Jauh dari perkiraan, ternyata Ruby senang di sini. Mama dan Papa sangat menyayanginya. Berulang kali mereka memastikan kenyamanan Ruby. Berulang kali juga memanggilnya dengan sebutan sayang. Sosok orang tua yang dulu tidak pernah ada dalam bayangannya, kini nyata di depan mata. Akhirnya dia punya orang yang harus disebut sebagai Mama dan Papa.
Ruby berdiri di depan kandang kucing besar yang berisi tiga kucing dengan warna yang berbeda-beda. Salah satunya berbulu cokelat pekat dengan mata hijau. Dia sangat cantik dan menawan. Bahkan dari caranya berjalan terlihat anggun. Haha, memang kucing bisa tau caranya bersikap anggun?
"Ngapain, sayang?" tanya Mama ikut berdiri di sebelah anak sulungnya.
"Nggak apa-apa, Ma," jawab Ruby seadanya.
"Ini semua kucing peliharaan kamu. Kamu yang rawat dari mereka kecil," sambung Mama menjelaskan kucing-kucing ini.
"Yang cokelat itu namanya Owie, yang putih itu namanya Dark, dan yang belang oren itu ras kucing kampung, namanya Zu." Mama menunjuk kucing itu satu per satu sembari mengenalkan mereka.
"Tapi, semenjak nikah kamu jarang ketemu mereka. Ya, sebenarnya karena kamu udah nikah sih, jadi ketemunya kalau pulang aja," imbuh Mama.
"Kenapa nggak dibawa ke rumah Ruby sama Hanung aja?" bingungnya.
"Hanung alergi. Makanya sekarang mereka udah jarang keluar. Juga kamu nggak pernah lagi main sama mereka karena takut bulunya nempel di baju terus Hanung jadi sakit."
Ruby mengangguk paham. Ternyata Hanung alergi dengan bulu kucing. Baru dia tau satu fakta lain tentang suaminya setelah insomnia. Padahal tadinya Ruby ingin membawa Owie pulang. Tapi kalau Hanung alergi, ya sudah lah. Dari pada suaminya itu bersin-bersin.
"Ma, laper!!" seruan dari depan membuat ibu dan anak itu menoleh.
Saddam terlihat baru masuk rumah dengan pakaian sekolahnya. Adik laki-laki Ruby itu langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa bahkan tanpa membuka sepatunya.
"Ganti baju dulu sana! Sepatunya di buka! Tuh, ada kakak kamu," balas Bunda pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk anak bungsunya.
"Loh, kakak ke sini?" tanya Saddam mengubah posisinya jadi duduk.
Ruby mendekat kemudian ikut menempatkan diri di hadapan Saddam.
"Baru pulang?" tanya Ruby memperhatikan adiknya yang sedang membuka sepatu.
"Iya. Sama siapa ke sini? Mas Hanung, ya?" Ruby mengangguk sebagai jawaban.
"Saddam, ini makanannya!" teriak Mama membuat Saddam berdiri. Dia pamit kepada Ruby dengan tidak lupa menawari kakaknya untuk ikut makan.
Ruby menolak, karena tadi dia sudah makan. Bicara soal Hanung, kenapa dia belum muncul juga, ya? Katanya sore akan menjemput Ruby. Tapi sudah pukul lima belum juga terlihat batang hidungnya. Hanung tidak mungkin lupa kalau tadi siang dia menitipkan Ruby di sini kan? Awas saja kalau sampai iya.
🪻
Sudah pukul sembilan, tapi Hanung belum muncul juga. Ruby sudah lelah dan mengantuk. Pun Mama memintanya untuk istirahat saja di kamar. Jadi Ruby masuk ke kamar milik Atlanna Ruby.
Kamar ini tidak terlalu besar. Isinya rapi dengan dominasi warna cokelat. Work desk-nya kosong. Lemarinya hanya berisi beberapa baju. Beberapa laci juga tidak ada isinya. Mungkin sebagian barang sudah dia bawa ke rumah Hanung. Jadi tidak banyak yang bisa dilihat di sini. Tapi beberapa bingkai foto masih ada terpajang di atas nakas. Foto itu berisi tiga orang. Dua perempuan dan satu laki-laki. Mungkin itu sahabat Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
(un)tied | hyuckren
FanfictionApa yang kamu lakukan ketika terbangun dan seketika semuanya berubah? Ruby Sadajiwa. Berniat mengakhiri hidup, jiwanya justru terjebak dalam tubuh seorang wanita yang juga bernama Ruby. Seolah punya kehidupan yang baru, Ruby diberkahi banyak hal ya...