Happy Reading!
-
-Pagi ini, Gendis terburu-buru. Ia akan melakukan pekerjaan pertamanya sebagai ART. Di lain sisi, Bryan nampak linglung melihat Bundanya sangat bergegas pagi ini.
"Bunda, kenapa? Kenapa buru-buru?"
"Maaf, sayang. Bunda ada sesuatu mendadak, Bunda pergi dulu, ya?" Pamit Gendis, seketika itu juga Brya1n salam kepada Bundanya.
Lalu Gendis pergi begitu saja.
Bryan bingung. Ada apa Bundanya hari ini, sungguh tingkah lakunya aneh. Dia ingin mencari tau, apa yang membuat bundanya terburu-buru.
Tapi ia urungkan niatnya. Seharusnya, ia tak mencampuri urusan sang Bunda.
Namun, ia khawatir.
Tak berpikir panjang mengenai Bundanya. Bocah laki-laki itu memilih bermain ditaman, dekat dengan jembatan yang mereka tinggali.
Wajah Bryan bersemi, melihat tempat bermain yang dipenuhi anak-anak.
Taman itu sangat indah, banyak anak dan orang tua bermain riang disana.
Keharmonisan keluarga, ia tak pernah dapatkan. Bryan merasa iri melihat pemandangan taman itu.
Sungguh, ia iri. Ada banyak sosok Ayah yang bermain dengan anaknya, tetapi Bryan hanya datang sendirian.
Terkadang rumput itu dijaga, kadang juga rumput itu dibiarkan menjadi tanaman liar.
Ayunan. Bryan memilih bermain ayunan sendirian, ditaman.
"... Papa, jahat banget, Bryan dibiarin sendirian ..." murungnya dengan wajah sendu, yang seakan ingin menumpahkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Rumput [SUNGWOON]
Novela JuvenilRumput yang subur akan mendapatkan tempat layak, kasih sayang, dan perhatian lebih. Namun Bryan, ia dilabeli "rumput", "rumput liar" ataupun terabaikan. Semua orang selalu menginjak dirinya, merendahkan dirinya, menghancurkan dirinya. Kenapa ia masi...