Perayu Ulung

391 45 3
                                    

Sinar matahari mengintip dari balik tirai jendela. Membuat suasana pagi yang hangat dibanding hari-hari sebelumnya. Ruby membuka matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina, juga menggerakkan tubuhnya yang sedikit kaku. Ruby menguap kecil sembari menggosok matanya. Dia menoleh pada sisi kiri tepat pada Hanung. Mata mereka bertemu seolah sepertinya dia sudah diperhatikan sejak tadi.

Kepalanya mendadak teringat dengan kejadian semalam. Di mana dia dan Hanung bercinta untuk pertama kalinya. Hahaha, ingatannya pasti bercanda.

"Morning, love," ucap Hanung membuat Ruby langsung menutup seluruh kepalanya dengan selimut.

Gila! Ruby pasti sudah gila!!

Hanung tertawa melihat tingkah menggemaskan istrinya. Apa kini Ruby menyesali perbuatannya? Tapi untuk apa? Setelah dia mencapai orgasmenya tiga kali, kini dia menyesal? Sulit dipercaya.

"Buka selimutnya. Aku mau liat muka orang yang tadi malam desahin nama aku keras-keras," sambung Hanung mencoba menarik selimut yang menutup wajah cantik itu.

"Nggak!! Pergi sana!!" seru Ruby masih merasa malu. Yang benar saja dia mendesahkan nama Hanung keras-keras?

"Aahh... Hanung... Hanung..." Hanung menirukan ucapan serta suaranya tadi malam. Membuat dia langsung membuka selimut untuk membungkam mulut laknat suaminya itu.

"Aku nggak gitu!!" serunya.

Hanung melepaskan tangan Ruby dari mulutnya, "Iyaa, kamu gitu."

"Pergi!!!" teriak Ruby kembali menutup wajahnya dengan selimut.

Dia benar-benar malu. Baru beberapa hari yang lalu dia bilang untuk berjalan pelan-pelan karena masih butuh waktu. Tapi tadi malam dia sudah di bawah kendali Hanung sepenuhnya. Memalukan nggak sih? Harusnya kan dia yang membuat batasan!

Lupakan saja, Hanung memang sukanya menerobos batas wilayah tanpa takut.

Hanung memeluk Ruby. Dia tertawa kencang karena telah berhasil menggoda istrinya. Wajah itu memerah sangking malunya. Membuat dia gemas ingin menggigit pipi Ruby.

"Iyaa, nggak lagi. Udah dong buka selimutnya. Nggak bau apa tadi aku kentut?"

"HANUNGG!!?"

Candaan itu berhasil membuat Ruby menampakkan wajahnya lagi. Raut kesal bercampur malu itu lagi-lagi membuat Hanung terpingkal-pingkal. Kok bisa sih ada makhluk se-menggemaskan Ruby??

Hanung mengecup pipi Ruby kemudian memeluk istrinya erat. Dia sangat senang karena bisa berduaan lagi dengan istrinya setelah banyak kejadian menimpa mereka dua bulan belakangan. Hanung hanya berharap ini akan selamanya. Begitu juga dengan sifat Ruby yang berubah drastis ini. Dia takut kalau Ruby kembali jadi Ruby yang tenang di segala situasi, maka hubungan rumah tangga ini akan jadi hambar kembali.

"Nanti malam kita ke rumah Bunda, ya? Keluarga besar lagi kumpul di sana. Sekalian kamu ingat-ingat lagi mereka yang sebelumnya udah kamu kenal," ujar Hanung masih mempertahankan pelukannya.

"Takut," cicit Ruby.

"Takut apa?"

"Takut aja."

"Gapapa, sayang. Ada aku, kan? Mereka tuh nggak ada yang berani ngelawan aku."

"Kenapa?" Ruby melirik pada Hanung. Menatap suaminya sedikit mendongak.

"Soalnya aku ngeyel. Susah dibilangin. Jadi, mereka suka nyerah duluan sebelum ngomong sama aku."

Ruby tertawa. Gambaran Hanung di keluarganya sendiri sedikit-sedikit tergambar dalam kepalanya. Hanung yang suka mengalah dengan Ruby, justru Hanung yang keras kepala kalau bersama keluarganya.

(un)tied | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang