Ndaru menatap Sahya dengan tatapan lapar yang menakutkan, mulai bergerak menuju arahnya seolah-olah ingin mempermainkan mangsanya. Benang-benang darah kembali mengalir dari cakarnya, menambah kesan mengerikan yang mengelilingi monster itu. Mulutnya membentuk senyum yang mengerikan.
Dalam sekejap, Sahya merasa terjebak dalam kegelapan dan ketakutan. Ia memejamkan matanya, bersiap-siap menunggu ajal menjemputnya. Di dalam pikirannya, suara-suara berbisik, menyiksa dan menemaninya dalam ketidakpastian. "Ini sangat menyakitkan, semuanya telah berakhir. Aku tidak dapat melanjutkannya lagi. Biarkan aku mati di sini."
Kesedihan dan penyesalan memenuhi seluruh dirinya. Sahya merenungkan kesalahannya, pemikirannya melayang pada keputusan yang membawanya ke situasi menyakitkan ini.
"Seharusnya aku tidak pernah memasuki ruangan aneh itu atau menyentuh batu aneh itu." Gema suara dalam benaknya menggema.
"Masih belum..."Tangan Sahya tiba-tiba mengepal kuat, dan bersamaan dengan meluapnya amarah yang tiba-tiba menyala, pola tato roh memancarkan cahaya yang cerah di tubuhnya. Lingkaran energi berkumpul di sekelilingnya, tubuhnya bergerak perlahan seiring dengan aura merah yang ganas berkedip-kedip di kulitnya.
Dengan fokus menancap pada pikirannya, pola tato merah menjalar dari seluruh tubuhnya, lalu meledak menjadi medan aura merah yang menyelimuti dirinya. Batu-batu di tanah sekitarnya bergetar tak terkendali, kemudian meledak menjadi pecahan-pecahan kecil yang berterbangan.
Sesaat Sahya terjebak dalam kebingungan mengenai situasi yang mengelilinginya, namun ketika matanya menangkap sosok Ndaru yang masih berdiri di depannya, ia mengesampingkan keraguan itu untuk sementara.
Ndaru meskipun juga terlihat bingung dengan perubahan yang terlihat pada Sahya, Ia tidak menghiraukannya dan dengan cepat mengayunkan cakarnya.
Dalam momen kritis itu, Sahya merasakan kekuatan mengalir dalam dirinya menguat, memberikannya fokus baru.
Ia kemudian menginjak tanah dengan mantap dan menghindari serangan Ndaru yang datang dengan ganas. Dalam sekejap, Sahya membalikkan tubuhnya kemudian menyerbu ke arah monster itu seperti gelombang api merah yang mengamuk
Semburan energi tersebut menghantam tubuh Ndaru dengan keras, melemparkannya puluhan meter jauhnya.
Namun, setelah serangan itu, Sahya terhuyung mundur, tampak bingung. Ekspresi wajahnya mencerminkan ketidakpercayaan, seolah ia tidak menduga bahwa kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya bisa melahirkan serangan sekuat itu.
Namun Sahya tidak punya waktu untuk mengagumi kekuatannya sendiri, Ndaru itu masih hidup. Tiba-tiba, cakar monster itu mulai berubah warna menjadi merah darah, menandakan peningkatan keganasan dan kekuatannya yang semakin memuncak. Dengan kepakan sayapnya, Ndaru meluncur ke arah Sahya dengan cepat, siap untuk melancarkan serangan mematikan.
Terdengar suara gemuruh guntur di kejauhan, dan dua sayap muncul lagi di langit.Suara guntur lain terdengar di langit dan sambaran petir besar langsung menghantam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨
Historical Fiction────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆───── Sahya hanya seorang mahasiswa biasa yang senang menikmati fasilitas dunia modern. Namun, tangannya yang iseng menyentuh benda aneh yang membuat dirinya terlempar ke masa lalu dalam tubuh seorang anak k...