bab 1 : kalung emas

7 3 0
                                    

Di ruang kerjanya yang modern di Jakarta, seorang perempuan duduk di tengah-tengah tumpukan buku tebal, peta kuno, dan artefak bersejarah yang tersebar di meja. Cahaya lampu neon yang terang menerangi ruangan, menciptakan atmosfer futuristik namun penuh misteri.

Sebut saja ia Ayesha Varunika Kartasasmita, seorang arkeolog muda yang cerdas dan ambisius. Sebagai putri dari keluarga terpandang yang memiliki sejarah panjang dalam dunia akademis, ekspektasi tinggi selalu mengikuti setiap langkahnya. Ayahnya adalah seorang profesor sejarah terkenal, sementara ibunya adalah penulis dan peneliti budaya Jawa. Ayesha tumbuh dikelilingi oleh cerita-cerita tentang kejayaan masa lalu dan pentingnya melestarikan warisan budaya.

Namun, ambisi Ayesha lebih dari sekadar memenuhi harapan keluarganya. Ia memiliki hasrat yang mendalam untuk mengungkap kebenaran sejarah yang tersembunyi dan memperkenalkan penemuan-penemuan baru kepada dunia.

Proyek terbarunya, yang melibatkan penelitian di sebuah situs kuno di Jawa Timur, diharapkan dapat membawa terobosan besar dalam kariernya. Namun, kalung yang ia temukan ini—dengan semua misteri yang menyelimutinya—bisa menjadi lebih dari sekadar penemuan ilmiah.

Ayesha sendiri adalah pemimpin Proyek Arkeologi Situs Panataran bersama dengan timnya dari Universitas Indonesia. Tujuan utama proyek ini adalah untuk menggali dan meneliti sisa-sisa kerajaan Majapahit yang tersimpan di situs candi Panataran, salah satu kompleks candi terbesar dan paling penting di Jawa Timur. Proyek ini mendapat dukungan dari pemerintah, universitas, dan berbagai lembaga budaya internasional yang tertarik pada warisan sejarah Indonesia.

Di sebuah area tersembunyi di kompleks candi Panataran, Ayesha dan timnya menemukan sebuah ruang bawah tanah yang belum pernah dibuka sebelumnya. Setelah berhari-hari melakukan penggalian dengan hati-hati, mereka menemukan pintu batu besar dengan ukiran-ukiran kuno. Dengan menggunakan teknik arkeologi modern, mereka berhasil membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan yang gelap dan penuh dengan debu.

Di tengah ruangan tersebut, terdapat sebuah peti kayu yang tampak sangat kuno. Ayesha, dengan penuh antusiasme dan rasa ingin tahu, membuka peti tersebut dan menemukan sebuah kalung berornamen emas dengan ukiran rumit. Kalung itu tampak memancarkan aura yang misterius dan magis, seolah-olah menyimpan rahasia zaman yang telah lama berlalu.

Saat Ayesha pertama kali melihat kalung tersebut, ia merasakan getaran aneh di tangannya, seolah-olah kalung itu hidup. Dia dengan hati-hati mengeluarkan kalung dari peti dan memperhatikannya dengan seksama. Ukiran di kalung itu menggambarkan cerita tentang dewa-dewa dan makhluk mitologis, serta simbol-simbol yang menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.

"Ada sesuatu yang sangat istimewa tentang kalung ini," bisik Ayesha kepada dirinya sendiri.

Tim arkeologi segera melakukan penelitian lebih lanjut tentang kalung tersebut, mencari tahu asal-usul dan legenda yang terkait dengannya. Dalam proses penelitiannya, Ayesha menemukan referensi tentang kalung ini dalam naskah kuno yang menyebutkan bahwa kalung tersebut adalah peninggalan kerajaan Majapahit dan diyakini memiliki kekuatan mistis yang dapat memanipulasi waktu. Namun, ada peringatan tentang kutukan yang menyertai penggunaan kalung tersebut.

Ayesha merasa sangat tertarik dengan cerita ini dan memutuskan untuk menggali lebih dalam. Saat ia meneliti lebih lanjut tentang kalung kuno yang ditemukan di Situs Panataran, ia menemukan sebuah naskah kuno yang ditulis oleh seorang pendeta kerajaan Majapahit. Naskah tersebut tidak hanya menjelaskan cara mengaktifkan kekuatan kalung melalui ritual kuno, tetapi juga memberikan peringatan keras tentang kutukan yang menyertai penggunaannya.

Isi Naskah Kuno:

"Barangsiapa yang berani mengganggu kekuatan kalung ini, harus siap menghadapi kutukan yang mengerikan. Kalung ini memiliki kekuatan untuk memanipulasi waktu, tetapi kekuatan tersebut bukan tanpa harga. Pengguna kalung akan terlempar ke masa lalu yang jauh, terperangkap di antara zaman yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian.

Untuk kembali ke masa asalnya, pengguna harus menyelesaikan takdir yang belum tuntas, mengatasi konflik yang mengakar, dan menemukan cinta sejati di tengah kekacauan. Namun, kutukan ini tidak mudah dihilangkan. Siapa pun yang tidak mampu memenuhi syarat ini, akan terjebak selamanya di masa lalu, tanpa harapan untuk kembali.

Selain itu, kalung ini membawa penderitaan dan pengorbanan besar bagi penggunanya. Pengguna harus siap kehilangan apa yang paling berharga baginya untuk mengakhiri kutukan dan memulihkan keseimbangan waktu. Hanya dengan keberanian, kebijaksanaan, dan cinta sejati, kutukan ini dapat diatasi."

Saat membaca peringatan tersebut, Ayesha merasa jantungnya berdegup kencang. Dia merenungkan kata-kata itu dengan rasa takut dan penasaran yang bercampur aduk.

"Apa yang dimaksud dengan takdir yang belum tuntas? Bagaimana mungkin aku harus menemukan cinta sejati di masa lalu?" pikirnya. "Apakah ini benar-benar worth it? Tapi aku harus tahu kebenarannya. Aku harus mencoba."

Ayesha menghela napas dalam-dalam. "Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh kalung ini" pikir Ayesha, matanya tak lepas dari ukiran-ukiran yang tampak begitu detail dan penuh makna. Begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab. Apakah benar kalung ini memiliki kekuatan mistis seperti yang diceritakan legenda?

Ayesha mengusap wajahnya yang lelah. "Setiap hari adalah tantangan baru, dan terkadang aku merasa terbebani oleh semua harapan ini. Tapi aku tahu, aku harus terus maju. Bukan hanya demi keluargaku, tetapi juga demi pengetahuan dan masa depan."

Ia memutar-mutar kalung itu di tangannya, merasakan beratnya yang aneh. "Bagaimana jika benar kalung ini bisa membuka pintu ke masa lalu? Apakah aku siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi?"

Ayesha menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Ini bukan hanya tentang ambisi atau karier. Ini tentang memahami sejarah, menemukan kebenaran, dan mungkin, mengubah cara kita melihat dunia. Kalau aku bisa membuktikan kekuatan kalung ini, dunia akan tahu bahwa sejarah kita jauh lebih kaya dan penuh misteri daripada yang pernah kita bayangkan."

Matanya kembali memandang kalung itu dengan tekad baru. "Aku harus mencoba. Meski ada risiko, meski ada bahaya, aku tidak bisa mundur sekarang. Ini adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang benar-benar berarti."

Dengan tekad yang kuat dan rasa penasaran yang menggebu, Ayesha memutuskan untuk tetap melakukan ritual, meskipun mengetahui risiko besar yang mungkin ia hadapi.

Dengan hati-hati, Ayesha mulai mengatur persiapan untuk ritual kuno yang ditemukan dalam jurnal catatannya. "Malam ini, aku akan menemukan jawabannya," pikirnya dengan tekad bulat. "Malam ini, aku akan memanggil kekuatan dari masa lalu."

•••

Ayesha duduk bersila di lantai ruang kerjanya, dengan kalung kuno tergeletak di atas meja di depannya. Dengan hati-hati, ia menyalakan beberapa lilin di sekelilingnya, menciptakan suasana yang khidmat dan penuh misteri. Cahaya lilin yang berkelap-kelip memantulkan bayangan di dinding, menambah kesan magis pada malam itu.

Dengan napas yang dalam, Ayesha mulai mengucapkan mantra kuno tersebut. Suaranya lembut namun mantap, resonansi kata-kata Sanskerta memenuhi ruangan.

"Om Kaalachakra Vishwaroopa,
Purana Vartmana Dhara,
Kaalasya Dharaniya Shakti,
Samsara Vyatha Nivartaka."

Saat kata-kata itu bergema, Ayesha merasakan hawa hangat yang aneh mengalir melalui tubuhnya. Kalung di depannya mulai bersinar dengan cahaya emas yang intens, seolah-olah hidup.

"Arunya Jyotir Mandala,
Mahakala Prapti Stotra,
Yugaantara Sankranti,
Bhavishyati Kshana Pathika."

Cahaya dari kalung semakin terang, hampir menyilaukan. Ruangan bergetar ringan, dan Ayesha bisa merasakan energi yang kuat mengelilinginya. Sebelum ia sempat merenungkan lebih jauh, portal waktu yang berputar terbentuk di depan matanya, menariknya ke dalam arus waktu yang tak terduga.

Kala Cinta dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang