.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 𝔙ℑℑ

9 4 0
                                    

Di waktu senja, saat matahari mulai meredup di langit, seorang pria paruh baya bernama Pato menjalankan tugasnya dengan tekun mengantarkan makanan ke gua Tawon setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di waktu senja, saat matahari mulai meredup di langit, seorang pria paruh baya bernama Pato menjalankan tugasnya dengan tekun mengantarkan makanan ke gua Tawon setiap hari. Pato tak sekuat Ogi dalam hal kekuatan ditambah dia harus rela kehilangan salah satu lengan akibat cerita tragis dari kecelakaan saat menjalani petualangan berburu, insiden tersebut juga menyebabkan akhir dari perjalanan karirnya sebagai seorang pemburu.

Berbeda dengan Sahya, anak-anak gua tersebut memiliki sifat keras serta tanpa belas kasihan. Mereka menjaga jarak dari siapa pun dari luar, terus-menerus terlibat dalam pertempuran internal, seringkali bersitegang dalam persaingan sengit bahkan untuk sepotong daun. Saat waktu makan tiba, mereka segera memasuki gua seperti gerombolan serigala rakus, tidak meninggalkan apapun untuk orang lemah di antara mereka.

Terkadang Sahya melihat seorang anak sekarat di tanah, diabaikan oleh anak-anak lain.Keinginannya untuk membantu selalu terpendam dalam hati, namun dia sadar dengan tubuh lemahnya, bahkan untuk mempertahankan diri pun tak mampu. Usahanya untuk memberikan makanan ia peroleh kepada anak lain sering kali berakhir dengan kekecewaan, tidak ada satu pun peduli dengan kebaikannya.

Bentuk frustrasi tersebut mendorong Sahya untuk bertindak. Ia bertekad untuk bekerja lebih keras dalam meningkatkan kebugaran fisiknya. Dia berharap dengan membangun kekuatan fisik, kemampuannya dapat dimaksimalkan, sehingga mampu menangkap cukup makanan untuk dirinya sendiri serta mungkin membantu anak lain.

"Hei, lihat ke arah sana! Ada kerumunan!" sahut seorang anak lain dengan nada penasaran.

Sahya segera melangkah menuju kerumunan untuk mengetahui peristiwa ersebu. Di sana terlihat sekelompok pemburu dengan beruang besar diseret melewati gerbang suku. Sorakan gembira kepada sekelompok pemburu membuat suasana semakin meriah, mereka memperlihatkan mangsa dengan penuh kebanggaan.

"Luar biasa, mereka berhasil menangkap seekor binatang besar!" seru Sahya dengan rasa takjub. Melihat para pemburu suksesmembawa mangsa besar, Sahya semakin mengagumi suku tempat ia berada. Bagaimana tidak? Mereka membawa beruang sebesar rumah! Tentu saja, pencapaian tersebut tidak akan bisa dicapai hanya dengan satu atau dua orang dari kehidupannya sebelumnya.

Pada momen-momen tersebut, perhatian Sahya tertuju pada tato mencolok di lengan seorang pemuda jangkung berbadan besar. Berdasarkan penuturan Paman Ogi, tato-tato tersebut melambangkan kekuatan roh para pejuang. Kekuatan roh mereka tampaknya tergambar melalui tato-tato terukir di lengan mereka. Semakin besar, tebal, serta panjang tato menandakan semakin tangguh pemiliknya. Pemburu tersebut pastilah seorang pejuang dengan kekuatan roh sangat kuat.

Dibantu beberapa anggota suku lain, para pemburu akhirnya menurunkan beruang raksasa di di sebuah lapangan depan gerbang suku. Kepala suku menyambut kedatangan para pemburu dengan hangat, kemudian naik ke podium di hadapan seluruh penduduk desa untuk menyatakan rasa bangganya atas pencapaian luar biasa tersebut.

Seusai kerumunan membubarkan diri serta para pemburu membawa pulang hadiah mereka, seorang pemuda jangkung berotot melangkah mendekati Pato. Dia merupakan pemburu dengan tato cukup panjang serta tebal di lengannya. Mereka berdua tampak sangat akrab.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang