27

129 23 2
                                    

Theodore berlarian mengitari rumah sakit, ketika tau dari Willy jika Devan mendatangi Arjuna sampai akhirnya dia melihat kedua pria itu sedang berpelukan, tidak lebih ke Arjuna yang memeluk Devan, sedang Devan memangis tak henti henti.

Theodore memutuskan berdiri menunggu keduanya dengan segala rasa yang berkecamuk.

Cukup lama sampai akhirnya dia melihat Arjuna berhasil membuat Devan duduk, dan berpamitan untuk kembali ke kamar Yoshua.

Theodore mendengarnya. Sampai Arjuna akhirnya melihat eksistensinya. Pria itu berdiri dihadapannya menepuk pundaknya sambil bilang "temenin" dan belalu begitu saja.

Helaan nafas Theodore hembuskan sebelum akhirnya menghampiri Devan.

"Ayo... ke makam James" Ucap Devan akhirnya, ketika berhenti menangis dan sadar ada Theodore di hadapannya. Setelah 8 tahun akhirnya Devan mau mendatangi makam suaminya.

***

Arjuna sudah menenangkan Willy yang terlihat begitu panik ketika dia kembali, membersihkan mukanya sebelum Yoshua terbangun atau mungkin Mario datang. Dia sudah tau jika Theodore pergi dengan Devan, pria itu mengirimkan pesan tadi yang tentu hanya dibaca oleh Arjuna.

"Pi.." Panggilan itu membuyarkan lamunan Arjuna.

"Koko udah sampai?" Ucap Arjuna begitu melihat Mario menghampirinya.

"Hmm... adek gimana?"

"He's good, tadi udah makan banyak. Itu tidur abis minum obat" Jelas Arjuna, Mario lalu menghampiri kasur adiknya, mengelus rambutnya dengan sayang.

"I minta maaf ya Pi... kalau aja I ga minta liburan bareng dan biarin kalian ngobrol mungkin Adek sekarang baik baik aja."

"Heiii Koko gaboleh ngomong gitu" Arjuna bangun dari duduknya menghampiri Mario.

"It's not your fault, justru Mami makasih karena kamu Mami sama Daddy bisa sama sama jujur"

"And I'm really sorry Pi, I'm not with you while you through the pain... I... I... punya adek yang... I'm a bad brother" Arjuna langsung memeluk Mario, membiarkan anak sulungnya itu menangis.

"It's my fault, Koko... Papi yang ga ngasih tau kalian... kalian jangan nyalahin diri kalian yaa" Sebelah tangan Arjuna menggenggam tangan Yoshua yang terkepal, Arjuna tau jika bungsunya ini sudah bangun dan ikut menangis bersama kakaknya.

Willy ikut menangis melihat semuanya. Dia selalu merasa tidak adil atas apa yang menimpa sahabatnya ini.

***

Theodore sedang menunggu kedua orang tuanya, setelah mengantar Devan ke makam dan mengantarkannya pulang. Mereka sepakat untuk mengakhiri segala yang terjadi diantara keduanya, secara baik baik. Devan bilang akan kembali ke London, malanjutkan pengobatan disana dan memulai hidupnya yang baru disana dan mendoakan kebahagiaan bagi Theodore yang entah akan bisa dia raih lagi atau tidak.

Tadi, dia mendapat panggilan dari Papinya, memintanya pulang dan segera bertemu.

"You sudah dari tadi sampai?" Begitu suara Leonel terdengar, Theodore menegakkan tubuhnya.

"Nope, around 10 min, maybe" Jelas Theodore yang tentu saja Leonel tau adalah kebohongan karena art nya sudah mengabari kedatangan Theodore sejak satu jam yang lalu. Hanya saja Leonel perlu waktu untuk menghadapi putranya dan menenangkan istrinya setelah mendapat telpon dari Arjuna.

"Oke" Katanya yang kemudian duduk, dia bingung bagaimana memulai obrolan dengan putra semata wayangnya ini.

Setelah mendapat telpon dari Arjuna perihat Theodore yang sebenarnya tidak baik baik saja. Leonel langsung menelpon pengacara Theodore dan meminta rincian apa yang terjadi serta kontak dokter yang menanganinya, beruntung dokter yang menangani Theodore masih dia kenal baik dan akhirnya dia mengetahui apa yang terjadi pada anaknya. Tentu saja dia kaget bahkan istrinya sudah menangis tersedu sedu menyalahkan dirinya.
***

Dia ingat ketika Theodore datang dan meminta bantuan, tapi Leonel malah mengusirnya membiarkan Theodore menyelesaikan kelakuannya sendiri, ketika Theodore menghilang hampir 4 bulan kemudian datang untuk menjemput Mario, Leonel malah memberikan pukulan pada pipinya.

"Daddy kenapa baru datang? Siapa yang bangunin Daddy selama far away from me???" Ucapan Mario yang terdengar lah yang membuat Leonel mengurungkan niatnya saat itu untuk menghajar habis habisan Theodore.

"Hey, boy... Koko how are you?" Ucap Theodore.

"I'm good, Opa and Opa are taking care me all the time, but I'm worrying you, Why you kurus banget Daddy???" Leonel ingat ketika itu dia baru sadar jika putranya itu kehilangan berat badan yang cukup signifikan.

Kenangan lama yang sebenarnya tidak pernah lagi Leonel ingin ingat.

***

"Kenapa, you calling me?" Theodore bertanya akhirnya melihat Papinya hanya diam saja.

"Boy..." Cukup lama Theodore tidak mendengar Papinya memanggilnya ini, biasanya panggilan ini sudah disematkan untuk Mario dan Yoshua. "You know senakal nakalnya you, you still have me and Mami... I'm sorry if you felt alone after what I did to you" Theodore sudah bisa menangkap kemana arah obrolan ini. Dia yakin Papinya sudah tau dari Arjuna.

"Hmm.. I understood, Pi... If I were You... Maybe I will do the same, I'm just a coward"

"Yeah... you are..." Keduanya tertawa dengan parau, tawa dengan penuh kesedihan. "But you're still my only son, Boy..." Leonel menjeda "Tell me, when you have to check up ya... Papi and Mami mau temenin" Dan saat itu Mamintnya turun, menghampiri Theodore, memeluk erat anaknya sambil menangis, membuat Theodore akhirnya pasrah dan meluapkan segala gejolak di dadanya dalam pelukan Maminya.

Tbc

Between Two ( Taeten )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang