Chap 7. Selamat dan terselamatkan

2 0 0
                                    

langit yang awalnya cerah ceria kini perlahan berubah menjadi gelap, membuat siapapun akan ketakutan dan segera berlari menuju bangunan terdekat. angin yang tadinya sejuk dan melambai dengan lembut kini berubah menjadi sangat dingin dan ganas, siap menerbangkan apapun yang ada disekelilingnya.

disebuah mansion yang dikelilingi oleh hutan-hutan lebat dan mengerikan, para Maid terlihat sedang menutup semua jendela dan pintu agar tidak ada badai yang berani masuk. mereka berlarian kesana kemari di dalam mansion itu, bersiap menyambut sesuatu yang akan datang.

.

.

mata yang sedari tadi terpejam dengan damai kini mulai menunjukkan rasa tidak nyamannya. perlahan ia mulai merasakan angin yang tadinya berhembus dengan sejuk dan lembut, kini berubah menjadi sangat dingin, menusuk tajam tubuh lemahnya itu. perasaan tidak nyaman mulai menghampiri, memaksa sang tubuh agar segera bangun.

"dingin sekali..." keluh Flora yang masih dalam posisi berbaringnya. ia menyelimuti tubuh kecilnya dengan selimut tebal hingga menutupi seluruh badannya yang sudah menggigil kedinginan itu. mencoba menutup matanya kembali dan masuk kembali ke alam mimpi yang sempat terjeda itu.

brak brak brak

"ish, berisik banget sih!" terbangun dengan perasaan kesal, Flora menyibak asal selimut yang tadi memeluk tubuh dinginnya. menatap dengan kesal pintu balkon yang terus menerus membanting dirinya sendiri kedinding, mengeluarkan suara berisik yang membuat siapapun terganggu karenanya.

Flora dengan perlahan turun dari kasur dan berjalan menuju pintu balkon sembari memeluk tubunya yang dari tadi kedinginan. saat hendak menutup pintu balkon, ia sempat melihat dengan jelas langit yang sangat gelap itu, lebih gelap dibanding biasanya. "gelap banget, cuaca disini memang semengerikan itu, ya?" tanpa berlama-lama ia langsung menutup pintu itu dengan keras.

Flora kembali salah fokus ketika melihat sebuah mobil mewah ada di depan gerbang tempat ia berada saat ini. Ia tidak ambil pusing soal itu, selesai dengan urusannya menutup pintu balkon, Flora langsung berjalan ke kasur tempat ia ingin kembali berhibernasi sebelum penjelajahan dimulai.

Sekilas ia melirik ke arah cemilan yang tadi disiapkan untuknya. "Jadi laper nih," Ia mencoba menghalau rasa laparnya yang sempat membeludak itu. Sangat ingin mencicipi rasa enak dan manis dari kue-kue cantik di atas meja itu. "Sayang banget gak dimakan, tapi mau bagaimana lagi, dari pada mati karna nelen jarum, kan," batin Flora sambil menekan perut laparnya.

Bruk

Flora menjatuhkan dirinya ke atas kasur dan mulai menggulung dirinya sendiri dengan selimut tebal yang hangat itu, siap untuk merasakan kembali nikmat tidur di atas kasur yang empuk dan nyaman. Ditemani angin dingin khas hujan yang akan segera terjadi.

Kesadaran dirinya mulai lenyap dan segera tergantikan dengan mimpi yang indah. Tapi, keberuntungan tidak memihaknya saat itu.

Brak

Tubuh yang mulai terlelap itu terpaksa terbangun saat mendengar suara pintu kamarnya didobrak dengan keras. Belum sempat ia bangun dari posis tidurnya dan melihat sang pelaku, tubuhnya tiba-tiba saja dipeluk oleh orang tidak dikenal dengan sangat erat.

"Akh, siapa lagi ini!!" Batin Flora kesal. Sangat ingin berteriak pada orang yang menggangu tidur indahnya dan membuat detak jantungnya hampir membeludak karena terkejut. Sejak awal ia bangun tadi pagi dan sekarang, ia sering dipeluk oleh orang yang tidak dikenal.

Dengan posisi yang masih tidur terlentang, ia tidak bisa bergerak kemanapun. Tubuhnya ditimpa oleh beban berat yang sepertinya lebih berat dari pada tubuh yang ia tempati ini.

Moving to imaginary dimension : Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang