love from enemy

674 61 39
                                    

"Oh ternyata ada manusia bodoh di sini?"

Orang-orang yang ada di paviliun itu seketika terdiam saat seseorang berbaju biru datang. Kehadiran juga kalimat yang ia ucapkan membuat seseorang berbaju merah merasakan emosinya mendidih. Ia bangkit dan melempar pedangnya ke arah orang itu.

Kakinya melangkah maju menarik kembali pedangnya dan menyerang orang yang baru datang itu. Ya, pertarungan di antara keduanya terjadi begitu saja. Satu dengan pedang hati, satunya lagi dengan tongkat Wuji.

Empat orang dewasa yang ada di dekat mereka menghela nafas lelah dengan tingkah dua pemuda itu.

"Lei Wujie, Xiao Chuhe, berhenti sekarang!" teriak Lei Mengsha. Pria itu entah sejak kapan menahan dua senjata yang nyaris beradu.

Lei Wujie menarik pedangnya dan kembali ke kursinya semula. Sedangkan Xiao Chuhe atau biasa di panggil Xiao Se menghadap Lei Mengsha dan membungkuk.

"Duduklah, Xiao Se. Ada yang ingin paman bicarakan denganmu dan Wujie." Xiao Ruofeng memberi kode agar keponakannya itu mendekat.

Pemuda itu mendekat dan duduk tepat di sebelah Wujie. Saat ia duduk, Wujie menggeser kursinya mendekat pada sang ayah. Matanya juga melirik sinis pada pemuda yang dua tahun lebih tua darinya.

"Apa yang ingin paman bicarakan?"

"Pergilah ke kota Xueyue bersama Wujie, dan temui Sikong Changfeng. Kalian akan membawa sesuatu yang penting untuknya."

Kedua pemuda itu bertatapan lalu berkata kompak, "mengapa harus dia?!"

Lei Mengsha mengusap bahu putranya dengan lembut, mencoba menenangkannya, "Wujie, hanya kau dan Xiao Se yang bisa membawa ini ke kota Xueyue."

"Aku bisa sendiri ayah,"

"Anak seceroboh kau tidak bisa dipercaya,"

Wujie mencengkeram baju Xiao Se dan menatapnya nyalang, "bajingan, tutup mulutmu."

Xiao Se tertawa pelan sambil menyentuh tangan wujie dan ia lepas perlahan dari bajunya. Setelahnya ia genggam erat, "aku tidak ingin bersama dengan orang sepertimu." katanya.

Tak bisa lagi menahan emosinya, Wujie mendorong bahu Xiao Se hingga pemuda itu terjatuh di lantai. Ia tak mempedulikan tatapan kaget dari orang-orang di dekatnya. Salahkan saja Xiao Se dan mulut tajamnya itu.

"Kau pikir aku mau bersama dengan bajingan seperti mu!"

Wujie meraih pedangnya dan membungkuk sopan lalu pergi dari tempat itu. Mengabaikan seruan ayahnya yang menyuruhnya kembali.

Xiao Ruofeng membantu keponakannya berdiri, "Xiao Se, mengapa kau terus membuatnya marah? bukannya kau bilang kau menyukainya?" tanyanya heran.

Pemuda itu menepuk-nepuk bagian bajunya yang kotor lalu berkata, "aku suka melihatnya marah-marah,"

Kalimat itu membuat Lei Mengsha meringis ngeri, "baru pertama kali aku mendengar ada orang seperti ini. Tapi kau tidak boleh sering-sering membuatnya marah, atau aku akan menggantung mu di gerbang kota Tianqi." ancamnya.

"Paman tenang saja, meskipun aku suka melihatnya marah-marah, aku tidak akan menyakitinya."

Lei Mengsha melambaikan tangannya, "ya ya ya, aku mengawasi mu. Sekarang duduklah, kita bahas mengenai hal tadi."

Xiao Se kembali duduk dan mulai mendengarkan apa yang akan menjadi tugasnya pergi ke kota Xueyue. Ia mendengarkan dengan seksama sampai selesai.

"Kembalilah dulu, dan cari Wujie. Malam ini aku akan membawanya ke kediaman mu, agar besok bisa berangkat bersama-sama." Lei Mengsha menepuk pundak Xiao Se.

The story' of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang