Satu wilayah yang jarang di datangi manusia, satu tempat dimana letaknya cukup jauh dari kota, masih banyak pohon disana, ada satu rumah tua yang kayunya sudah mulai lapuk dan reyot dimana-mana, tapi si pemilik enggan untuk memperbaiki atau setidaknya pindah.
Anak itu masuk, melepas hoodie hitamnya dan menaruhnya di sembarang tempat, lalu dia membuka masker dan di lanjutkan membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi, anak itu menyalakan shower, membiarkan seluruh tubuhnya basah dan dia pun mandi.
Selesai mandi dia berjalan keluar dengan handuk yang masih melingkar di bagian bawah tubuhnya, dia berdiri di depan cermin wastafel yang masih ada di kamar mandi, dia menatap pantulan dirinya sendiri, rambut coklatnya yang basah terlihat berantakan, tapi tidak menutupi ketampanan dari anak itu, mata coklatnya pun indah, apalagi saat terkena sinar matahari, warnanya jauh lebih cantik seperti warna kuning saat matahari tenggelam.
Anak itu menatap tubuhnya yang penuh dengan luka, kemudian dia menatap lengannya, ada luka melepuh disana, anak itu menyentuhnya, rasanya sakit sekali, luka itu bekas bola api yang dilempar Barret tadi.
Meski saat Barret melemparkan bola itu dia tidak merasa kesakitan, nyatanya saat berlari kabur, anak itu terus memegangi lengannya, perih yang dia rasakan, tapi kemudian dia menggenggam erat tangannya sendiri, mengepalnya hingga ototnya terlihat kemudian perlahan luka melepuh itu menghilang.
Anak itu bisa menyembuhkan badannya sendiri, itu pun jika dia mau, ada beberapa luka yang dia biarkan ada di tubuhnya, seperti luka cakaran beruang, atau luka saat dia berkelahi dengan manusia lain di jalan, luka-luka ringan itu dia biarkan disana sebagai kenang-kenangan, setidaknya sampai dia bertemu seseorang yang sudah lama dia cari.
Setelah menghilangkan lukanya, anak itu beralih ke kamar yang digabung dengan ruang makan dan ruang tengah, rumah kecil itu hanya terdapat dua ruangan, satu ruangan besar dan satu ruangan kecil yang tidak lain adalah kamar mandi.
Rumahnya berantakan, dia membiarkan segala barang di taruh tidak pada tempatnya, bahkan seprei di ranjangnya entah kapan dia ganti terakhir kali.
Setelah berganti baju, anak itu menyalakan tv, berita hari ini masih menyiarkan tentang fenomena musim yang tiba-tiba berganti dan makanan yang tiba-tiba membusuk, anak itu mendengarkan acara tv itu sembari membuat makanan yang ada di kulkas, makanan yang dia makan juga hanya makanan sederhana, makanan sisa yang dia ambil dari restoran secara diam-diam lalu dia masukan ke dalam kulkas dan dia hangatkan di microwave.
Semua barang-barang elektronik itu dia ambil dari sampah yang ada di depan rumah warga, barang-barang yang sudah tidak mereka inginkan lagi.
Anak laki-laki itu lalu memakannya sambil menonton acara tv hari ini, "ternyata Dewi itu punya kekuatan yang besar juga," gumamnya sambil menyantap makan malamnya.
Setelah selesai makan, dia mematikan tv dan beralih ke meja belajarnya, di dinding dekat meja belajar itu dia menempel semua foto-foto yang dia ambil, foto-foto itu adalah foto seluruh anak-anak Olympus, bahkan ada foto portal dimana anak-anak Olympus datang ke dunia manusia saat mereka baru aja di beri hukuman oleh Zeus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The God and Goddess || aeneos
FantasiaJika bukan karna perselisihan dua di antara sembilan anak dewa dan dewi Olympus, mungkin mereka bersembilan tidak akan dihukum di dunia manusia, tapi sayangnya perkelahian itu membawa petaka bagi mereka semua, mereka harus hidup di dunia manusia sel...