Sunny Side Up

554 58 3
                                    

Ruby kembali lagi ke sungai ini. Tempat di mana dia menyerahkan nyawanya. Lelaki itu meraba tubuh serta rambutnya. Dia kembali lagi jadi Ruby yang laki-laki. Tapi, kenapa bisa? Mungkinkah yang di alaminya selama ini hanya mimpi?

Dilihatnya sekeliling. Jembatan sepi. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang seperti hari-hari biasanya. Apa karena sudah hampir senja? Langit mulai jingga di ujung sana.

Ruby menghela napasnya. Syukurlah ia kembali lagi ke tubuhnya. Ia jadi tidak perlu merasa bersalah karena mengambil tubuh orang lain. Meski kehidupan Ruby yang itu lebih baik dari kehidupan yang dijalaninya saat ini, tapi bukannya dia harus jadi orang baik?

"Hai, Ruby." Suara seorang perempuan mengambil atensinya.

Itu...itu adalah Ruby.

"Ruby?" Tidak mungkin. Dia akhirnya bisa bertemu dengan Ruby perempuan.

"Akhirnya kita ketemu," balas perempuan itu mendekati Ruby.

"Kamu tau aku?" Ruby menunjuk dirinya sendiri.

Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Mustahil perempuan itu bisa mengenalnya. Bahkan Ruby saja, mengenal dia karena Ruby ada ditubuhnya.

Wanita itu tak menjawab. Mereka sama-sama melihat air sungai yang menjingga karena pantulan senja. Perasaan lega merebak di jantung Ruby. Mulai hari ini, dia akan berjuang lebih keras lagi. Dia tidak akan di pecat untuk yang ke sekian kali. Hidupnya harus terus berjalan sampai nanti waktunya selesai.

"Kamu...koma, Ruby," timpal perempuan itu menghela napas panjang. Merasa ikut sedih dengan keadaan mengenaskan yang dialami Ruby Sadajiwa.

Sementara laki-laki itu tak percaya. Dia di sini sekarang. Sehat walafiat. Kenapa dia koma? Tunggu, yang terjadi padanya hanya mimpi kan? Dia tidak benar-benar bertukar raga dengan Ruby, kan?

"Koma?!" tanya laki-laki itu tak percaya.

"Iyaa," jawab wanita itu makin membuat Ruby tak terima.

"Tunggu dulu. Itu semua cuma mimpi. Aku nggak mungkin masuk ke tubuh kamu. Iya kan, Ruby?"

Ia menatap Ruby sepenuhnya. Perempuan itu memberikan tatapan sedih dan terluka yang begitu dalam. "Sekarang, kamu yang ada di ragaku. Jadi, aku mau minta tolong sama kamu."

Ruby hanya mendengarkan baik-baik. Ia mendadak takut untuk menghadapi kenyataan.

"Tolong jaga Hanung," sambungnya. Air mata wanita itu jatuh di pipinya. Ruby tidak tau apa yang terjadi pada pasutri itu. Tapi dari wajah yang ditunjukkan Ruby, terdapat luka dan juga kecewa.

"Kenapa nggak kamu aja?" tanya laki-laki itu.

Namun Ruby tak menjawab. Wanita itu mundur sembari tersenyum—yang Ruby tak tau maksud senyum itu apa. Lama kelamaan dia menjauh. Lalu hilang dibalik kabut.

Tidak mungkin. Ini mustahil! Ruby tidak mungkin bertukar raga. Kenapa tidak langsung cabut saja nyawanya? Kenapa harus koma dan jiwanya masuk ke raga orang lain? Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Ruby..."

Itu suara Hanung. Tapi dari mana asalnya. Suara itu besar dan menggema.

"Ruby..." Lagi. Tapi wujudnya tak ada. Hanya suaranya saja.

"Ruby, bangun, aku mau mandi!"

Astaga! Itu hanya mimpi. Dia kembali pada kenyataan. Bahwa dia adalah istri Hanung.

Ia menghela napas berat. Dia pikir dia kembali ke tubuhnya. Tapi nahas dia justru menemukan fakta bahwa dirinya yang di sana sedang koma. Tapi pertanyaannya, siapa yang mengurus rumah sakit untuk Ruby?

(un)tied | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang