EXTRA CHAPTER 2

3 0 0
                                    

Alam selalu punya caranya sendiri untuk mengistirahatkan diri dari manusia-manusia kotor. Sayangnya, cara tersebut kadang langsung mengurangi populasi dalam jumlah banyak. Namun, yang paling parah adalah tindakan manusia, yang sampai membangunkan alam karena keserakahan mereka. Alam murka, manusia tamat.

Beberapa masa ke belakang, ada sebuah kota metropolitan yang terkenal paling maju. Terbukti dengan fasilitas-fasilitas terbaik yang memenuhi kota, mempermudah kehidupan. Sebagian besar para penduduknya hidup sejahtera. Banyak pula wisatawan domestik sampai mancanegara yang datang untuk menikmati keindahan kota.

Namun, itu hanya tinggal sejarah. Terhitung 20 tahun kemudian, tempat itu tak lebih seperti kota mati yang memprihatinkan. Sejarah terjadi 20 tahun lalu, ketika kehancuran mahadahsyat meluluhlantakkan kota. Sejarah memilukan itu menjadi yang terparah dan sampai mematikan kota sepenuhnya.

Sebagian besar penduduk menjadi korban, bangunan-bangunan megah menyatu dengan tanah, tanah-tanah yang tertata telah terbelah di sana-sini. Kota rusak sepenuhnya.

Lalu, di tengah-tengah kota, tampak lubang berdiameter besar masih menganga, seolah-olah menjadi pengingat bagaimana kejamnya bencana yang menimpa kota 20 tahun lalu. Kala itu, langit berubah merah, tanah pun menjadi merah karena bercampur dengan darah, gedung-gedung ambruk dengan mudah dan tenggelam terisap tanah. Jeritan orang-orang masih seperti mengisi setiap embusan angin yang menyapa kota mati itu.

Sekarang kota itu telah ditinggalkan sepenuhnya dan alam memberikan wajah baru. Tumbuhan hidup dengan cepat, merambati setiap sudut kota yang tersisa. Membuat kota itu benar-benar menyatu dengan alam. Ada bekas garis-garis polisi dan kerangkeng yang menjadi penanda batas, mengelilingi pinggir kota agar tak ada warga sipil yang masuk sembarangan ke sana.

Di kejauhan, terlihat mobil hitam yang terselimuti debu-debu tipis berhenti tepat di aspal dekat pintu masuk kota. Aspal itu hanya tersisa beberapa patah saja karena sebagian besar badan jalan hanya tersisa tanah dan dilapisi tumbuhan rambat. Mobil itu memimpin rombongan sepertinya. Di belakangnya, menyusul enam mobil hitam lagi yang berjalan dengan pelan.

Pengemudinya turun dengan pandangan langsung terfokus pada penampakan kota yang telah sepenuhnya terbengkalai itu. Langit tampak diselimuti gumpalan awan mendung, apalagi waktu hampir menginjak sore, menambah kesan suram suasana.

Orang itu memiliki tubuh tinggi kokoh yang kekar. Tubuhnya terbalut seragam serbaputih dan dia memakai helm besi hitam yang tampak mengilap. Sepasang matanya yang tajam tampak berlarian mengamati setiap sudut kota. Bangunan-bangunan yang tak lagi utuh, bahkan ada pula yang telah hancur sepenuhnya. Semua belum dibersihkan, membuat kota tampak terbengkalai dan berantakan.

Rombongannya berhenti dengan teratur di belakangnya. Mereka—yang berseragam senada—juga satu per satu turun.

The Creator hanya melirik kelompoknya sekilas, kemudian mengambil langkah pertama untuk memasuki kota. Dia melangkah pelan sambil mengamati bangunan-bangunan terbengkalai dengan fokus, menyusuri jalanan rusak yang masih menandai jejak-jejak kehidupan di masa lampau.

Beberapa anggota timnya yang ikut meninjau lokasi juga tampak mulai bergerak. Sebelumnya, mereka telah mengeluarkan banyak alat canggih dari mobil khusus barang—ada dua mobil yang dipakai khusus untuk mengangkut alat-alat canggih keperluan mereka.

Tujuan mereka hanya satu, meninjau lokasi yang sempat mengalami kehancuran terparah sepanjang sejarah. Ada objek yang menarik perhatian, yang akhirnya menuntun The Creator untuk datang berkunjung di tengah jadwal sibuknya.

"Kota ini masih memiliki harapan," kata The Creator begitu enam anggotanya yang ikut meninjau lokasi tiba di belakangnya.

"Maksud Anda?"

The Creator menarik napas dalam-dalam, menikmati aroma udara yang lembap. "Kota ini belum mati sepenuhnya." Ada senyum misterius yang mulai melebar di balik helmnya.

Pria tinggi itu kembali melangkah, makin dalam memasuki kota.

Bangunan-bangunan yang terlihat juga makin parah. Kegelapan kota yang misterius beradu dengan aroma udara yang masih mengandung kengerian bencana di masa lampau. Mereka hampir tak bisa bergerak menempuh jalan karena tumbuhan yang merambati. Jadi, The Creator menyuruh dua anggotanya sebagai pembuka jalan bagi mereka. Beruntunglah persiapan mereka matang sehingga bisa menyelesaikan masalah sepele ini dengan alat canggih yang dibawa.

Sekitar setengah jam kemudian, usia menyusuri seluk-beluk kota yang tak ada indahnya sama sekali, rombongan The Creator pun tiba di depan sebuah lubang dahsyat. Itulah tujuan utama mereka, lubang besar yang dulu hampir menelan bulat-bulat kota.

The Creator berhenti tepat di pinggir jurang, kemudian sedikit mencondongkan tubuh untuk melihat lebih jelas ke dalam lubang yang seperti tak berdasar itu.

Pada 20 tahun lalu, lubang itu tiba-tiba muncul begitu saja di tengah-tengah kota, merobohkan dan melahap bangunan-bangunan, menelan manusia-manusia, menyebabkan teror mengerikan yang seperti mimpi buruk. Diameternya terus meluas, membuat para penduduk tak sempat menyelamatkan diri karena terjebak dalam bangunan yang langsung amblas.

Sekarang dasar lubang itu mulai terlihat. Tampak menyeramkan. Ada kobaran api abadi yang terus berkobar dengan aliran lava yang terus menggelegak. Lubang itu sekarang seperti kuali besar yang siap memasak apa saja.

"Ini sempurna." The Creator tersenyum penuh semangat. Ide gila mulai mengobrak-abrik kewarasannya. Pria tinggi bermata tajam itu kemudian berbalik pada timnya. "Aku menemukan tempat yang sempurna di sini!"

Enam bawahannya tampak saling tatap dengan bingung, belum paham maksud The Creator.

"Kota ini harus dihidupkan kembali, karena lubang besar berisi lava ini adalah anugerah yang bisa kita manfaatkan." The Creator lantas tertawa terbahak-bahak.

Dia tampak puas dengan ide yang terus berkembang di dalam kepalanya. Tawanya juga tampak bahagia, seolah-olah dia sudah menemukan sebongkah berlian di siang bolong. Namun, kali ini bukan sebongkah berlian yang dia temukan, lebih dari itu.

Ada beragam ide besar yang mulai dia rencanakan dengan sempurna, dan itu bisa terlaksana berkat lubang berisi lava serta api abadi ini.

Ah, The Creator benar-benar tak sabar untuk mewujudkan ide gilanya satu per satu di kota mati ini. Kota ini akan kembali hidup sebagai tempatnya menggila kelak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang