Ruby menatap sushi yang ada di depannya. Oh baiklah. Dia lupa kalau makan sushi itu memakai sumpit. Dan kabar buruknya, Ruby tidak tau caranya memegang sumpit.
Hanung sudah mulai memakai sushi nya, tapi Ruby masih bingung bagaimana harus memulai. Apa dia pura-pura lupa caranya memakai sumpit saja, ya? Meski kenyataannya dia memang tidak tau caranya.
"Kenapa sayang?" tanya Hanung memperhatikan istrinya yang hanya diam saja.
"Nggak suka? Berubah pikiran? Mau pesan yang lain aja?" tanya Hanung berbondong. Tapi yang dapat Ruby lakukan hanya meremas ujung bajunya. Sedikit takut, khawatir dan malu.
"Love?" panggil Hanung mengusap pipi Ruby. Mencoba menyadarkan si istri dari khayalanya.
Mata mereka akhirnya bertemu. Ruby mengerjap beberapa kali dalam kebingungan hatinya. Apa yang harus dia katakan? Hanung aku nggak bisa pakai sumpit? Hanung aku lupa caranya pakai sumpit? Hanung aku nggak jadi makan sushi?
"Love, tell me what's on your mind. Kenapa?" tanya Hanung kembali.
"Aku mau disuapin."
Haha. Apa yang baru saja dikatakan bibirnya? Kenapa malah itu yang dia ucapkan? Dari sekian banyak opsi, kenapa Ruby harus minta disuapi?
Hanung terkekeh mendengarnya. "Jadi kamu dari tadi diam aja karena mau disuapin?" tanya laki-laki itu dengan alis yang terangkat sebelah.
"E...eum..." Ruby tergugu. Nasi sudah menjadi bubur. Ya sudahlah. Meski agak memalukan.
Tanpa menunggu Ruby menjawab, Hanung langsung mengambil satu sushi dan memberikannya kepada Ruby. "Buka mulutnya pesawat datang..." seru Hanung memainkan Sushi itu bak pesawat terbang.
Ragu-ragu Ruby membuka mulutnya dan menerima suapan Hanung. Yah, tidak buruk. Dia bisa ngeles dengan mengatakan minta disuapi. Alasan yang cukup masuk akal. Tapi, bisakah Hanung berhenti membuatnya terlihat seperti anak kecil?
"Aaa..." Kembali Hanung membuat suara lucu untuk membuat Ruby membuka mulutnya. Dia terlihat seperti sedang menyuapi anaknya.
"Stop kayak gitu!" seru Ruby dengan mulutnya yang penuh.
Hanung terkekeh. "Oke oke."
Dia menyuap sushi untuk dirinya sendiri. Kemudian bergantian menyuapi Ruby. Kembali dia membuka mulutnya dan menikmati rasa manis ikan yang berpadu dengan gurih dari nasi. Gila. Sushi ternyata seenak ini. Siapa sangka dia akan menyukai hidangan ikan mentah?
"Mm..." seru Ruby tanpa sengaja mengerang. Dia sangat menikmati sushinya.
"Looks like you're really enjoying your sushi. You're moaning like you're having a foodgasm or something," komentar Hanung menyadari kalau Ruby terlalu menikmati makan siangnya.
"Foodgasm?" seru Ruby tak mengerti dengan apa yang dikatakan Hanung.
Hanung terkekeh, terhibur dengan reaksi Ruby. "Iya, foodgasm. Waktu makanan rasanya enak banget sampai kamu nutup mata sangking nikmatnya. Kayak sensasi rasa yang berlebihan gitu, ngerti kan maksudnya?" jelas Hanung.
Ruby justru tertawa dengan penjelasan Hanung. Pendeskripsian rasa yang sedikit erotis. Memang boleh membuat makanan jadi terkesan seksi seperti itu?
"Kamu ngetawain aku? Sayang, kamu sendiri yang ngedesah nikmat seolah-olah kamu lagi di surga foodgasm waktu makan sushi!" seru Hanung tak terima. Seolah-olah dia sedang diledek.
"Nggak...lucu aja istilahnya foodgasm. Terlalu erotis nggak sih?" balas Ruby masih menertawakan Hanung.
"Makan sendiri." Hanung meletakkan sumpitnya dan berlagak seolah-olah dia sedang marah.
"Hanung!!" seru Ruby menahan tangan suaminya. Dia belum kenyang, tapi Hanung tidak mau menyuapi nya lagi. Sementara dia tidak tau caranya memakai sumpit.
Ruby berdecak kesal. Merasa Hanung sangat kekanak-kanakan karena baru digoda begitu saja sudah ngambek. Ya sudah, Ruby bisa lakukan sendiri.
Dia mengambil sushi dengan tangannya. Iya, tangannya. Dia tidak memakai sumpit atau garpu. Dia langsung mengambil sushi dengan tangan dan memakannya langsung
"Kamu makan sendiri karena nggak aku suapin??" seru Hanung tak percaya. Dia pikir Ruby akan membujuknya agar kembali disuapi. Tapi nyatanya, Ruby melakukan hal yang jauh dari ekspektasi Hanung.
"Ruby, kok kamu—"
"Berisik, makan aja nih, biar ngerasain Foodculation!" seru Ruby membuat istilah yang sama tapi dari kosa kata yang lainnya. Food dan ejaculation.
Hanung hampir menyemburkan makanannya. Bagaimana bisa Ruby menggabungkan dua kata itu jadi kata yang nyeleneh. Foodculation. Menurut Hanung itu lebih erotis dari pada foodgasm.
"Kenapa kamu jadi bikin mereka kayak pasangan sih? Foodgasm. Foodculation. Hahaha!" seru Hanung tidak dapat menahan tawanya. Untung makanannya sudah habis tertelan. Kalau tidak mungkin dia akan tersedak.
"Apa? Emangnya nggak sama?" bingung Ruby.
"Beda sayang, foodgasm dan foodculation itu dua hal yang berbeda. "Foodgasm" cuma kenikmatan yang intens waktu makan, kayak kamu ngerang semenit lalu. Kalau "Foodculation" itu...ya...pokoknya itu beda!" jelas Hanung.
Ruby melipat tangan di dada. "Bedanya?" Entah dia ini polos atau hanya pura-pura tidak berdosa saja.
"Foodculation itu, ya...jenis kenikmatan yang lebih... privat?" jawab Hanung ragu-ragu.
"Sama aja nggak sih?!" seru Ruby masih pada pendiriannya.
"Nggak. Nggak sama, sayang. Foodgasm itu hal yang umum. Kayak makan sushi. Itu sesuatu yang bisa kamu lakuin di depan umum. Tapi foodculation, itu hal yang privat. Kayak sesuatu yang kamu lakukan...sendirian...secara pribadi."
"Sedirian secara pribadi?" Ruby makin kebingungan.
Hanung merasa telinganya memerah sekarang. Mendengar pertanyaan polos Ruby, membuat jantung Hanung berdebar kencang. Apa dia harus menceritakannya secara detail?
"I-iya... sendirian di tempat pribadi. Sesuatu yang sendirian. Di kamar atau...tempat-tempat tertutup."
Tolong, Hanung....
"Sama aja sih menurut aku."
"Nggak, sayang, itu beda. Foodgasm cuma reaksi terhadap makanan, tapi foodculation pengalaman yang lebih personal. Itu beda, oke?"
Ruby tidak menanggapi lagi. Dia diam menikmati makanannya. Mungkin dia masih tetap pada pendiriannya kalau istilah Hanung dan istilah yang dibuatnya adalah hal yang sama.
"Kamu nganggap foodculation itu sensasi nikmat yang sama kayak makan sushi, ya?" tanya Hanung.
Ruby mengerutkan kening. "Kita emang ngomongin sushi, kan?"
"Iyaa, kita ngomongin sushi. Tapi kau terus menghubungkan kalau foodgasm dan foodculation itu sama."
"Kenapa? Lucu nggak sih?"
"I-iya... Harusnya lucu. Cuma jadi kayak...intens? Aku malah kepikiran."
"Kita ngomongin sushi! Kamu mikirin apa?!" seru Ruby mulai menangkap ke mana pikiran Hanung berjalan.
"Iyaa...sushi...bener kok sushi..." balas Hanung tak dapat mengelak lagi.
"Terus?!"
"Tapi foodculation itu—ah, udahlah." Baiklah, Hanung menyerah. Asal istilah baru itu tidak didengar orang lain saja.
Hanung kembali menyuapi istrinya. Ruby tampak begitu senang dengan sushi. Dia melahap semua yang Hanung berikan tanpa pikir panjang. Bahkan, dia makan lebih banyak dari yang sebelumnya. Ruby benar-benar jadi orang yang berbeda.
tbc
an: ada yang masih bangun?
KAMU SEDANG MEMBACA
(un)tied | hyuckren
FanfictionApa yang kamu lakukan ketika terbangun dan seketika semuanya berubah? Ruby Sadajiwa. Berniat mengakhiri hidup, jiwanya justru terjebak dalam tubuh seorang wanita yang juga bernama Ruby. Seolah punya kehidupan yang baru, Ruby diberkahi banyak hal ya...