CH 19

134 28 2
                                    

Maaf baru update ㅠ ㅠ

Happy Reading~

===

"Ibu..."

Iijun kecil memeluk erat lengan Cha Yoonhee, ibunya, seperti anak anjing yang manja dan menggosok pangkal hidungnya di bahunya.

Di sisi lain, Yoonhee terpaku pada berita terbaru di layar TV, seolah-olah dia akan masuk ke dalamnya. Dia tidak punya waktu untuk memperhatikan putranya yang berusia enam tahun itu.

"Ibu... Ibuu..."​

Iijun yang merengek mengikuti tatapannya dan melihat ke TV.

Di layar, ada ayahnya yang berdiri bertelanjang dada di depan para Creature jahat yang menganggu putri dan pangeras yang biasanya hanya dia lihat di buku anak-anak.

Pandangan Iijun kembali ke ibunya. Yoonhe menatap punggung Geonho yang menembakkan api di layar siaran langsung tanpa berkedip.

"Ibu... Perut Iijun sakit..."

"......"

"Ibuu..."

Yoonhee melepaskan putranya yang menempel erat di lengan kurusnya seperti mengusir serangga yang menempel di lengan bajunya. Dia kemudian kembali fokus ke layar berita dan menggigit kukunya dengan gelisah.

Setelah mengalahkan para Creature, tempat yang dituju suaminya bukanlah rumah istri dan anak-anaknya, tapi tempat lain.

Dia akan pergi ke orang lain. Untuk menerima guiding.

"Ibu... Sepertinya ada batu kecil di sini. Iijun rasa menelan batu saat makan tadi."

"Haa... Itu bukan batu, Iijun. Diamlah."

Iijun menangis sambil memegang ulu hatinya dan pura-pura batuk.

"Itu tidak mau keluar... sesak..."

"Haa... Iijun, tolong diam."

Seringkali, helaan napas orang dewasa terdengar lebih menakutkan daripada guntur bagi anak-anak.

Yoonhee berdiri dari tempat duduknya dengan desahan panjang. Iijun, yang terengah-engah sampai wajahnya memerah, diam-diam memperhatikannya.

Yoonhee menatap Ijun dengan kesal segera mengangkat telepon dan memanggil dokter pribadinya. Namun, setelah dilakukan berbagai macam pemeriksaan bahkan rontgen, tidak ditemukan adanya batu di sana.

"Perutnya baik-baik saja. Saya rasa..."

Dokter dengan hati-hati mengatakan bahwa kemungkinan besar itu adalah reaksi psikologis. Dia kemudian berbisik agar tidak terdengar oleh Iijun yang ada di sebelahnya.

Yoonhee dengan gugup menyisir rambut panjangnya.

"Reaksi psikologis? Itu berarti... dia pura-pura sakit?"

"Nyonya, Anda tidak harus melihatnya seperti itu..."

"Haa... meski kau tidak melakukannya, kau sudah berisik di sini."

Tatapan Yoonhee terhadap Iijun menjadi sedikit lebih dingin.

"Sa Iijun. Ibu sudah cukup sulit tanpamu. Jangan bertindak bodoh."

"....ya."

"Masuklah ke kamarmu. Semua akan selesai saat ayahmu datang."

Iijun, yang kembali ke kamar, mengepalkan tangan kecilnya dan menepuk area sekitar dadanya.

Batu yang tertancap di ulu hati Iijun masih ada, yang terus bertambah besar dan semakin tajam.

***

"Sa Iijun-ssi, kau baik-baik saja? Esper Sa Iijun!"

[𝐵𝐿] ꜱɪᴇʀʀᴀ ᴛᴏ ᴊᴜʟɪᴇᴛTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang