sama sekali, ditambah lagi dengan ekspresi kebingungan diraut wajahnya menambah prasangka Renjun akan Jeno yang lupa perihal tanggal lahirnya.

"Ternyata aku benar-benar ulang tahun ya?" Cicitan Jeno memperhatikan tulisan kecil yang berada di cake tersebut, iris kecoklatannya memindai selidik pada huruf yang yang tertulis 'Happy Birthday' disusul dengan dua buah angka yang tercetak dibawahnya.

"Aku tidak menyangka bahwa masih ada yang mengingat ulang tahunku, aku sendiri bahkan lupa." Sebilah senyum menghiasi birai Jeno yang melengkung indah melihat cake berwarna pink pastel tersebut.

Renjun mendekati Jeno yang terdiam, tangannya lalu berusaha memperbaiki helaian surai Jeno yang berantakan, "Hanya orang yang kurang beruntung yang tidak mengingat hari ulang tahunmu Jeno."

"Berarti kau orang yang beruntung?" Tembak Jeno pada kalimat Renjun secara spontan, "Aku memang orang yang beruntung, memiliki omega cantik yang sudah ku anggap sebagai adikku ini. Omega tangguh yang berani menghadapi dunia yang keras."

Terharu akan kalimat yang Renjun sampaikan membuat Jeno dengan singgap memeluk yang lebih tua, hingga yang dipeluki merasa sesak akan cengkraman tersebut.

"Kau bisa membunuhku Jeno, pelan-pelan saja jika kau mau memelukku."

Mendengar protesan tersebut membuat Jeno terkekeh, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan canggung.

"Ayo tiup lilinnya Jeno."

Renjun membawa pemuda itu untuk duduk dikursi yang telah disiapkan, dirinya pun dengan gesit menancapkan lilin berbentuk angka 21 diatas cake tersebut kemudian menyalakan pemantik apinya.

"Buat permohonan dulu Jeno."

Jeno segera mengapitkan kedua tangannya, kedua matanya pun tertutup fokus seraya menyampaikan keinginan.

Sugaring Candy || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang