Kehidupan Baru Ruby

348 40 1
                                    

Kalau biasanya Hanung yang duduk di kursi kemudi, kali ini Ruby. Berulang kali dia mengembuskan napas demi menetralkan degup jantung. Juga dalam hati terus berdoa minta diberi keselamatan. Dia memang pernah mencoba untuk mati, tapi untuk yang satu ini dia justru takut. Bagaimana kalau ternyata dia sulit diajari seperti SpongeBob yang tidak pernah lulus dari sekolah mengemudi Nyonya Puff?

"Siap?" tanya Hanung memastikan keadaan istrinya baik-baik saja.

Ruby mengangguk ragu. Siap nggak siap juga sebenarnya. Dia takut mereka masuk jurang. Walaupun dia tidak pernah melihat jurang selama tinggal di sekitar sini.

"Siap apanya? Itu seatbelt aja belum dipasang," timpal Hanung kini menarik sabuk pengaman itu.

Setelah Ruby aman, Hanung mulai menjelaskan.

"Oke, jadi yang kiri itu rem yang kanan itu gas." Hanung menunjuk pedal yang ada di kaki Ruby bergantian kiri dan kanan.

"Injaknya, cukup pakai kaki kanan. Kaki kirinya diam," jelas Hanung lagi. Ruby mengikuti instruksi dari Hanung. Dia menginjak gas dan rem secara bergantian dengan kaki kanannya.

"Yang ini, rem tangan." Pria itu kini beralih pada bagian atas. "Yang di depannya, tuas transmisi. P itu parkir, N netral, D maju, R mundur."

"Yang di belakang stir sebelah kanan, itu sein. Geser ke atas belok kiri, geser ke bawah belok kanan. Paham?"

"Bisa nggak sih pelan-pelan?!" seru Ruby kesal sendiri. Sejak tadi Hanung tidak memberi jeda ucapannya. Jadi Ruby sedikit terburu-buru untuk menangkap penjelasan suaminya itu.

Hanung terkekeh. "Jadi gini sayang. Kan sekarang transmisinya P nih, berarti kita lagi parkir. Mobilnya nggak bakal jalan, mau kamu gas sampai kandas atau dorong sekalipun dia nggak bakal gerak," jelas Hanung.

"Nah, kalau N dia netral. Sama juga, kalau kamu gas pun nggak bakal jalan. Tapi kalau nggak kamu rem, mobilnya bisa gerak sendiri. Kalau yang P tadi nggak bisa sama sekali. Karena dia posisinya parkir."

"Yang D, ini buat jalan. Jadi kalau kamu gas, mobilnya bakal maju."

"R itu mundur. Kalau kamu injak gas, jalannya bakal mundur. Ngerti?"

Ruby mengangguk paham. Tampaknya tidak terlalu sulit.

"Sekarang, nyalain mesinnya," titah Hanung setelah dia merasa istrinya sudah paham.

"Gimana?" bingung Ruby.

"Putar kuncinya ke depan." Ruby mengikuti instruktsi Hanung dengan baik. Mobil menyala dan membuat Ruby tersenyum senang.

"Terus, turunin rem tangannya sambil direm pakai kaki."

"Pindahkan transmisi nya ke D. Remnya jangan di lepas ya, sayang." Lagi, Ruby melakukan apa yang Hanung perintahkan.

"Good, sekarang injak gasnya." Ruby memindahkan kakinya dan mulai menginjak gas perlahan-lahan. Mobil pun bergerak maju dengan kecepatan lambat.

"Bisa, Hanung!!" seru Ruby bersemangat. Senyumnya bahkan merekah lebar, terlalu lebar. Hanung bahkan baru pertama kali melihat istrinya tersenyum seperti itu selama enam bulan mereka menikah.

"Bener kan? Kamu tuh cuma perlu do it step by step—AKH!" Ruby memukul bahu Hanung karena suaminya itu kembali menggoda dia dengan kalimat itu.

"Diam atau aku tabrakin mobilnya ke pohon?" ancamnya dengan wajah super serius. Hanung kembali tergelak dibuatnya. Menggoda Ruby yang mudah emosi ternyata sangat seru daripada Ruby yang tidak pernah marah sama sekali.

"Iyaa, nggak lagi. Sekarang nyalain sein kiri."

"Gimana?!"

"Tuas yang sebelah kanan itu di geser ke atas."

(un)tied | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang