[7] Tak Bisa Menghindar

15 5 6
                                    

Happy reading!
Jangan lupa untuk vote dan komen 😙

***

Vyora menatap jengah Satria yang sedang berbaring di sofa sambil asyik bermain ponsel. Cowok itu tidak juga beranjak dari rumahnya sejak pulang sekolah. Bahkan dengan lancangnya memakai baju Raka sebagai ganti seragam sekolah cowok itu.

"Lo kenapa nggak pulang, sih?" tanya Vyora dengan wajah kesal.

Vyora baru saja selesai mandi dengan handuk di atas kepalanya. Rambutnya masih basah, tapi Vyora malas menggunakan hair dryer. Lagi pula rambutnya pendek model wolf cut---tidak sampai sebahu. Daripada membuang-buang listrik untuk mengeringkan rambutnya yang tidak seberapa itu, Vyora memilih menggunakan handuk saja.

"Nunggu Bang Arka lah," jawab Satria tanpa menoleh. Lagi pula Vyora di rumah hanya sendiri karena Bi Inah sedang ada urusan, jadi karena Satria baik hati dan tidak sombong, cowok itu berlapang dada menemani sepupunya.

"Dikira gue anak kecil apa," gerutu Vyora sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

Satria melirik Vyora sekilas. "Tinggian siapa coba?"

"Tau tinggian lo," ucap Vyora sambil merotasikan matanya.

"Berarti lo bocil."

Plak! Tanpa segan-segan Vyora memukul kaki Satria dengan handuk yang dipegangnya. Cukup kuat, tapi berhasil meredakan rasa kesalnya. Harusnya yang dipukul mulut Satria karena seenaknya berbicara.

"Aw! Suka bener KDRT," keluh Satria sambil menekuk kakinya yang baru saja disabet handuk.

"Mentang-mentang tinggi. Tau gue juga kalo lo tinggi. Nggak usah ngatain juga kali. Iya gua juga tau gue yang pendek!" gerutu Vyora sambil menyampirkan handuk ke pundaknya. Padahal dia juga tidak pendek sekali. Jika berada di samping Satria, Vyora hanya sebatas bahu cowok itu.

Sambil menghentakkan kaki, Vyora melangkah melewati Satria. Namun, ketika Vyora melirik kesal ke arah Satria, dia malah tercengang melihat layar ponsel cowok itu. Bisa-bisanya cowok itu bermain game yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya. Biasanya cowok bermain game yang tampak keren dan sulit, seperti game bertarung atau semacamnya. Namun, Satria dengan asyiknya bermain game yang bahkan Vyora saja tidak bermain game itu.

"Plis ya Sat, lo cowok, tapi kenapa main gamenya game dandan-dandanan kayak gitu, sih?" tanya Vyora tidak habis pikir.

"Seru tau, Pio. Sini bareng," jawab Satria sambil bangkit untuk duduk dan menepuk sofa di sampingnya.

"Ogah!" Vyora memilih duduk di sofa yang berseberangan dengan Satria. "Apa jadinya kalo cewek-cewek yang suka lo pada tau?"

"Mereka tetep suka kok, kan gue ganteng," ucap Satria sambil menaik-turunkan alisnya. Narsis sekali cowok itu.

Vyora langsung merinding mendengar itu. "Najis astagfirullah!"

Memang Vyora akui Satria lumayan tampan, tapi sepupunya itu jadi tidak ada apa-apa di hadapannya karena sudah sering melihat. Dan lagi Vyora jelas mengetahui sifat dan segala tingkah cowok itu. Cewek di luar sana pasti begitu mendambakan Satria. Memikirkan itu Vyora langsung merinding lagi.

Satria menghentikan permainan gamenya, lantas beralih menatap Vyora sambil tersenyum. "Harusnya lo bangga punya sepupu yang ganteng terus berprestasi kayak gini."

"Minus sikap lo mah!" cibir Vyora.

"Pio," panggil Satria. Ngomong-ngomong jika di rumah memang dia memanggil Vyora dengan panggilan itu.

"Apa?" tanya Vyora dengan wajah jutek.

"Kenapa lo nggak panjangan rambut lagi?" tanya Satria sambil memperhatikan rambut Vyora yang berantakan karena terus diusap dengan handuk. Mirip singa, batinnya.

Awas Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang