Chapter 3

758 136 23
                                    

Terhitung sudah hampir 4 tahun Renjun mengenal Jeno, dimulai dari ketidaksengajaan mereka bertemu pertama kali didepan sebuah universitas yang cukup terkenal di kota Seoul.

Pada saat itu ia tidak sengaja menemukan Jeno tengah menangis sendirian didepan gerbang universitas tersebut, karena rasa penasarannya yang cukup tinggi akhirnya ia mulai menghampiri pemuda itu.

"Kenapa kau menangis?" Hanya itu yang bisa Renjun tanyakan ketika ia hanya bisa mendengar isakan tangis tersebut, beberapa detik ia menunggu jawaban namun yang ditanyai hanya terdiam tak bergeming.

Mengira bahwa si pemuda tersebut mewaspadainya, Renjun memundurkan sedikit tubuhnya memberikan jarak pada si pemuda yang tengah bersedih.

"Adik kecil, kalau kau tengah menghadapi suatu masalah kau bisa menceritakannya padaku, aku bukanlah orang yang jahat."

Renjun mengulurkan tangannya berharap bahwa si pemuda mau sedikit untuk menengadahkan wajah menatap dirinya.

Namun tindakan tersebut percuma, ia yang bahkan sudah menunggu dengan cukup lama malah tidak mendapatkan respon yang ia inginkan.

Merasa bahwa tindakan yang ia lakukan sia-sia, Renjun menarik tangannya lalu menenggakkan diri guna menjauhi pemuda tersebut, tapi baru saja beberapa langkah dirinya meninggalkan si pemuda, sebuah suara memanggil dirinya.

"Maaf aku tidak sopan mengabaikan ucapanmu hyung."

Suara yang agak serak dibarengi isakan tangis itu mengalun dengan sempurna dipendengaran Renjun, iapun lantas berbalik kembali dan bersimpuh.

Renjun memberikan senyuman manisnya, "Akhirnya kau membalas sapaanku, siapa namamu adik kecil?"

Yang ditanyai terdiam sesaat, "Namaku J— Lee Jeno, hyung."

"Nama yang bagus, nama hyung Huang Renjun, panggil saja Renjun." Renjun mengulurkan tangannya lalu disambut dengan baik oleh Jeno yang kini ikut tersenyum.

"Kenapa kau menangis disini adik kecil?" Laki-laki bermata rubah yang berstatus sebagai beta itu melirik ke arah dua tas yang ada disisi kiri dan kanan Jeno.

"Aku diusir dari rumah." Kalimat itu sontak membuat Renjun terkejut, ia hampir saja berteriak jika saja ia tak pandai mengontrol diri dan malah mengundang atensi orang lain kepadanya.

"Bagaimana bisa?" Laki-laki yang lebih muda kembali terdiam diikuti dengan lelehen air mata yang mengalir dipipinya, Renjun yang melihat itupun mengusap mata yang lebih muda, tau bahwa tindakannya salah karena sudah menanyai hal yang tak pantas.

"Maaf jika pertanyaanku tadi melukai dirimu, untuk sekarang apa kau sudah punya tempat tinggal yang baru?"

Pertanyaan itu dihadiahi sebuah gelengan pelan.

"Mau ikut tinggal dirumah hyung dulu?"

Jeno mengangkat wajahnya menatap Renjun, "Tapi aku orang asing, bagaimana mungkin aku bisa tinggal dirumahmu hyung."

Renjun menggeleng, tangannya bergerak mengusap helai coklat Jeno yang cukup panjang, "Aku percaya bahwa kau orang yang baik."

Kali ini Jeno tak dapat lagi menahan tangisnya, ia menangis kencang dengan badannya yang menubruk tubuh mungil Renjun.

"Terimakasih banyak hyung, terimakasih."

Jeno memang ikut bersama dengan Renjun tetapi pemuda tersebut tetap menolak untuk tinggal dirumahnya alhasil ia harus mencari tempat tinggal yang layak untuk Jeno.

Sebuah kos-kosan dengan harga yang cukup terjangkau menjadi tempat tinggal Jeno untuk sementara waktu, beruntung bahwa Renjun merupakan salah satu orang yang cukup kaya hingga segala pembiayaan Jeno yang diperlukan seperti sandang dan pangan tercukupi olehnya.

Sugaring Candy || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang