Becoming an Empress

838 69 43
                                    

Kembali lagi dengan cerita baru. Kali ini isinya bahagia semua ya, beneran gak ada sad ending.



*****

Lei Wujie itu anak nakal yang suka mengganggu anak-anak di sekolahnya. Tidak ada yang bisa menegurnya, karena ia adalah cucu dari pemilik sekolah. Bahkan guru sekalipun angkat tangan dengan kelakuannya yang ajaib.

Jika ada yang melihatnya di jalan, semua orang akan segera pergi dan menghindarinya. Tentu mereka tidak mau menjadi bahan tontonan di ganggu olehnya.

Wujie benar-benar anak yang sulit diatur. Mungkin sudah terbiasa dimanjakan oleh keluarganya sejak lahir, jadinya ia tumbuh menjadi pribadi yang egois, kasar, dan tidak mau mendengar orang lain. Semua orang harus mendengarnya.

Sampai suatu hari dia tertabrak mobil yang membuat seluruh tubuhnya mati rasa. Di tengah ia menahan rasa sakit. Wujie bisa melihat seseorang yang mirip dengannya mengulurkan tangannya. Meski sedikit ragu Wujie meraih genggaman tangan itu. Seketika tubuhnya ditelan oleh cahaya yang begitu menyilaukan matanya.

Wujie sudah pasrah jika ini memang menjadi akhir dari hidupnya. Ia hanya menyesali perbuatannya yang kerap kali mengganggu orang-orang.

Dan ketika Wujie membuka kedua matanya, ia merasakan sesuatu yang begitu berbeda. Ia berpikir masih hidup, namun mengapa keadaan disekitarnya sangat berbeda dari biasanya? Kemana tembok putih rumah sakit, infus, dokter, suster, dan benda-benda rumah sakit lainnya.

Yang ada di depan Wujie hanyalah kamar yang terbuat dari kayu, ia seperti memasuki rumah kuno. Telinganya samar-samar mendengar suara kaki yang melangkah mendekatinya.

Wujie menolehkan kepalanya ke samping, mata itu sedikit membulat saat melihat seseorang yang memakai pakaian bergaya kuno.

"Yang mulia, anda sudah sadar,"

Gadis itu duduk di sampingnya dan meraih tangannya. Wujie kebingungan, apa yang ingin gadis itu lakukan? Bukankah seharusnya ada infus di sini?

"Bagaimana keadaannya, tabib kecil?"

Seseorang dari arah pintu masuk ke dalam kamar, mendekati Wujie. Gadis remaja yang masih memegang tangan Wujie itu tersenyum.

"Lebih baik, demamnya sudah turun dan tidak ada luka serius selain di kepala dan pinggangnya yang terbentur batu."

Wujie melongo mendengarnya, bukankah ia kecelakaan karena tertabrak mobil? Mengapa tiba-tiba berubah menjadi terkena batu? Ini dia yang gila atau mereka yang gila? Lalu ada apa dengan pakaian-pakaian kuno yang mereka kenakan.

Tidak mungkin kan Wujie bertukar kehidupan dengan orang yang mengulurkan tangannya.

"Terimakasih atas bantuannya, tabib kecil."

"Iya, sekarang kau campurkan ini dalam minuman yang mulia. Aku pergi dulu, jika ada apa-apa datang saja."

Lalu kedua gadis itu keluar bersama-sama. Dan tak lama setelah itu gadis yang memakai pakaian berwarna kuning itu mendekat pada Wujie.

"Yang mulia, anda baik-baik saja? Anda terlihat linglung sedari tadi."

"Bantu aku duduk,"

Wujie berusaha untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya berkedip beberapa kali saat ia melihat dengan jelas pakaian yang melekat di tubuhnya.

Itu bukan pakaian rumah sakit, ataupun pakaiannya di rumah. Melainkan pakaian yang sering ia lihat ada di drama. Wujie menggosok matanya untuk memeriksa apakah ini benar-benar nyata. Tapi hal itu malah membuatnya sakit mata dan pakaiannya masih tetap sama.

The story' of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang