.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 ℑ𝔙

14 6 0
                                    

Semua tampak berwarna abu-abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua tampak berwarna abu-abu. Sejauh mata memandang hanya terlihat bebatuan. Karena daerah ini merupakan tempat utama penghasil batu bagi suku Palon Dihyang, tentu terdapat banyak batu bagus yang dapat dengan mudah dijadikan perkakas.

Para pejuang suku mendapat hak istimewa untuk memilih batu pertama yang akan dikumpulkan karena itu adalah tempat latihan mereka. Orang-orang yang lebih lemah, seperti Sahya, akan memiliki kesempatan untuk 'Mengambil sisa makanan'setelah itu. Sebuah ungkapan terdengar cukup merendahkan, meski menggambarkan situasi saat ini dengan sempurna.

Biasanya, anggota suku lainnya akan 'Mengambil sisa makanan' pada jam makan malam, saat matahari hampir tenggelam. Hal ini disebabkan mayoritas pejuang berhenti berlatih dan istirahat setelah waktu tersebut.

Bagi mereka yang belum membangkitkan kekuatan roh dan mereka yang memiliki kekuatan roh lemah, tempat latihan akan menjadi tempat yang agak berbahaya di waktu tertentu. Serpihan-serpihan yang menyebar akibat hantaman tinju pejuang ke batu pada dasarnya seperti peluru bagi mereka yang rentan.

"Sebuah batu yang bagus bisa ditukar dengan banyak makanan" ucap Sahya dalam benaknya. Dengan adanya instruksi dari Ogi sebelumnya, Sahya akan lebih mudah dan aman dalam mencapai tujuannya.

Suara gemuruh datang menyelimuti daerah tersebut dan mengusir keheningan yang meresap ke dalam setiap sosok yang berada di sekitar arena latihan. Seseorang mungkin hanya merasakan hawa dingin dari perbukitan terdekat, namun bagi Sahya, itu adalah waktu yang paling menegangkan.

Suara batu yang dihantam oleh kekuatan yang luar biasa. Dari atas, terlihat batu-batu yang jauh lebih besar menggelinding ke bawah sisi gunung. Akan sangat berisiko jika Sahya berjalan ke sana jika Ogi tidak memberitahunya tentang rute yang aman.

Sahya terus berjalan dengan santai sambil merapikan rambutnya yang berantakan dan membersihkan serpihan kecil batu yang menempel di kulitnya.

Tempat di mana Ogi berlatih berada di dekat puncak bukit. Karena lokasi tersebut merupakan area latihan bagi para pejuang, tidak terdapat jalur yang rata yang telah dibuat. Hal ini menyebabkan akses yang sulit untuk dilalui. Saat Sahya akhirnya mencapai wilayah yang telah ditunjukkan oleh Ogi sebelumnya, lengan, tangan, dan kakinya terluka dan berdarah.

Lukanya tidak menjadi perhatian Sahya saat ini meskipun terlihat menyakitkan, mungkin ia berpikir bahwa lukanya akan sembuh setelah istirahat beberapa hari. Semuanya akan sia-sia jika dia tidak berhasil menemukan beberapa batu bagus.

Batu-batu dengan berbagai ukuran dan bentuk berserakan di tanah yang tidak rata, sedangkan di seberang tebing terdapat lubang-lubang dengan kedalaman berbeda-beda dengan bekas lekukan di tepi permukaan batu.

Sahya berasumsi bahwa pasti ada batu yang lebih keras yang tertanam di lubang tempat latihan ini. Jika beruntung menemukannya, Ia akan membawanya kembali untuk dijadikan alat berburu lainnya. Batuan keras dan halus tidak tersebar rata di wilayah ini. Sebagian berada di permukaan dan sebagian lagi terkubur jauh di dalam tanah.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang