[0.8] kedatangan [도착]

234 33 9
                                    

______

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

Pesawat yang membawa wonwoo akhirnya sampai di bandara. Selanjutnya, wonwoo akan mencari mobil travel yang akan membawanya ke desa-tempat dimana dirinya lahir dan dibesarkan.

Delapan tahun sudah wonwoo tidak memijakkan kakinya di desa itu. Entah seperti apa kini keadaan di desanya. Ia keluar dari airport dengan menggeret koper berukuran sedang. Sejenak ia rapatkan jaket yang ia kenakan. Wonwoo memutuskan untuk berada di kampung selama satu minggu kedepan.

"Selamat malam, Pak. Apa di jam seperti ini saya bisa menemukan travel yang bisa membawa saya ke desa ini?" wonwoo bertanya kepada supir taksi yang terlihat sedang menunggu penumpang di taxi stand airport atau jalur khusus untuk mengantar jemput penumpang di bandara.

"Maaf, Saya kurang fokus. Tadi kamu nanya apa, ya?" Tanya pria paruh baya itu.

"Begini, Pak. Saya akan pergi ke desa ini, tapi biasanya kalau kesana, saya harus naik travel atau bus."

"Boleh Bapak lihat alamatnya?" Pria parubaya itu kembali bertanya, Wonwoo pun menunjukkan alamatnya.

"Waduh, Desa ini jauh sekali Tapi kalau mau, biar Bapak yang mengantar kesana."

"Bapak serius? Bapak bersedia mengantar saya?" Pria paruh baya itu mengangguk. Wonwoo menghela nafas lega. Cukup bersyukur dan berterimakasih pada Bapak itu karena bersedia mengantarnya sampai desa.

Sebelum memasuki taksi, wonwoo terlebih dahulu meminta tolong pada pria paruh baya itu untuk membantu memasukkan kopernya ke dalam bagasi.

"Kenapa malam sekali?" Tanya pria paruh baya itu setelah mereka berada di perjalanan.

"Iya, Pak. Setelah sore tadi, saya mendapat kabar dari desa kalau bibi saya meninggal. Jadi saya langsung berangkat dari Jakarta." Jawab wonwoo lirih.

"Saya ikut turut berduka cita ya, Kematian itu memang menyakitkan karena itu adalah awal dari perpisahan, tetapi terlalu banyak bersedih juga tidak baik. Semoga kamu dan keluarga yang ditinggalkan tabah ya." Wonwoo hanya mengangguk. Ia sangat bersyukur supir taksi yang sudah lumayan tua itu bersedia mengantarkannya sampai ke desa. Tadinya Wonwoo sempat khawatir karena jika tidak ada bus, pilihan satu-satunya adalah travel. Wonwoo takut naik travel, mengingat banyaknya tindak kejahatan yang sering terjadi di mobil-mobil pengangkut penumpang seperti itu.

Perjalanan dari bandara ke desa wonwoo menempuh waktu kurang lebih tiga jam. Selama perjalanan, Wonwoo banyak diam. Ia menyenderkan kepalanya pada kaca jendela mobil sambil memikirkan banyak hal.

Perlahan air matanya kembali mengalir saat mengenang kesedihan yang kembali menghampiri ingatannya. Hubungannya dengan bibinya merenggang semenjak bibinya menikah. Apalagi setelah pamannya mulai berjudi dan mabuk-mabukan.

Pamannya yang kalah berjudi dan mabuk selalu melampiaskan kemarahannya pada wonwoo. bibinya yang sering kena amukan jika tidak memberi uang juga akan melampiaskan kemarahannya pada wonwoo. Dan sepupunya-elvio cheol... Wonwoo lupa sejak kapan sepupunya itu berubah jadi brengsek. Karena diawal bibinya menikah, anak itu cukup baik pada wonwoo.

End In Regret [후회로 끝나다]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang