16. More compromise

72 12 0
                                    

Hari sedang panas-panasnya, Nieka bahkan baru selesai dengan urusan buang hajatnya ketika ia mendengar orang bercakap-cakap dengan menyebut namanya.

Ia yang tadinya hendak keluar pun urung dan memilih menyembunyikan dirinya di balik bilik toilet.

“Iya. Yang gue denger Nieka sering keluar sama Bang Gerry. Itu udah jadi rahasia umum kali Bang Gerry selalu ngutamain Nieka dan nyuri-nyuri waktu untuk bisa bareng Nieka.”

“Dan Nieka manfaatin itu nggak sih. Gimana ceritanya dia yang biasa-biasa aja bawain radio, nggak semenarik dan sebagus itu bisa dapet slot sore coba? Bahkan slot pagi kalo bukan karna campur tangan Bang Gerry. Entah dengan cara apa juga sampe Bang Gerry ngasih slot itu buat Nieka.”

“Nggak tahu ya, cyin. Mungkin you know.. Body? Servis? Padahal yang pantas itu Kak Jody. Kak Jody udah ngarep banget loh. Eh tahu-tahunya malah Nieka yang dapet.”

“Emang sih Nieka yang lebih dulu kerja di sini dari Kak Jody. Tapi ‘kan konten yang dibawain Kak Jody lebih menarik dari Nieka. Hampir semua orang juga udah tahu kali kalo Kak Jody lebih cocok bawa—

Belum sempat kalimat itu selesai Nieka langsung keluar dari salah satu pintu bilik toilet. Ketika mereka bercerita tadi, ia pura-pura ngeden lalu menyiram wc. Ia melakukan itu agar kedua orang yang tengah bergosip itu tidak curiga dengan bilik toilet yang berisi dirinya di dalam.

Nieka menatap kedua perempuan itu dengan tajam sambil tersenyum miring. Tubuh mereka dapat dilihat langsung kaku. Nieka berdecih pelan, ia mencuci kedua tangannya sambil menatap mereka berdua yang terlihat langsung buru-buru menyelesaikan urusan mereka.

Tapi tentu saja tidak semudah itu. Sebelum kaki mereka keluar dari sini Nieka sudah menahannya dengan suaranya.

“Emangnya kenapa kalo gue deket sama Bang Gerry? Kalian cemburu apa gimana?”

Kening Nieka mengernyit sambil menatap keduanya dengan lekat. Tangannya mengambil tisu yang berada di dekat dinding lalu mengelap tangannya.

“Apa yang gue dapet ya karna hasil kerja keras gue dan kalo gue dapet juga karna campur tangan Bang Gerry juga emangnya kenapa?” Nieka berdecih keras. “Dan ternyata gue baru tahu kalo gue ngasih servis ke Bang Gerry? Gue nggak tahu tapi kok kalian bisa tahu ya? Ini gimana ceritanya sih malah kalian yang tahu bukannya gue?”

Kedua perempuan itu dapat Nieka lihat saling melirik dengan tubuh yang tetap berdiri tegak dan kaku.

“Jody? Kalian ngomongin si Jody itu lebih pantes dari gue? Kalo dia emang pantes kenapa malah gue yang dapet bukannya malah dia? Anggap aja karna gue emang deket sama Bang Gerry makanya gue dapetin. Tapi lo pikir deket doang bisa jadi anak emas? Dan juga lo pikir yang deket sama Bang Gerry gue doang? Nggak habis pikir gue sama pemikiran kalian ya goblok.” Nieka menggeleng-gelengkan kepalanya. “Gosipin gue dah gosipin. Makin bagus malah biar makin terkenal nama gue. Di Indonesia ‘kan makin nama lo dikenal makin bagus. Biar gue banyak dikenal orang sedangkan kalian bakalan tetep kerdil kayak gini.”

Nieka lalu memilih langsung keluar dari toilet dengan langkah yang tegas, dagu terangkat. Ekspresi wajahnya pun dingin tanpa adanya keramahan sama sekali. Kedua gadis itu pun hanya dapat diam tanpa berani bersuara meski Nieka sudah keluar.

Nieka mendengkus keras. Ia meremat kedua tangannya dengan kuat. Kalau mau dibilang marah ia marah. Mau dibilang kesal ia kesal tapi ia tahu. Ia tak bisa menutup mulut orang-orang yang menggosipkan namanya. Ia hanya bisa menutup kedua telinga agar tidak mendengar ocehan tak berdasar mereka dan tetap bekerja dengan baik.

Ia membangun karirnya ini dengan kerja keras jadi ia takkan membiarkan dirinya tumbang hanya karena gosip rendahan seperti itu. Ia butuh minuman asam. Lebih baik ia ke kantin dan membeli rujak serta es jeruk. Ia butuh menenangkan dirinya dan otaknya yang panas.

The Marriage Knots [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang